Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Kritis atau Apatis, Ke Mana Arah Gerakan Mahasiswa
6 Februari 2025 8:24 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Arjuna H T Munthe tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sejarah mencatat bahwa mahasiswa adalah motor penggerak perubahan sosial. Dari gerakan 1966, 1974, hingga reformasi 1998, mahasiswa selalu berada di garda terdepan dalam menentang ketidakadilan dan menuntut perubahan. Namun, kini muncul pertanyaan: apakah mahasiswa masih kritis seperti dulu atau justru telah menjadi apatis terhadap keadaan?
ADVERTISEMENT
Mahasiswa Sebagai Agen Perubahan
Peran mahasiswa dalam sejarah tidak bisa dipungkiri. Dari jatuhnya rezim otoriter hingga berbagai gerakan sosial yang menuntut keadilan, mahasiswa selalu menjadi pelopor. Mereka adalah kaum intelektual muda yang tidak hanya belajar di ruang kelas tetapi juga turun ke jalan untuk memperjuangkan hak-hak rakyat.
Namun, realitas hari ini mulai menunjukkan pergeseran yang cukup signifikan. Semakin sedikit mahasiswa yang benar-benar terlibat dalam gerakan sosial. Kampus-kampus yang dulu menjadi pusat perlawanan kini lebih banyak dipenuhi mahasiswa yang fokus mengejar nilai, prestasi akademik, atau bahkan sekadar hiburan di media sosial. Apakah ini tanda bahwa mahasiswa telah kehilangan semangat kritisnya?
Dampak Kapitalisme Akademik
Salah satu faktor yang menyebabkan mahasiswa semakin apatis adalah komersialisasi pendidikan. Kampus yang seharusnya menjadi tempat membangun pemikiran kritis kini berubah menjadi institusi bisnis yang lebih mengutamakan keuntungan. Biaya pendidikan yang semakin mahal membuat banyak mahasiswa terpaksa fokus pada bagaimana mereka bisa lulus tepat waktu dan mendapatkan pekerjaan yang layak, daripada memikirkan kondisi sosial di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa kini lebih banyak disibukkan dengan tugas akademik dan tuntutan pekerjaan paruh waktu. Waktu mereka untuk berpikir kritis dan berorganisasi semakin terbatas. Lebih parah lagi, banyak kampus yang secara sistematis menekan organisasi mahasiswa agar tidak terlalu vokal dalam menyuarakan aspirasi. Bentuk penindasan ini bisa berupa peraturan kampus yang membatasi kebebasan berpendapat hingga ancaman skorsing bagi mahasiswa yang terlalu "berisik" dalam menyuarakan ketidakadilan.
Kehidupan Digital Meningkatkan Kesadaran atau Menambah Keapatisan?
Era digital memberikan mahasiswa akses yang lebih luas terhadap informasi. Namun, di sisi lain, media sosial juga menjadi distraksi besar yang menjauhkan mahasiswa dari realitas sosial. Banyak mahasiswa yang lebih sibuk mengomentari isu-isu di Twitter atau Instagram dibandingkan benar-benar turun ke lapangan dan melakukan aksi nyata.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa sekarang lebih sering menjadi "aktivis digital", membagikan berita dan opini di media sosial tanpa benar-benar melakukan aksi nyata di dunia nyata. Memang, kesadaran terhadap isu-isu sosial masih ada, tetapi sering kali hanya sebatas di dunia maya. Ketika ada isu besar, banyak yang hanya sekadar ikut tren tanpa memahami permasalahan secara mendalam.
Mahasiswa dan Politisasi Gerakan
Di sisi lain, gerakan mahasiswa juga menghadapi tantangan besar berupa intervensi politik. Banyak organisasi mahasiswa yang tidak lagi independen karena sudah tersandera kepentingan politik tertentu. Ada yang dibina oleh partai politik, ada pula yang dijadikan alat untuk kepentingan elit tertentu. Ini membuat gerakan mahasiswa kehilangan kepercayaan dari masyarakat karena dianggap tidak lagi murni memperjuangkan kepentingan rakyat.
ADVERTISEMENT
Akibatnya, banyak mahasiswa yang memilih untuk menjauh dari aktivitas organisasi karena tidak ingin terjebak dalam permainan politik. Mereka merasa bahwa gerakan mahasiswa saat ini tidak lagi idealis seperti dulu, sehingga memilih untuk tidak terlibat sama sekali. Ini tentu menjadi masalah besar karena tanpa keterlibatan mahasiswa yang murni, gerakan perubahan akan semakin lemah.
Bagaimana Seharusnya Mahasiswa Bersikap?
Tentu tidak semua mahasiswa menjadi apatis. Masih ada segelintir mahasiswa yang terus berjuang dan mempertahankan idealismenya. Namun, tantangan yang mereka hadapi semakin besar. Oleh karena itu, ada beberapa langkah yang bisa diambil agar mahasiswa tetap kritis dan tidak terjebak dalam keapatisan:
Menjaga Kesadaran Sosial
Mahasiswa harus tetap aktif membaca dan menganalisis isu-isu yang terjadi di sekitar mereka. Jangan hanya mengandalkan media sosial sebagai sumber informasi utama, tetapi juga membaca literatur akademik, buku, dan kajian-kajian kritis.
ADVERTISEMENT
Terlibat dalam Organisasi yang Sehat
Organisasi mahasiswa masih menjadi wadah terbaik untuk belajar dan bergerak. Namun, penting untuk memilih organisasi yang benar-benar memiliki visi perjuangan yang jelas dan tidak terkooptasi oleh kepentingan tertentu.
Menggunakan Media Sosial dengan Bijak
Jika media sosial adalah alat utama mahasiswa saat ini, maka gunakanlah untuk hal yang lebih produktif. Bangun narasi yang kuat, edukasi teman-teman sebaya, dan dorong diskusi yang kritis.
Melakukan Aksi Nyata
Tidak harus selalu turun ke jalan, tetapi bisa dimulai dari hal kecil seperti membantu masyarakat sekitar, melakukan advokasi, atau terlibat dalam program sosial.
Kampus harus tetap menjadi ruang yang kritis. Jika ada kebijakan kampus yang membungkam mahasiswa, jangan diam. Mahasiswa harus tetap bersuara untuk menjaga kebebasan akademik dan kebebasan berpikir.
ADVERTISEMENT
Mahasiswa adalah harapan bangsa. Jika mahasiswa menjadi apatis, maka siapa lagi yang akan mengawal masa depan negeri ini? Kita tidak bisa hanya duduk diam dan membiarkan keadaan semakin buruk. Mahasiswa harus kembali mengambil peran sebagai agen perubahan.
Apakah kita masih kritis atau sudah apatis? Jawabannya ada pada diri kita masing-masing. Jika kita memilih untuk diam, maka kita telah ikut andil dalam membiarkan ketidakadilan terus terjadi. Tapi jika kita memilih untuk bersuara dan bertindak, maka kita masih memiliki harapan untuk membawa perubahan.