Empatbelas Project Merilis Film Bhâko Menjelang Panen Tembakau.

Arka Ardhyansah
Mahasiswa Program Studi Televisi dan Film, Universitas Jember. Podcaster #KataArka - Dengerin di Spotify, iTunes, Noice dan Roov.
Konten dari Pengguna
7 Agustus 2021 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arka Ardhyansah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Film Bhako - Empatbelas Project
zoom-in-whitePerbesar
Film Bhako - Empatbelas Project
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jember - Masih ingat dengan film Bhako yang sempat menjadi opening dalam TKMT 6 Jember pada November 2019 lalu.
ADVERTISEMENT
Kini Empatbelas Project sebagai Production House film Bhako akan merilis film tersebut mendekati musim panen tembakau yang berlangsung pada pertengahan Agustus hingga bulan November tahun ini. Bhako (The Golden Leaf) menggambarkan potret kegelisahan petani tembakau yang rentan terhadap permainan harga, hal ini kerap kali dilakukan oleh pembeli (tengkulak) dan Gudang tembakau. Film Bhako akan segera rilis dan dapat ditonton mulai hari ini di Youtube Empatbelas Project.
“Sebagai anak petani tembakau, Saya mencoba mengangkat gambaran perjuangan petani tembakau yang belum banyak diketahui masyarakat. Harapannya melalui film ini, masyarakat mengetahui bagaimana permasalahan dan keinginan mereka sehingga dapat menjadi refleksi bagi siapapun yang menontonnya” ungkap Alif Septian, sutradara Film Bhako.
Lebih jauh, Ia bercerita bahwa dalam film ini juga menceritakan bagaimana jadinya apabila petani tembakau melakukan perlawanan dalam menghadapi permasalahan permainan harga ini. “Permasalahan petani tembakau cukup kompleks, utamanya bagaimana kecurangan sering terjadi, bagaimana rumitnya proses distribusi tembakau dan ini seringkali terjadi secara terorganisir. Sehingga permasalahan mereka merambat pada permasalahan sosial lain. Problematika ini yang kami sajikan dalam Film Bhako” lanjut sutradara Film Ji Dullah yang berhasil mendapatkan Juara 3 Festival Video Edukasi Pustekkom, Kemdikbud 2017 dan terpilih sebagai Official Selection Jogja Netpac Asian Film Festival 2017.
ADVERTISEMENT
Setting dari film ini adalah sebuah desa yang subur, dimana penduduknya banyak yang memilih mata pencaharian sebagai petani tembakau. Seiring tumbuhnya si daun emas itu, terkembang pula sejuta harapan akan keuntungan. Tersebutlah Fauzi seorang sarjana anak Haji Imam yang ingin segera menikah, Yoyon si buruh tani berniat mengobati istrinya, sementara Pak Mul si tengkulak ingin membayar hutang-hutangnya. Karena keegoisan Fauzi, janji keuntungan dari lahan milik ayahnya yang bakal diraih selepas panen malah jadi buntung. Panen tembakau tak terserap oleh gudang dan pabrik. Akibatnya, rentetan masalah menghampiri Fauzi dan orang-orang di sekitarnya.
Dalam proses pembuatannya, ada tantangan yang dialami oleh salah satu pengkaryanya, M. Ariyanto selaku editor, “Saya tidak dapat berbicara Bahasa Madura, jadi dalam proses editing harus ditemani oleh Alif dan Daris” ungkap Editor VFX dengan nama panggung @jalankedua ini.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, film ini juga telah berhasil mendapat berbagai apresiasi. Bahkan pasca rilis film ini telah banyak permintaan wawancara untuk penelitian lanjutan. Kini, masyarakat dapat menontonnya secara mudah, kapanpun dan dimanapun pada portal Youtube. “Film Bhako telah diputar perdana secara terbatas di Bioskop Kota Cinema Mall Jember pada Juli 2019 lalu, setelahnya sempat diputar dalam rangkaian roadshow dan beberapa festival film. Kemudian tahun 2021 ini kami berniat untuk mempertontonkan film ini lebih luas lagi kepada publik. Maka dari itu, kami sepakat untuk merilis film Bhâko secara online melalui platform Youtube.” jelas Daris Dzulfikar selaku Produser dan Penata Sinematografi film ini.
Tim produksi dalam film Bhako ini adalah alumni Program Studi Televisi dan Film Universitas Jember yang dalam karya sebelumnya telah berhasil mendapat penghargaan seperti Official Lift-Off Global Network Session, United Kingdom di tahun 2019 dan menjadi Opening Film: Temu Karya Mahasiswa Televisi dan Film se-Indonesia (TKMT) pada tahun yang sama.
ADVERTISEMENT