Berkenalan dengan Si Panas Bumi

Arkan Nur
Mahasiswa Teknik Geologi Unpad
Konten dari Pengguna
24 Juni 2021 17:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arkan Nur tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Menurut data dari MAGMA Indonesia, jumlah gunung api di Indonesia berjumlah 127 gunung api dengan 69 di antaranya merupakan gunung api yang masih aktif. Hal tersebut menempatkan negara kita dengan gunung api terbanyak di dunia. Tentu hal ini menjadi sebuah ancaman bencana geologi yang perlu diwaspadai, namun potensi ancaman bencana gunung api disisi lain memiliki potensi sumber daya alam berupa energi Panas Bumi
ADVERTISEMENT
Ketika mendengar kata Panas Bumi tentu tidak semua orang akan tertuju pada sumber energi yang berasal dari panas bawah permukaan bumi. Energi Panas Bumi merupakan energi yang tersimpan dalam bentuk air panas atau uap pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam kerak bumi (Santoso, 2000).
Panas Bumi merupakan salah satu sumber energi yang keberadaannya cukup potensial di Indonesia. Kondisi geologis Indonesia lah yang membuat Panas Bumi menjadi sebuah sumber daya alam yang amat layak untuk dipelajari dan dikembangkan.
Mari sedikit mengingat tentang pelajaran tentang geografi di SMA atau wawasan pengetahuan umum yang dulu dipelajari. Indonesia merupakan wilayah yang berada di pertemuan 3 lempeng dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Pasifik
Peta Sebaran Gunungapi Indonesia (Sumber : PVMBG, Badan Geologi, KESDM)
Akibat dari pertemuan 3 lempeng tersebut mengakibatkan Indonesia berada di zona Ring of Fire. Zona tersebut membuat Indonesia memiliki rangkaian gunung api aktif yang tersebar dari Pulau Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi. Rangkaian gunung api tersebut yang menjadi cikal bakal potensi Panas Bumi.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan data dari Badan Geologi potensi Panas Bumi Indoensia mencapai 23.9 GW (Gigawatt). Pemanfaatan dari Panas Bumi tersebut mencapai 2130 MW (Megawatt) atau setara dengan 8,9% dari potensi Panas Bumi yang dimiliki Indonesia. Pemanfaatan energi Panas Bumi di Indonesia masih difokuskan secara tidak langsung yaitu untuk sumber pembangkit tenaga listrik yang lebih dikenal dengan PLTP (Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi).
Berbeda dengan pembangkit listrik PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) yang bersumber dari Batubara, PLTP memanfaatkan uap yang terpanaskan oleh Panas Bumi untuk menggerakkan turbine pembakit listrik. Sehingga Panas Bumi termasuk energi ramah lingkungan karena sumber utamanya adalah uap air.
Sumber energi Panas Bumi akan tetap tersedia dan hampir tidak akan habis selama kondisi lingkungan pembentukannya meliputi aspek geologi dan hidrologi tetap terjaga keseimbangannya. Energi Panas Bumi ini sangat cocok diterapkan di Indonesia selain karena Indonesia memiliki rangkaian gunung api yang merupakan sumber utama energi Panas Bumi, energi ini punya sifatnya tidak dapat dipindahkan sehingga pemanfaatannya diarahkan untuk pemenuhan kebutuhan energi domestik dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Dengan demikian energi Panas Bumi dapat menjadi energi ramah lingkungan alternatif dan mampu mengurangi ketergantungan akan energi fosil yang jumlahnya diperkirakan semakin menipis.
Ilustrasi Pembangkit Tenaga Panas Bumi (Sumber : Photo by Viktor Kiryanov on Unsplash)
Referensi :
EBTKE, Humas. 2020. "Potensi Besar Belum Termanfaatkan, 46 Proyek Panas Bumi Siap Dijalankan", https://ebtke.esdm.go.id/post/2020/03/27/2518/potensi.besar.belum.termanfaatkan.46.proyek.panas.bumi.siap.dijalankan, diakses pada 23 Juni 2021
Irfan, Riki. 2018. Selayang Pandang Gunung Api dan Energi Panas Bumi. Bandung : YramaWidya
Kasbani. "Sumber Daya Panas Bumi Indonesia : Status Penyelidikan, Potensi dan Tipe Sistem Panas Bumi", http://psdg.geologi.esdm.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=841&Itemid=611, diakses pada 23 Juni 2021.
PVMBG. 2020. "TIPE GUNUNG API DI INDONESIA (A, B, DAN C)", https://magma.esdm.go.id/v1/edukasi/tipe-gunung-api-di-indonesia-a-b-dan-c, diakses pada 1 Juni 2021