Wisata Religi: Keunikan Masjid Seribu Pintu Agung Nurul Yaqin

Arkan Dzaky Arinanto
Mahasiswa Universitas Islam Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
10 Juli 2023 21:26 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arkan Dzaky Arinanto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Masjid Seribu Pintu (Sumber: Google Maps)
zoom-in-whitePerbesar
Masjid Seribu Pintu (Sumber: Google Maps)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banten terkenal dengan tempat wisata religi yang banyak dikunjungi peziarah. Ada beberapa makam dan masjid para sultan dan syekh yang merupakan tempat bersejarah penyebaran agama Islam yang bisa Anda kunjungi. Masjid Pintu Seribu yang berada di kota Tangerang yang masuk dalam kawasan provinsi banten merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam di ujung barat Pulau Jawa. Bangunan masjid ini terletak di Rt 01/Rw.03, Kampung Bayur, Priuk, Kota Tangerang. Dalam sejarahnya, pendiri masjid ialah seorang penyebar Islam kelahiran Arab bernama Al-fakir Syekh Mahdi Hasan Al-qudrotillah Al-muqoddam. Salah satu keunikan masjid ini yaitu kondisi tiap ruangannya yang disekat-sekat hingga membentuk ruangan seperti mushola. Setiap ruangan (mushola) diberi nama, seperti mushola Fathul qorib, Tanbihul Alqofilin, Durojatun Annasikin, Safinatu-Jannah, Fatimah hingga mushola Ratu Ayu. Area luas mushola masing-masing sekitar 4 meter. Hal lain yang menarik perhatian para pengunjung adalah penamaan dari nama masjid ini. Sebab dinamakan Masjid Seribu Pintu karena dikarenakan tidak ada yang tahu persis berapa jumlah sebenarnya pintu masjid ini. Bahkan, pengelola masjid pun tidak tahu persis berapa jumlah pintu yang ada di masjid tersebut.
Masjid Seribu Pintu (Sumber: Google Maps)
Sekilas sejarah dari masjid pintu seribu ini, didirikan tahun 1978 oleh almarhum Syekh Al-Bakhir Mahdi seorang warga keturunan Arab yang warga sekitar menyebutnya dengan Al-Faqir. Semua pembiayaan pembangunan dia tanggung sendiri, Al-Fakir meninggal pada tanggal 1 Ramadan 2012 lalu. Selanjutnya, kepengurusan masjid berpintu seribu ini dilanjutkan oleh keempat putra almarhum, yakni Khairul Zaman, Khainul Yakin, Fatwa Paku Alam, dan Khairullah. Sebagai penghormatan, warga sekitar memberinya gelar Mahdi Hasan Al-Qudratillah Al-Muqoddam. Kabarnya, Al-Faqir juga sedang membangun masjid serupa di Karawang, Madiun, dan beberapa kota lain di Indonesia. Pembangunan masjid ini bahkan tidak memakai gambar rancang. Tidak ada desain dasar yang bisa menampilkan corak arsitektur tertentu. Ada pintu-pintu gerbang yang sangat ornamental mengikuti ciri arsitektur zaman Baroque, tetapi ada juga yang bahkan sangat mirip dengan arsitektur Maya dan Aztec. Masjid tersebut berada di tengah-tengah permukiman warga. Ketika masuk ke dalam masjid, terdapat banyak pintu dan melewati lorong-lorong yang agak gelap. Dalam satu pintu yang dibuka digunakan tempat salat wanita. Banyak pintu terkunci karena pengurus yang juga keturunan pemilik masjid tersebut sedang tidak di tempat. Bangunan Cagar Budaya adalah susunan binaan yang terbuat dari benda alam atau benda buatan manusia untuk memenuhi kebutuhan ruang berdinding atau tidak berdinding, dan beratap.(Miarsih & Wani, 2018)
ADVERTISEMENT
Selain mushola, keunikan lain adalah tasbih berukuran raksasa terpajang di dalam ruangan. Memiliki 99 butir berdiameter 10 sentimeter. Setiap butir bertuliskan nama Asma’ul-Husna. Konon, tasbih itu merupakan terbesar di Indonesia. Di beberapa pintu masjid dan pagar depan, tampak terlihat angka 999. Angka ini menurut pengurus masjid, merupakan penggabungan jumlah nama Allah dan nama sembilan wali (wali songo). Setiap lorong di masjid ini sudah dilengkapi dengan penunjuk jalan. Dan, salah satu ruang dari sekian banyak lorong itu menuju ruang bawah tanah yang disebut ruang tasbih. Ruang ini biasa digunakan oleh Al Faqir dan jemaah lainnya untuk beristiqomah. Selain memiliki seribu pintu, di dalam ruang bawah tanah masjid ini terdapat tasbih berukuran sebesar kepala bayi yang berjumlah 99 butir tasbih yang bertulisan asmaul husna. Awalnya, masjid ini kurang begitu populer karena digerus zaman, akan tetapi, setelah mulai dipublikasikan banyak media, masjid itu kemudian banyak dikunjungi masyarakat dari berbagai penjuru, bukan saja nasional tetapi masyarakat internasional. Masjid seribu pintu diyakini sebagai salah satu tempat penyebaran Islam oleh pendirinya. Konon, penyebaran dilakukan dengan cara pembagian sembako untuk fakir miskin dan anak yatim piatu. Destinasi wisata syariat dianggap berhasil dapat menarik kunjungan wisatawan mancanegara terutama wisatawan Muslim (Amri et al., 2022)
ADVERTISEMENT
Amri, A., Yusuf, M. Y., & Maulana, H. (2022). Model Pengembangan Wisata Halal Berbasis Masjid di Provinsi Aceh. Jurnal Ilmiah Ekonomi Islam, 8(02), 1115–1123. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.29040/jiei.v8i2.4535
Miarsih, G. S., & Wani, A. (2018). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Minat Berkunjung Wisatawan Ke Obyek Wisata Religi Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. Journal of Tourism and Economic, 1(2), 117–123. https://doi.org/10.36594/jtec.v1i2.28