Menjadi Menarik, Tak Melulu Harus 'Baru'

Konten dari Pengguna
9 Maret 2018 8:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ariful Amar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi warna hitam. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi warna hitam. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
"Mencinta bukan karena sempurna, tapi sempurna karena mencinta."
~Anonim~
Menjadi menarik bukan berarti menjadikan sesuatu harus mencari yang "baru", sesuatu yang lama bisa memberikan rasa "baru".
ADVERTISEMENT
Ini bukan tentang Romansa Remaja, bukan pula kisah mellow di sinetron nanggung. Kisah ini bermula saking asyiknya melupakan hal-hal yang sudah tidak baru.
Terasa asing, membosankan dan terbiarkan menjadi rongsok di pojokan. Sebelum menjadi rongsokan, terlebih dulu karatan akibat terlalu sering terkena matahari dan air hujan bergantian. Saya sedih melihat itu tidak terawat, ban kempes, rantai lepas, lumpur dimana-mana. Lampu nyaris copot jika melewati goncangan sedikit saja.
Kondisi sedemikian parah menggerakkan kaki ini untuk memulai, memulai mencintai. Segala sesuatu di Dunia, hanya sekali saja menjadi "baru". Lama-lama pasti jadi lawas juga, namun kita ingin selalu "baru".Sekilas nampak mustahil, namun hal itu ada benarnya juga.
Sepeda itu yang ada di depan rumah, memang bukan punyaku namun aku tergerak untuk menumbuhkan "rasa memiliki".
ADVERTISEMENT
3 pekan yang lalu, ia nampak tidak terurus. Sedih murung di pojokan rumah, siapapun enggan menyentuhnya. Tiap kali aku memandangnya, ada perasaan yang terluka. Awalnya biasa aja, lama-lama aku jadi iba.
Hingga suatu ketika tanpa banyak kata, seolah-olah ada tangan yang menuntun untuk membuat "baru" benda itu. Rantai nyaris karatan, lumpur di tiap sudut rangka, perlahan lepas. Ban depan sudah bocor rupanya, kulepas dan kubawa untuk diganti ke bengkel terdekat. Hampir 6 jam aku berkutat, dan ajaib sepeda itu masih bagus bisa dikendarai dengan nyaman. Sekarang ia sudah nampak lebih "baru" tanpa harus menggantinya.
Kalau yang ini beda lagi, dulu ia hanya ibarat besi berjalan. Tanpa tujuan, tanpa makna. Berlari pun enggan padahal masih muda usianya. Aku tahu, sebenarnya ia masih punya kekuatan, saat itu. Namun, malas karena nihil sentuhan "cinta" dalam hidupnya.
ADVERTISEMENT
Aku merasa bersalah membiarkannya begitu saja, padahal tiap hari membuatnya terbebani, setidaknya dengan beban tubuhku. Sekali lagi ini bukan tentang manusia.
Pagi ini, di Salatiga kota yang berjarak 79.6 Km, ia bersamaku menjalani jalan panjang yang berliku. Aku memulai dengan "mencintai", setelah hampir sehari semalam duduk manis dengan setia. Tak peduli hujan panas ia tetap menungguku, tanpa pernah mengeluh. Pagi ini kumanjakan, kulap badannya yang mungkin saja terasa dingin akibat hujan semalam. Kunyalakan "nyawa" tubuhnya, agar terasa lebih panas dan siap mengarungi jalanan panas hari ini.
Tanpa kusadari, aku merasa ada kontak batin walaupun ia bukan manusia, tapi sebuah sepeda motor.
"Aku mencintai, karena ia telah setia, memang aku egois tapi setidaknya aku berusaha membalas"
ADVERTISEMENT
CINTA; YANG MEMBUAT IA TERLIHAT SEMPURNA.
SELAMAT MENCINTAI!