Konten dari Pengguna

Manusia Pancasila; Dalam Kasus Penolakan Pembangunan Sekolah Kristen

Arlan Farney
Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Seminari Pineleng.
3 Oktober 2024 5:46 WIB
·
waktu baca 5 menit
Tulisan dari Arlan Farney tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi demo. foto : shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi demo. foto : shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Negara Kesatuan Republik Indonesia, atau yang biasanya disingkat NKRI, adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila. Pancasila menjadi dasar negara yang mengatur kehidupan warganya untuk bersikap luhur, manusiawi, toleran, adil, dan menjalankan semuanya dalam bingkai hidup bersama. Hal-hal baik ini, jika dihayati dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, akan menciptakan orang-orang yang bermoral atau moral person. Manusia yang merupakan moral person akan selalu membawa kemajuan dalam pengembangan kehidupan pribadinya dan juga sangat berpengaruh bagi kehidupan sosial masyarakat. Namun, disayangkan bahwa akhir-akhir ini, banyak terjadi kasus yang dilakukan oleh "orang-orang yang tidak bermoral." Apakah ini contoh masyarakat yang berjiwa Pancasila atau masyarakat yang hidup (fisik), tetapi mati dalam pengamalan dan penerapan Pancasila (batin)?
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa waktu terakhir, ada berbagai kasus yang sangat diperbincangkan dan diposting di media massa. Kasus yang terjadi di Indonesia ini terasa seperti sebuah persoalan yang memiliki ciri berulang-ulang. Hal ini dikarenakan kasus yang ada memiliki "judul atau tema" yang berbeda, namun objeknya sering kali sama. Sebuah kasus yang masih hangat diperbincangkan adalah penolakan sejumlah warga bahkan DPRD terhadap pembangunan sekolah Kristen di Gamaliel, Pare-Pare pada Sabtu, 28 September 2024. Dalam beberapa video singkat dijelaskan bahwa ada beberapa oknum dari ormas Islam yang melakukan demonstrasi untuk menolak pembangunan sekolah Kristen di Gamaliel, tepatnya di Kelurahan Watang Soreang.
Dalam diskusi yang diselenggarakan, ada oknum yang menyinggung akan terjadi perang jika sekolah ini tetap dibangun. Lebih parah lagi, dikatakan bahwa Pare-Pare akan menjadi seperti Poso, tempat peristiwa tumpah darah antara umat beragama. Kasus ini tentu menyinggung berbagai dimensi kehidupan. Bagaimana mulai munculnya sikap yang intoleran, sikap tidak menghargai, dan menghormati antarumat beragama, dan terlebih khusus ketidakadilan dalam pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan agama. Kasus ini semakin memperjelas bahwa kehidupan masyarakat Indonesia dalam hidup beragama berada pada fase yang semakin renggang dan berubah. Mulai adanya jurang yang memisahkan masyarakat Indonesia dalam hidup bersama. sehingga memunculkan manusia yang tidak berjiwa pancasila dan tidak bermoral.
ilustrasi penolakan masyarakat. Foto : shutterstock
Peristiwa penolakan ini memberikan gambaran yang sangat jelas bahwa masih banyak orang yang "menanamkan" dalam dirinya sikap intoleran terhadap kemajemukan agama di Indonesia. Rasanya penolakan terhadap pembangunan sekolah Kristen, yang dilakukan oleh beberapa ormas Islam, "dilatarbelakangi" oleh permasalahan agama atau identitas yang dimiliki sekolah tersebut. Padahal, dalam Pancasila sangat ditekankan nilai keadilan dan ketuhanan yang mesti menjadi landasan bagi setiap pengembangan dan perkembangan di Indonesia. Pembangunan sekolah pun didasarkan pada realitas dan kenyataan yang dilihat oleh beberapa orang bahwa masih dibutuhkan tempat-tempat pendidikan yang mengumpulkan dan menyatukan berbagai lapisan intelektual untuk nantinya menjadi penerus bangsa yang ber-IQ tinggi.
ADVERTISEMENT
Hal yang semakin memperburuk keadaan ialah penolakan yang terjadi disetujui oleh DPRD, yang dalam hal ini "mereka yang menjadi penyambung tangan masyarakat daerah" juga menolak pembangunan sekolah Kristen itu. Memang sangat disayangkan ketika adanya keinginan yang berlatarbelakang pendidikan terhalang dengan kebijakan pemerintah yang menolak dan tidak ada respons yang baik dari masyarakat. Sungguh ironis kehidupan masyarakat Indonesia di masa sekarang ini. Masyarakat Indonesia harus melihat kembali setiap nilai yang terkandung di dalam Pancasila. Apa arti dan peran sebenarnya kelima sila bagi kemajuan dan persatuan dalam negara Indonesia.
Melihat kembali bukan sekadar mencari dan mengetahui, tetapi perlu adanya tindakan nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, agar kelima sila dapat menjadi sebuah spirit bagi setiap masyarakat demi terciptanya masyarakat yang bermoral. Masyarakat yang hidup dalam keberagaman, menerima segala perbedaan, dan melestarikan budaya Indonesia yang penuh dengan toleransi. Masyarakat harus menanamkan dalam dirinya bahwa "sesuatu yang dibuat oleh pihak manapun demi dan untuk kebaikan bersama" perlu didukung dan disetujui, bukannya malah menjadi kubu oposisi atasnya.
ADVERTISEMENT
Namun, tentu persoalan ini perlu juga diselesaikan dengan bantuan pemerintah, yang adalah wakil rakyat di daerahnya. Mereka seharusnya terus memberikan pengarahan, sosialisasi, dan pembelajaran tentang hidup beragama dan hidup toleransi untuk menumbuhkan kembali masyarakat yang berjiwa Pancasila dan masyarakat yang bermoral person. Pemerintah pun seharusnya menjadi kubu penegah yang melindungi setiap lapisan masyarakat, mendukung aspirasi yang baik, dan memajukan daerah lewat sarana dan prasarana yang memadai (seperti sekolah). Agar perkembangan dalam Indonesia sungguh terealisasi lewat peningkatan kualitas daerahnya. Maka hal penting ini perlu diterapkan dan terus diperhatikan oleh setiap daerah yang ada di Indonesia.
Maka dari itu, penolakan terhadap pembangunan sekolah Kristen ini, dan mungkin sekolah-sekolah lainnya (yang tidak tampak), mesti menjadi sebuah contoh dan tindakan yang tidak boleh diikuti dan dihayati oleh seluruh masyarakat Indonesia. Karena masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang tahu toleransi terhadap satu sama lain. Masyarakat Indonesia adalah orang-orang yang berjiwa Pancasila yang sangat menjunjung kelima sila dalam kehidupan bermasyarakat. Masyarakat Indonesia harus terus mengembangkan diri sebagai moral person agar setiap permasalahan yang terjadi mampu diminimalisir dan dihindarkan dari kehidupan negara Indonesia ini.
ADVERTISEMENT
Sehingga marilah terus berlaku toleransi dalam membina kehidupan. Teruslah menghargai perbedaan yang ada dan memberdayakan kemajemukan itu sebagai warisan dan kekayaan bangsa. Karena negara yang baik bukan dilihat dari seberapa majunya negara itu berkembang, tetapi dari seberapa besar kebaikan yang terjadi di dalamnya serta seberapa besar nilai-nilai Pancasila diterapkan dalam bingkai hidup bersama.