Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
KDRT: Realitas Kelam yang Harus Dihentikan
21 November 2024 16:15 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Arlinda Kavitasari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) telah menyumbangkan angka tindakan kekerasan sampai 9.503 kasus. Ini adalah angka yang cukup besar. Mengutip laporan dari Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA) yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Indonesia mengalami lonjakan drastis pada kasus kekerasan sepanjang tahun 2024. Data yang diperoleh dari 1 Januari sampai 14 Agustus 2024 mencatat total 15.490 kasus kekerasan. Tentu saja KDRT yang paling mendominasi.
ADVERTISEMENT
Begitu banyak kasus KDRT yang berseliweran di sekitar kita, sebenarnya apa dan siapa yang perlu disalahkan? Dan faktor apa saja yang bisa menyebabkan KDRT terjadi? Mengapa peristiwa menyedihkan ini terus saja terulang?
Menurut Dr. Murray A. Straus, KDRT merujuk pada setiap tindakan atau kegiatan yang melukai, menyakiti, atau memberikan dampak buruk terhadap anggota keluarga dalam rumah tangga secara fisik maupun psikologis. Kemudian menurut Dr. Lenore E. Walker menyebutkan bahwa KDRT adalah pola perilaku yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan dan kontrol atas pasangan atau anggota keluarga lainnya melalui kekerasan fisik atau psikologis. Maka bisa disimpulkan bahwa KDRT adalah pola pikir untuk memperoleh kekuasaan dan kontrol dalam rumah tangga melalui kekerasan fisik atau psikologis.
ADVERTISEMENT
Banyak hal yang menyebabkan KDRT ini terjadi, bisa karena kombinasi faktor psikologis, sosial, ekonomi, dan budaya. Mengatasinya pun membutuhkan pemahaman dan dukungan moral banyak pihak, seperti keluarga, teman, dan masyarakat. Dari banyak hal penyebab KDRT berikut penjelasannya:
1. Masalah emosional dan psikologis
Sikap rasa tidak aman, rendah diri, atau trauma masa lalu termasuk dalam masalah emosional dan psikologis. Pelaku merasa perlu mengontrol dan mendominasi pasangan agar merasa lebih kuat dan memuaskan ego.
2. Stres dan tekanan ekonomi
Kondisi keuangan yang kurang, memiliki beban pekerjaan dan beban pikiran, atau masalah hidup lainnya bisa membuat seseorang mudah tersinggung, marah, dan frustasi. Akhirnya mereka melampiaskan emosi ini dengan kekerasan terhadap keluarga.
3. Pola parenting dan lingkungan yang buruk
Seseorang akan tumbuh sesuai dengan pola asuh dalam keluarganya terdahulu. Dia akan belajar dari apa yang mereka lihat sebagai anak-anak, dan menganggap kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah.
4. Penyalahgunaan alkohol atau obat terlarang
Orang yang dalam pengaruh alkohol dan obat terlarang sering kehilangan kontrol diri. Akibatnya pelaku tidak segan melakukan kekerasan.
5. Ketidaksetaraan gender
Di kehidupan ini kita sudah tidak asing dengan pernyataan salah kaprah bahwa laki-laki yang lebih berkuasa. Hal ini yang menyebabkan rasa ingin mengontrol atau memaksa pasangan untuk menuruti keinginan sendiri.
6. Kurangnya pendidikan, atau kesadaran
Banyak orang yang belum mengetahui bahwa kasus kekerasan rumah tangga merupakan kasus yang melanggar Hak Asasi Manusia (HAM). Kurangnya pengetahuan menyebabkan peristiwa ini masih saja terulang bahkan terus membiarkan kekerasan ini terjadi.
ADVERTISEMENT
Dampak dari KDRT ini juga sangat merugikan dan bersifat kompleks, tidak hanya secara fisik melainkan juga psikologis, emosional, sosial, hukum, maupun kerugian jangka panjang. Anak-anak juga akan menerima kerugian tersebut. Maka dari itu, mengenal gejala awal sangat perlu untuk diperhatikan.
Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) biasanya dimulai dengan tanda-tanda kecil, namun semakin lama bisa semakin parah. Mengenali tanda awal KDRT sangat penting agar bisa secepatnya mengambil langkah pencegahan. Tanda awalnya bisa meliputi penggunaan kata kasar dan merendahkan, cemburu yang berlebihan, melontarkan ancaman tersembunyi, perubahan emosi yang cepat dan tidak wajar. Mengetahui tanda-tanda tersebut bisa mencegah kita ataupun orang disekitar kita untuk menjadi korban.
Menghentikan Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) mungkin akan membutuhkan pemilihan cara yang paling tepat dan melibatkan banyak pihak. Membutuhkan keberanian untuk mencari pertolongan, kesadaran bahwa kita memiliki hak untuk hidup tanpa kekerasan, serta dukungan lingkungan sekitar dan lembaga yang berwenang. Jangan ragu untuk segera mencari pertolongan jika anda mengalami KDRT. Ingat! Keselamatan anda adalah prioritas utama.
ADVERTISEMENT
Kesimpulannya, KDRT adalah pola pikir untuk memperoleh kekuasaan dan kontrol dalam rumah tangga melalui kekerasan fisik atau psikologis. Banyak hal bisa menyebabkan KDRT entah itu dari faktor internal maupun eksternal. Dengan mencegah dan mengetahui tanda-tanda sejak awal, kita bisa meminimalisir akibat buruk yang ditimbulkan oleh KDRT yang mungkin saja tidak hanya diri kita, tetapi anak, orang tua, dan seluruh keluarga bisa merasakan dampak tersebut.