Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pendidikan Sejarah Lokal oleh KKN Jantra 04 FISIP-FIB di Desa Belung
25 September 2024 7:28 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Renjana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 19 dan 27 Juli 2024, suasana Desa Belung dihiasi oleh semangat pengetahuan dan keingintahuan yang menggebu. Dalam rangkaian kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Jantra Fisip-FIB UB Kelompok 04, proker pendidikan sejarah menjadi sorotan utama di MI KH Romly Tamim dan SDN 2 Belung. Melalui pembelajaran yang memikat dan diskusi yang menggugah, siswa-siswi diajak menyelami kembali jejak-jejak masa lalu desa mereka, hubungannya dengan kemerdekaan Indonesia, dan meresapi folklore yang membentuk jati diri mereka.
ADVERTISEMENT
Pendidikan sejarah ini muncul sebagai jawaban atas kurangnya pengetahuan mengenai sosok pahlawan kemerdekaan Hanandjoeddin di kalangan masyarakat Desa Belung. Meskipun Hanandjoeddin bukanlah putra daerah desa ini, melainkan berasal dari Bangka Belitung, perjuangannya melawan penjajah Belanda di Kabupaten Malang, termasuk di Desa Belung telah meninggalkan jejak sejarah yang mendalam. Wacana pembangunan monumen Hanandjoeddin di Desa Belung menjadi sebuah langkah simbolis untuk mengingat dan menghormati jasa-jasa pahlawan tersebut. Namun, menjadi suatu keanehan jika monumen yang megah ini didirikan tanpa adanya pengetahuan dan penghargaan dari masyarakat lokal terhadap sosok yang diabadikan. Maka dari itu, terciptalah proker ini sebagai keresahan kami atas apa yang terjadi di desa Belung.
Selain membahas tentang pahlawan Hanandjoeddin, pendidikan sejarah ini juga menggali folklore yang menyelimuti asal-usul nama Desa Belung. Banyak sekali bertebaran cerita-cerita lisan tentang asal usul nama desa ini. Namun, Fokus utama dari proker ini adalah mengungkap cerita-cerita historis yang berkisar pada tokoh legendaris yang bernama Mangun Yudo atau masyarakat lebih mengenalnya dengan nama Mangun Darmo, seorang patih dari Kadipaten Malang pada abad ke-16, saat penyerangan Mataram Islam yang dipimpin oleh Sultan Agung. Penyerangan ini melibatkan wilayah Brang Wetan dan berperan penting dalam pembentukan nama Desa Belung. Folklore ini tidak hanya menceritakan asal-usul nama desa, tetapi juga mencerminkan kehidupan masyarakat Desa Belung yang kini terbagi dalam dua dusun, Krajan dan Buntaran.
ADVERTISEMENT
Proker pendidikan sejarah ini dirancang dengan pendekatan yang komprehensif dan inovatif. Langkah pertama adalah pembuatan modul yang menyajikan informasi secara sistematis mengenai sejarah dan folklore Desa Belung. Selain itu, narasi folklore dikembangkan melalui cerpen yang diolah dari penelitian terdahulu, Buku yang diberikan oleh Kantor desa, dan wawancara mendalam dengan beberapa masyarakat setempat yang tahu akan kisah-kisah lama. Cerpen ini bertujuan untuk menyusun kembali cerita rakyat dengan konsep yang naratif, menghubungkan elemen-elemen folklore dengan kehidupan masyarakat saat ini. Tidak hanya itu, proker ini juga menggali hubungan antara sejarah kemerdekaan dari Hananjoeddin dan pengaruhnya di desa Belung, mengeksplorasi bagaimana kisah ini membentuk kehidupan masyarakat Desa Belung.
Sebagai bagian dari upaya menyebarluaskan pengetahuan ini, kolaborasi dengan pihak luar dilakukan untuk menghasilkan video wayang yang menggambarkan asal-usul Desa Belung. Video ini berfungsi sebagai media edukasi yang menarik, menggabungkan elemen seni dan sejarah untuk meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap warisan budaya desa.
Hasil dari proker pendidikan sejarah di Desa Belung menunjukkan tantangan dan keberhasilan dalam mengajarkan sejarah kepada siswa SD. Meskipun banyak anak lebih suka bermain daripada belajar di kelas, proker ini berhasil menarik minat beberapa siswa dengan cara yang menyenangkan dan sabar. Cerita mengenai pahlawan Hanandjoeddin dan folklore Desa Belung diterima dengan antusias oleh sebagian siswa, yang menunjukkan bahwa metode pengajaran yang inovatif dan penuh kesabaran dapat membangkitkan minat belajar sejarah pada generasi muda.
Proker pendidikan sejarah ini diharapkan tidak hanya memberikan dampak langsung bagi masyarakat Desa Belung, tetapi juga menjadi referensi berharga untuk kegiatan KKN di masa mendatang. Sering kali, program-program KKN mengabaikan aspek sejarah dan budaya lokal karena dianggap kurang memberikan dampak jangka pendek. Padahal, inisiatif seperti ini memiliki nilai yang signifikan dalam jangka panjang. Menghidupkan kembali cerita-cerita folklore dan mengedukasi generasi muda tentang sejarah desa mereka, proker seperti ini berfungsi sebagai pengingat yang memperkuat identitas dan kesadaran budaya di kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT