Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Resensi Novel “Selamat Tinggal” Karya Tere Liye
6 Desember 2022 22:45 WIB
Tulisan dari Arno Nur Rizky Azis tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Identitas Novel Selamat Tinggal Tere Liye
ADVERTISEMENT
Judul : Selamat tinggal
ADVERTISEMENT
Penulis : Tere Liye
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Tahun Terbit : 2020
Halaman : 360 halaman
Ukuran Buku : 20 cm
ISBN : 9786020647821
Harga Buku : 85.000
Resensi Novel Selamat Tinggal Tere Liye
Novel Selamat Tinggal ini menceritakan tentang kehidupan seorang pemuda bernama Sintong Tinggal atau biasa dipanggil dengan nama Sintong ia merupakan anak rantau. Ia diberi julukan “Mahasiswa Abadi” dan berhasil lulus di tahun ke-6 di salah satu Fakultas Sastra dengan skripsinya mengenai Sutan Pane. Sintong sendiri bekerja paruh waktu di toko buku “Berkah” milik pakliknya. Sebenarnya Sintong keberatan dengan pekerjaannya tersebut, dikarenakan buku-buku yang dijual di toko semuanya buku bajakan yang mana penulis akan dirugikan atas tindakan itu. Jadi selama ia berkuliah, ia hidup dengan uang hasil penjualan buku bajakan. Karena ekonomi yang sulit ia terpaksa masih bekerja di buku tersebut.
ADVERTISEMENT
Di dalam novel ini juga diceritakan mengenai kisah cinta Sintong yang rumit dan menarik dengan cinta pertamanya yaitu Mawar Terang Bintang yang kandas di tengah jalan. Beberapa bulan setelah ia patah hati karena Mawar, ia menjadi orang yang tidak semangat dalam menjalani hidup. Selain itu, skripsinya menjadi tertunda dan segala aktivitas menulisnya pun menjadi berantakan. Sebenarnya, dulu Sintong merupakan mahasiswa yang cerdas dan aktif di kampus. Ia juga membuat berbagai tulisan yang di muat di salah satu koran nasional. Ya, Sintong menjadi seperti itu karena terlalu memikirkan kisah cinta pertamanya dengan Mawar.
Tak lama setelah ia merasakan patah hati karena cinta pertamanya itu, datanglah seorang perempuan bernama Jess yang membuat hidupnya kembali berwarna. Jess sendiri adalah mahasiswi baru di Fakultas Ekonomi. Kehadiran Jess nampaknya memberikan dorongan semangat pada diri Sintong. Sintong menjadi semangat untuk menulis skripsinya dan ia memutuskan untuk membuat skripsi menggunakan buku yang ia temukan di toko berkah.
ADVERTISEMENT
Di luar dugaan ternyata buku yang ia temukan merupakan buku langka karya seorang tokoh sastra Indonesia bernama Sutan Pane, yaitu sosok sastrawan yang terlupakan dan jarang dikenal luas oleh masyarakat. Dengan buku tersebut Sintong mendapatkan inspirasi sehingga ia dapat menyelesaikan tugas skripsinya dengan lancar.
Disaat Sintong mulai dekat dengan Jazz, ia justru mendengar kabar tak baik dari Mawar, cinta pertamanya. Hal tersebut membuat Sintong mengingat memori-memori lamanya dengan Mawar. Namun ternyata hal tersebut tidak mempengaruhi Sintong lagi, ia sudah berhasil melupakan kenangannya bersama Mawar meskipun dulu sangat sulit karena merupakan cinta pertamanya.
Hari demi hari Sintong lalui, cobaan atau masalah datang kepadanya silih berganti. Akan tetapi, semua masalah itu berhasil ia selesaikan meskipun dengan usaha yang sangat melelahkan. Hingga masalah buku bajakan pamannya yang mana Sintong mulai menentang dan bibinya mulai marah kepada Sintong. Itulah kisah Sintong hingga akhirnya ia bisa sukses dan menjadi penulis dan melanjutkan kuliahnya di Belanda.
ADVERTISEMENT
Kelebihan dan Kekurangan Novel Selamat Tinggal Tere Liye
1. Kelebihan Novel Selamat Tinggal
2. Kekurangan Novel Selamat Tinggal
Pesan Moral Novel Selamat Tinggal Tere Liye
Pesan moral yang bisa diambil dari novel ini adalah "Berhenti untuk membeli buku bajakan atau membaca buku bajakan baik buku yang secara fisik maupun secara non fisik, hargailah karya orang lain sekecil apapun itu". Novel ini juga memberi himbauan dan mengajak para pembaca agar dapat mengakhiri ketergantungan menggunakan barang atau produk bajakan.
ADVERTISEMENT
Penulis: Arno Nur Rizky Azis
Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta