Puan dan Gerakan Revolusi Mental Menyelamatkan Hutan

Ita Rinjani
MENCINTAI SEMILIR
Konten dari Pengguna
4 Agustus 2017 12:15 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ita Rinjani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Puan dan Gerakan Revolusi Mental Menyelamatkan Hutan
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sejak ditunjuk oleh Joko Widodo sebagai orang nomor satu dalam gerakan revolusi mental, Puan bukan saja sibuk bagaimana memberikan pemahaman atas konsep-konsep revolusi mental Joko Widodo ini, tetapi dia juga bertanggung jawab untuk membuat gerakan ini memiliki daya gebrak dan benar-benar hidup di hati masyarakat. Jika selama ini, konsep-konsep tentang revolusi mental masih sebatas dipahami sebagai suatu ungkapan sloganistik, maka Puan Maharani berusaha menunjuk dan menyasar hal-hal kecil dan menghidupkannya.
ADVERTISEMENT
Puan ingin menempatkan revolusi mental bukan sekedar sesuatu yang menggaung tetapi juga sesuatu yang membumi. Maka dalam hal ini, sasarannya adalah tindakan-tindakan nyata, yang kongkrit, etos kerja, kedisiplinan, kesediaan untuk menyadari sebagai aparat negara yang tugasnya menjadi pelayan bagi rakyat dan tindakan-tindakan yang responsif atas berbagai persoalan di lingkungan.
Bagi aparatur pemerintah, gerakan revolusi mental bisa dalam wujud kegigihan dalam bekerja melayani rakyat. Kesadaran itu diwujudkan dalam kedisiplinan bekerja dan ketulusan dalam melayani. Tersenyum pada saat melayani rakyat adalah perihal kecil perwujudan dari gerakan revolusi mental. Datang tepat waktu dan kedisiplinan yang lainnya.
Baru-baru ini, Puan Maharani menunjukkan perhatian dan keprihatinannya atas nasib Taman Nasional Lorentz di Papua Barat dan Taman Nasional Tropical Rainforest Heritage Sumatera (TRHS). Dikabarkan bahwa Taman Nasional Lorentz terancam masuk kategori “endangered”. Sedangkan THRS memang sudah terganggu dan sudah masuk dalam “endangered list” (liputan6.com, 15 Juli 2017).
ADVERTISEMENT
Keprihatinan atas persoalan ini diwujudkan dalam tindakan yang cepat untuk menyelamatkan hutan yang masuk atau terancam masuk kedalam kategori “endangered”. Pemerintah dan rakyat harus segera mengambil tindakan kerjasama, bergotong royong. Hal ini dimaksudkan agar kebersamaan dan rasa memiliki bersama terwujud kuat dalam pemerintah dan rakyat. Maka Puan Maharani menyebut ini “adalah tugas kita”, misalnya terlihat dalam paparannya pada rapat Rapat Kerja Nasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehudatan 2017 di Jakarta (Rabu, 2 Agustus 2017):
“Adalah tugas kita untuk bergotong royong menyelamatkan taman nasional kita, kawasan hutan yang menjadi warisan dunia” (liputan6.com).
Puan Maharani menyadari bahwa kawasan hutan Indonesia mencapai 121 juta hektare. Dan dari sebagian besarnya telah banyak dimanfaatkan untuk jasa produksi dan demi memperluas pusat-pusat pertumbuhan. Yang diingatkan oleh Puan Maharani adalah agar hendaknya pembangunan di sektor kehutanan tetap memperhatikan daya dukung lingkungan yang ada.
ADVERTISEMENT
Yang ditakutkan adalah persoalan bencana berupa banjir, tanah longsor, ledakan penyakit akibat perubahan ekologis dan lainnya yang semua itu disebabkan oleh eksploitasi yang berlebihan. Akibat-akibat iut juga berdampak lebih jauh pada ekonomi atau bahkan jiwa manusia.