Konten dari Pengguna

Pengangguran yang Rendah Ternyata Berbahaya Bagi Negara?

Arrizal Tegar Al Azhar
Mahasiswa Teknik Mesin di salah satu universitas di Surabaya
13 Mei 2024 8:32 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arrizal Tegar Al Azhar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Manuel Alvarez/Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Manuel Alvarez/Pixabay
ADVERTISEMENT
Ketika berbicara tentang perekonomian yang sehat, seringkali kita memandang tingkat pengangguran yang rendah sebagai prestasi yang luar biasa. Dalam pandangan awam, tingkat pengangguran rendah dapat dianggap sebagai tanda sukses perekonomian, yang berarti jumlah lapangan pekerjaan luas dan tingkat kesejahteraan masyarakat meningkat.
ADVERTISEMENT
Dalam banyak kasus, tingkat pengangguran yang rendah memang bisa menggambarkan perekonomian suatu negara yang sehat dan berkembang. Contohnya seperti negara Singapura. Dilansir dari CNBC, persentase tingkat pengangguran di Singapura berada di angka 1.8% pada Maret 2023. Dan mempunyai PDB (Produk Domestik Bruto) per kapita sebesar US$ 84.501 per tahun.
Seperti halnya segala sesuatu dalam kehidupan, keseimbangan tetap menjadi hal yang krusial. Rendahnya tingkat pengangguran bisa memberikan tantangan baru, termasuk peningkatan tekanan pada pasar tenaga kerja, lonjakan inflasi, dan perubahan dinamika sosial yang perlu dihadapi oleh masyarakat dan pemerintah.
Apakah terlalu rendahnya tingkat pengangguran bisa menjadi bumerang bagi kesejahteraan suatu negara? Bagi beberapa orang yang mendalami ilmu ekonomi, tingkat pengangguran yang terlalu rendah ternyata juga tidak baik bagi suatu negara. Konsep yang membahas hal ini lebih dikenal dengan sebutan NAIRU atau Non-Accelerating Inflation Rate of Unemployment.
Kurva Phillips (NAIRU)/Pavlos P. Stamatiou

Pengangguran yang Rendah Dapat Menipu?

Pengangguran adalah suatu hal yang wajar di setiap negara dan di setiap negara, pasti mempunyai masyarakat yang menganggur. Ini adalah hal yang normal. Namun, salah satu hal yang penting untuk diingat adalah bahwa tingkat pengangguran yang rendah tidak selalu menjadi tanda positif dalam perekonomian suatu negara. Ketika terlalu fokus untuk menurunkan angka pengangguran, bisa saja dampak negatif muncul dari situ. Beberapa dampak negatif yang dapat terjadi ketika tingkat pengangguran terlalu rendah antara lain:
ADVERTISEMENT

Inflasi yang Meningkat

Saat tingkat pengangguran mencapai angka yang sangat rendah, maka ketersedian tenaga kerja akan semakin berkurang. Hal ini dapat memicu ketegangan yang signifikan dalam pasar tenaga kerja. Dimana perusahaan tidak dapat menemukan dan merekrut tenaga kerja tambahan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan.
Akibatnya, perusahaan akan berupaya memaksimalkan pekerja yang ada dan memberikan upah yang lebih tinggi kepada mereka. Hal ini akan memicu kenaikan harga barang dan jasa. Pada akhirnya inflasi akan meningkat dan dapat mempengaruhi daya beli masyarakat yang kemudian dapat mengganggu stabilitas ekonomi negara.
Dalam kasus lain, inflasi dapat meningkat akibat dari banyaknya uang yang beredar dalam masyarakat. Sebab ketika hampir seluruh masyarakat mempunyai pekerjaan, maka peredaran uang dalam masyarakat juga akan semakin cepat. Akibatnya, ketersediaan barang dan jasa akan lebih cepat habis, sedangkan supply barang dan jasa tersebut terbatas.
ADVERTISEMENT

Tekanan pada Upah Tenaga Kerja

Jumlah pengangguran dapat diilustrasikan sebagai pemain cadangan dalam permainan sepak bola. Ketika jumlah pemain cadangannya sedikit (atau bahkan tidak ada sama sekali) para pemain inti tentu akan kewalahan jika harus bermain full time. Akibatnya, mereka akan menuntut lebih kepada manager tim.
Sama halnya dengan ilustasi diatas, ketika jumlah pengangguran yang tersedia hanya sedikit, maka setiap pekerja memiliki potensi atau daya tawar keterampilan yang lebih besar untuk membantu produktivitas perusahaan. Sehingga, ini akan mengarah pada tuntutan kenaikan upah yang berkelanjutan. Pada akhirnya, hal ini dapat berdampak pada biaya produksi perusahaan dan juga mempengaruhi harga barang dan jasa yang beredar di masyarakat.
Berkaitan dengan poin di atas, ketika permintaan tenaga kerja dalam sebuah perusahaan meningkat namun ketersediaan tenaga kerja menurun. Maka, perusahaan hanya memiliki dua opsi. Opsi pertama, perusahaan akan menaikkan upah pekerja, untuk melakukan tugas atau jobdesk tambahan diluar jobdesk utamanya. Seperti yang dijelaskan pada poin b.
ADVERTISEMENT
Atau perusahaan dapat memilih opsi kedua, yaitu merekrut tenaga kerja yang ada walaupun dengan kualitas yang rendah. Ini tentu menjadi dilema bagi perusahaan. Pada opsi kedua ini, pekerja yang kurang berkualitas tentu dikhawatirkan akan menurunkan tingkat produktivitas perusahaan tersebut. Akibatnya, perusahaan menjadi merugi dan bisa saja bangkrut.

Mengapa Konsep NAIRU Penting?

Disinilah konsep NAIRU memasuki permainan. Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Friedman (1968) dengan sebutan Natural Rate of Employment atau Tingkat Pengangguran Alamiah.
NAIRU menawarkan kosep tingkat pengangguran yang “aman” dalam perekonomian di mana inflasi tetap stabil. Artinya, NAIRU memberikan sebuah titik acuan keseimbangan yang sehat dan tepat antara pengangguran dan inflasi yang terkendali. Ketika tingkat pengangguran linier terhadap NAIRU, maka dikatakan inflasi stabil. Jika tingkat pengangguran berada dibawah NAIRU, maka inflasi meningkat. Dan sebaliknya, jika tingkat pengangguran diatas NAIRU inflasi menurun.
ADVERTISEMENT
Sayangnya, tidak ada acuan yang pasti dalam menentukan berapa tingkat NAIRU yang sesuai. Namun, Federal Reserve (bank sentral di Amerika Serikat) mengatur tingkat NAIRU berada di antara 5% - 6% pengangguran.
Lalu bagaimana dengan NAIRU di Indonesia? Seorang staf statistik sosial BPS Kabupaten Waropen, Muhammad Fajar, telah melakukan sebuah perhitungan untuk mengestimasi NAIRU di Indonesia dengan menggunakan pendekatan Ball-Mankiw. Berikut adalah grafik pergerakan NAIRU di Indonesia dan tingkat pengangguran terbuka periode 1987 – 2016.
Pergerakan NAIRU dan Tingkat Pengangguran Terbuka Periode 1987- 2016
Meskipun tingkat pengangguran yang rendah seringkali dianggap sebagai tanda perekonomian yang kuat, penting untuk mempertimbangkan dampak potensial dari tingkat pengangguran yang terlalu rendah. Konsep NAIRU telah menunjukkan bahwa ada tingkat pengangguran “ideal” dimana inflasi stabil dan perekonomian berjalan dengan baik. Oleh karena itu, penting bagi pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan berbagai faktor ketika mencoba untuk mengurangi tingkat pengangguran.
ADVERTISEMENT