Konten dari Pengguna

AI Bisa Menjawab Semua, Tapi Siapa yang Mengajarkan Etika?

Muhammad Asyhadullah
Pendidikan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Universitas Pamulang Hobi dan Minat, sangat menyukai programming dan sering menghabiskan waktu untuk belajar bahasa pemrograman baru.saya juga hobi bermain game bersama teman-teman kuliah ketka luang
4 Mei 2025 15:51 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Asyhadullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber Gambar:https://pixabay.com/id/illustrations/ai-dihasilkan-robot-tangan-otak-8540913/)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber Gambar:https://pixabay.com/id/illustrations/ai-dihasilkan-robot-tangan-otak-8540913/)
ADVERTISEMENT
AI Bisa Menjawab Semua, Tapi Siapa yang Mengajarkan Etika?, Kecerdasan buatan (AI) telah menjadi bagian dari ruang belajar. Ia menjawab soal matematika dalam hitungan detik, merangkum bacaan panjang dalam kalimat-kalimat ringkas, bahkan membantu menulis esai dengan struktur sempurna. Namun, di balik semua kemudahan itu, ada satu hal penting yang tak bisa diajarkan oleh mesin: etika.
ADVERTISEMENT
Teknologi Pintar, Tapi Tidak Berhati
AI dibangun dari data, algoritma, dan tujuan efisiensi. Ia bisa memproses informasi jauh lebih cepat dari manusia. Namun, AI tidak memiliki kesadaran moral. Ia tidak tahu mana yang benar atau salah kecuali manusia yang menanamkan batas-batas itu.
Saat siswa mulai mengandalkan AI untuk mengerjakan tugas, muncul pertanyaan penting: apakah mereka masih belajar, atau hanya menyalin pintar? Etika akademik mulai kabur ketika alat bantu berubah jadi jalan pintas. Di sinilah peran pendidikan yang lebih dari sekadar penyampaian materi: membentuk karakter dan tanggung jawab.
Guru Tak Tergantikan oleh Teknologi
AI bisa memberi informasi, tapi hanya manusia yang bisa membentuk pemahaman mendalam, terutama tentang nilai-nilai. Guru dan pendidik tetap menjadi tokoh sentral dalam menanamkan integritas, empati, dan tanggung jawab sosial hal-hal yang tidak bisa diajarkan oleh mesin.
ADVERTISEMENT
Mengajarkan siswa untuk bertanya pada AI boleh saja, tapi lebih penting lagi mengajarkan kapan sebaiknya tidak bergantung padanya. Pendidikan masa depan bukan soal melarang teknologi, tapi bagaimana membimbing penggunaannya dengan bijak.
Menuju Pendidikan yang Seimbang
Solusi bukan dengan menolak AI, tapi dengan mengajarkan cara menggunakannya secara etis. Kurikulum masa depan perlu memasukkan literasi digital dan etika teknologi. Siswa perlu tahu cara berpikir kritis, menilai sumber, dan memahami dampak dari setiap klik dan perintah yang mereka berikan kepada sistem pintar.
Kesimpulanya Di era ketika teknologi bisa menjawab hampir semua pertanyaan, pendidikan harus fokus pada hal yang tidak bisa dijawab oleh mesin: bagaimana menjadi manusia yang bertanggung jawab. Karena di ujungnya, bukan kecerdasan buatan yang menentukan masa depan tapi pilihan manusia dalam menggunakannya.
ADVERTISEMENT