Konten dari Pengguna

Ngajar di Era Digital, Nggak Bisa Pakai Cara Lama

Muhammad Asyhadullah
Pendidikan Mahasiswa Jurusan Teknik Informatika, Universitas Pamulang Hobi dan Minat, sangat menyukai programming dan sering menghabiskan waktu untuk belajar bahasa pemrograman baru.saya juga hobi bermain game bersama teman-teman kuliah ketka luang
7 Mei 2025 15:35 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Muhammad Asyhadullah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(Sumber Gambar:https://pixabay.com/id/illustrations/ai-dihasilkan-sekolah-8659303/)
zoom-in-whitePerbesar
(Sumber Gambar:https://pixabay.com/id/illustrations/ai-dihasilkan-sekolah-8659303/)
ADVERTISEMENT
Ngajar di Era Digital, Nggak Bisa Pakai Cara Lama, Di tengah kemajuan teknologi yang melaju begitu cepat, dunia pendidikan nggak bisa cuma jadi penonton. Banyak murid sekarang lebih cepat belajar dari YouTube atau ChatGPT ketimbang dari buku teks. Kalau cara mengajarnya masih sama seperti 20 tahun lalu, bagaimana pendidikan bisa relevan? Sudah waktunya para pendidik mengevaluasi ulang pendekatan mereka.
ADVERTISEMENT

Guru dan Tantangan Zaman

Perkembangan teknologi telah mengubah hampir semua aspek kehidupan, termasuk dunia pendidikan. Murid-murid sekarang tumbuh bersama internet, media sosial, dan kecerdasan buatan. Tapi sayangnya, metode mengajar di banyak sekolah masih terpaku pada pola lama: ceramah panjang, tugas menumpuk, dan evaluasi lewat ujian tertulis. Padahal, anak-anak digital ini butuh pendekatan yang lebih interaktif dan relevan.

Bukan Sekadar Pakai Proyektor

Mengajar di era digital bukan cuma soal pakai laptop atau presentasi PowerPoint. Ini soal bagaimana guru bisa membuat pembelajaran lebih menarik, personal, dan kontekstual. Pembelajaran berbasis proyek (project-based learning), video interaktif, dan kuis digital hanyalah beberapa contoh dari banyak metode yang bisa diterapkan.

Belajar Bareng, Bukan One-Way

Generasi sekarang nggak suka kalau cuma disuruh duduk dan dengar. Mereka ingin terlibat, ingin suara mereka didengar. Maka, peran guru pun harus berubah: dari satu-satunya sumber pengetahuan menjadi fasilitator yang membimbing proses belajar. Diskusi dua arah, kolaborasi, dan eksplorasi mandiri perlu didorong.
ADVERTISEMENT

Teknologi Sebagai Kawan, Bukan Ancaman

Banyak guru masih canggung atau bahkan menolak penggunaan teknologi karena dianggap ribet atau mengganggu fokus belajar. Padahal, kalau dimanfaatkan dengan bijak, teknologi justru bisa jadi sahabat terbaik dalam menyampaikan materi yang lebih hidup dan mudah dipahami.

Saatnya Bergerak

Kalau dunia sudah berubah, pendidikan juga harus ikut bergerak. Generasi digital butuh guru yang terus belajar, mau adaptasi, dan terbuka terhadap perubahan. Karena masa depan bukan ditentukan oleh siapa yang paling pintar, tapi siapa yang paling siap.