Barcelona, Xavi, dan Momentum Kebangkitan Post-Messi

Ikhlas Alfarisi
Berbicara tentang sepakbola dalam podcast Oragol di Spotify. Belajar di Radio Buku, Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
20 Maret 2022 16:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ikhlas Alfarisi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber Foto: AP Photo
zoom-in-whitePerbesar
Sumber Foto: AP Photo

Jelang El Clasico, yang perlu dilakukan oleh Barcelona hanyalah menjaga momentum. Itu Saja.

ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Barcelona boleh jadi cukup amburadul saat mengawali musim 2021-2022. Krisis finansial berupa utang, gaji pemain selangit, serta kasus Barcagate yang melibatkan mantan presiden klub Josep Maria Bartomeu dan kroni-kroninya menjadi akar masalah.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut kemudian menjadikan separuh hidup mereka, Lionel Messi harus pamit pergi lantaran klub kecintaannya tak mampu untuk membayar perpanjangan kontrak beserta gaji tinggi sang pujaan hati.
Kepergian La Pulga lantas membuat klub asal Catalunya ini limbung dalam mengarungi musim di semua kompetisi. Mengingat dalam tiga musim ke belakang, Messi lah yang menjadi tulang punggung permainan Barcelona.
Hal itu terjadi praktis setelah Xavi pamit ke Qatar, Iniesta ke Jepang, Neymar menerima lamaran klub sultan, dan Luis Suarez terusir ke Atletico Madrid di musim-musim sebelumnya.
Kepergian Messi membuat Barca hanya menyisakan komposisi tim sebagai berikut: Pemain veteran, pemain debutan, dan pemain medioker. Pique, Alba, dan Busquets, dinilai sudah habis masanya. Gavi, Pedri, serta Anak Fati juga masih terlalu dini untuk menjadi andalan tim.
ADVERTISEMENT
Sementara pemain yang berada di usia prime macam Frenkie De Jong, Ousmane Dembele, Ronald Araujo, atau Lord Braithwaite justru belum mampu membuktikan kalau dirinya merupakan pemain jempolan. Antoine Griezmann, Miralem Pjanic, Philippe Coutinho juga harus direntalkan ke klub lain untuk kebutuhan berhemat yang sedang Barca siasati.
Bagaimana dengan rekrutan di jeda musim panas? Tak jauh beda. Memphis Depay masih inkonsisten, Eric Garcia hanya sekadar pelapis, dan Kun Aguero? Yak, Aguero telah berganti karier sebagai pemain E-Sport. Setelah hanya bermain 150 menit dengan 1 gol yang berhasil dibukukan, dirinya pensiun sebagai pemain sepakbola setelah didiagnosis mengalami gangguan jantung.
Dengan melihat komposisi pemain di atas, tidak aneh jika tim yang punya semboyan “Lebih dari Sekadar Klub” ini menjelma sebagai medioker di hadapan lawan-lawannya. Ronald Koeman sebagai nakhoda tim saat itu juga seperti kehabisan ide untuk mengangkat performa tim.
ADVERTISEMENT
Bermain jelek dan kerap kalah di kompetisi domestik, tersingkir dari Piala Raja, dan menjadi “badut” di Liga Champions kemudian menjadi alasan kuat dewan klub untuk menyudahi kerja sama dengan pria yang dulunya sempat menjadi pahlawan Barca di final Liga Champions 1992 itu.
Tak mau berlama-lama terpuruk dalam nestapa, Barcelona kemudian memanggil legenda mereka untuk kembali, Xavi Hernandez. Pria kelahiran Terrassa, Spanyol itu diminta pulang untuk membantu mengembalikan muruah klub Catalunya ini. Xavi yang saat itu tengah menangani klub asal Qatar, Al Sadd, berhasil dinego untuk diboyong dan mengambil alih posisi pelatih di Barcelona.
Walau masih newbie dalam karir kepelatihan dan dinilai terlalu dini untuk mengemban tugas sebagai pelatih Barcelona, Xavi sebagai legenda diharapkan mampu mengangkat tim setidaknya dari sisi moral. Bagaimana tidak, pasca kepergian Messi, wajah Barca seakan begitu mudah “diludahi” oleh para rivalnya. Tersingkir dari fase grup Liga Champions untuk pertama kalinya sejak 2003 merupakan puncak kehinaan klub ini.
ADVERTISEMENT
Perlahan tapi pasti, Xavi mampu mengembalikan muruah klub dengan rangkaian hasil positif yang diraihnya. Tercatat, Xavi sudah berhasil memenangkan 14 pertandingan dari 25 pertandingannya bersama Blaugrana di semua kompetisi.
Di ajang La Liga, 15 pertandingan Barcelona di bawah Xavi hanya kalah sekali dari Real Betis. Sisanya Barca mampu menang dan hanya seri sebanyak 4 kali. Dari sisi produktivitas gol, seluruh kemenangan Barca era Xavi sementara ini cukup meyakinkan dengan torehan 44 gol. Ditambah lagi, ada 8 pemain yang berhasil mencetak 14 gol di 4 laga terakhir mereka. Terlihat betapa indahnya kebersamaan yang terjadi di antara pemain setelah dilatih mantan kapten Blaugrana ini.
Bersama Xavi, Barcelona tampil dengan menjadikan Pedri yang saat ini masih berumur 19 tahun, menjelma menjadi pemain yang signifikan kontribusinya dengan segala potensi yang berhasil dimaksimalkan oleh sang pelatih. Dilansir dari whoscored.com, dalam 10 pertandingan terakhir sejak bulan Februari lalu, Pedri mempunyai rerata nilai 7,0. Naik 1 poin dari 10 pertandingan sebelumnya ketika masih di bawah Ronald Koeman.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kembalinya performa apik Barcelona pun disebut-sebut sebagai akibat dari perekrutan yang dilakukannya di jeda transfer musim dingin. Sang veteran Dani Alves, putra La Masia Adama Traore, Ferran Torres, serta Aubameyang disebut sebagai rekrutan jitu Barcelona di tengah musim. Namun, jangan dulu melabeli para pemain di atas sebagai pemain top. Jika bukan karena Xavi, bisa jadi pemain tersebut sama mediokernya dengan kondisi Barca sebelum mereka mendarat.
Buktinya, sebelum mendarat di Camp Nou, Aubameyang merupakan pemain yang diasingkan oleh Arsenal dan kemudian didepak atas keputusan Mikel Arteta. Faktornya Indisipliner. Ferran Torres dilepas Manchester City karena sudah tidak lagi menjadi pilihan utama bagi Pep Guardiola. Adama Traore sebelumnya sudah 24 pertandingan tanpa kontribusi bersama klub Wolverhampton. Adapun Dani Alves didatangkan untuk sekadar menjadi tim hore dalam ruang ganti Barca.
ADVERTISEMENT
Namun, semuanya mampu Xavi sulap seakan pemain yang baru direkrutnya adalah sebagai pemain elite dengan potensi seabrek. Dani Alves mampu membuat skema penyerangan Barcelona dinamis. Ferran bisa jadi opsi menjanjikan di lini serang sebelah kiri kala Gavi dan Memphis Depay mandul.
Kemudian Adama Traore sudah langsung membuat assist bahkan saat debut pertamanya berseragam Barcelona. Lalu Aubameyang, sementara ini sudah membukukan 7 gol dalam 10 pertandingan. Jika ia konsisten sampai akhir musim, setidaknya Azulgrana bisa dianggap sudah mempunyai mesin gol baru untuk mengarungi era selanjutnya.
Kehadiran Xavi, dan para pemain anyar membuat Barcelona bak perlahan bangun dari posisinya yang semula terkapar. Dirinya sedang bersiap untuk aktif kembali dalam kancah persaingan menjadi klub yang mendominasi sepakbola Eropa bahkan Dunia.
ADVERTISEMENT
Situasi ini bisa kita sebut sebagai momentum kebangkitan Barcelona Post-Messi. Blaugrana yang selama ini selalu diidentikkan dengan Messi, sedang ada dalam proses melampaui zamannya. Logika klub lebih besar dari pemainnya acapkali terabaikan ketika Messi menjadi satu-satunya mega bintang di klub.
Tidak salah memang, mengingat semua hal yang sudah diberikan Messi untuk Barcelona sejak debutnya pada 2004 sangatlah indah. Namun kepergiannya yang begitu mengharukan harus disikapi dengan semangat untuk membangun sebuah klub yang lebih kolektif dan cemerlang. Daripada sekadar bergantung dan meromantisisasi Messi, Barca harus mampu melampaui logika itu dengan menjadi klub yang tajam dari semua lini penyerangan, rapi dalam transisi, serta kokoh dalam bertahan.
Duel dengan rival abadi mereka, Real Madrid pada Senin dini hari nanti (21/3), akan jadi ujian tersendiri bagi Barcelona dalam mempertahankan momentum kebangkitannya saat ini. Sempat dipecundangi pada 2 pertemuan sebelumnya, Barcelona perlu meyakinkan dirinya sendiri bahwa memang saat ini sudah bangkit.
ADVERTISEMENT
Keyakinan itu akan dibuktikan dengan kemampuan melawan permainan Los Galacticos yang baru saja gegap gempita seusai menjungkalkan klub kaya asal Prancis, Paris Saint-Germain dari babak 16 besar Liga Champions. Dalam pertemuannya di leg kedua, raksasa Madrid itu mampu perkasa membalikkan keadaan dengan skor agregat 3-2 pada Kamis (10/3) lalu di Santiago Bernabeu.
Sementara di La Liga, El Real masih gagah di puncak klasemen dengan selisih 15 poin dari Barcelona di posisi ketiga. Barcelona harus sadar betul siapa yang akan dilawan. Namun, kemenangan terakhir yang berhasil diraihnya saat bertandang di markas Galatasaray Jumat lalu, turut memantapkan kepercayaan diri para cules untuk mampu berbicara banyak saat kembali bertandang. kali ini ke markas Real Madrid, Santiago Bernabéu.
ADVERTISEMENT
Berbekal momentum kebangkitan yang sedang dijaga apinya, Blaugrana boleh jadi punya hasrat untuk mendominasi Real Madrid, bahkan mengalahkannya.
Pada akhirnya, dengan semua kekurangan dan kelebihan yang dimiliki, Jelang El Clasico yang perlu dilakukan oleh Barcelona hanyalah menjaga momentum. Itu saja.