Konten dari Pengguna

Kisah dari Karimunjawa, Bertemu Pak Zen

Arsyad Iriansyah
Tertarik pada isu kebencanaan, travelling dan lari
30 Agustus 2017 12:40 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:15 WIB
Tulisan dari Arsyad Iriansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kisah dari Karimunjawa, Bertemu Pak Zen
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Berdialog dengan Pak Zen - Sumber foto: Dokumentasi pribadi
Siang itu, kapal lambat kami merapat di pelabuhan Karimun Jawa setelah menempuh 4 jam perjalan yang bikin getir. Bayangkan saja, ombak hari itu cukup bikin perut saya terkoyak, apalagi hari itu orang banyak ingin berkunjung Karimun Jawa.
ADVERTISEMENT
Kami pun sampai di sebuah homestay sederhana tapi nyaman untuk menempelkan kepala di kasur.
Seorang bapak menyambut hangat kami.
“Selama datang mas. Taruh saja barangnya dulu di sana. Abis itu makan di sana ya” ucap pak Zen sambil menunjukkan meja makan yang ada di depan.
Saya, Zihni dan Owi hanya mengulum senyum, karena kami sudah kecapekan dengan perjalanan menggunakan kapal.
Setelah beberes, kami menikmati telur dadar, tempe, sayur bening, nasi dan tak ketinggalan sambal buatan Ibu Zen. Di hari itu saya menghabiskan hari dengan mengunjungi 3 tempat seru di Karimun Jawa
Kisah dari Karimunjawa, Bertemu Pak Zen (1)
zoom-in-whitePerbesar
Birunya laut - Sumber foto: Dokumentasi pribadi
Kenalkan Pak Zen, beliau adalah penduduk asli Karimun Jawa. Dulu, keluarganya adalah orang terpandang di Pulau Karimun Jawa. Bapaknya adalah orang terpandang, karena memiliki banyak aset pulau. Dari 27 pulau di sekitar Pulau Karimun Jawa, ada beberapa pulau yang dimiliki oleh keluarganya.
ADVERTISEMENT
Petaka datang. Saat ayah Pak Zen meninggal dunia, semua anak mendapatkan warisan berupa pulau. Krisis moneter di tahun 1998 ternyata juga menerpa masyarakat Karimun Jawa. Pak zen, yang hanya mempunyai aset pulau warisan dari ayahnya pun terpaksa menjual pulau itu kepada seorang bule kewarganegaraan German.
Membangun usaha itu tentang berbagi ke sesama
Uang hasil penjualan pulau tersebut ternyata cepat habis. Putar otaklah Pak Zen, bagaimana cara dapat membuat asap di rumah mengepul. Pak Zen menangkap peluang. Bersama istrinya, beliau membangun usaha homestay.
“iya mas, namanya uang warisan ya jadinya gak enak mas. Cepat aja habis” ungkap Pak Zen dengan isapan rokoknya.
Membuat bisnis itu perlu kerja keras, sabar dan paling penting tidak hanya untuk mencari keuntungan. Sesaat, Pak Zen memulai berbicara tentang usaha homestay yang dimilikinya. Saat ini ada sekitar 5 kamar yang peruntukkannya untuk 3 orang serta 1 kamar family (dengan diisi oleh sekitar 10 orang).
ADVERTISEMENT
“Modal usaha itu gak hanya nyari untung mas tapi kalo bisa dibagi-bagi ke orang lain”
Saya mulai menarik kursi agar lebih dekat dengan Pak Zen.
Kisah dari Karimunjawa, Bertemu Pak Zen (2)
zoom-in-whitePerbesar
Senja di Karimun Jawa - Sumber foto: Dokumentasi pribadi
Pak Zen bercerita bahwa usaha homestay. Ini awalnya tak sengaja juga. Dulu sering banget anak-anak UNDIP atau orang yang penelitian. Kebanyakan dari mereka kebingungan dimana harus menginap. Dengan kemurahan Pak Zen, anak-anak mahasiswa tersebut menginap di rumahnya. Awalnya hanya sekala penginapan untuk mahasiswa yang melakukan penelitian di Karimun Jawa.
Keseriusan membangun usaha homestay membuat Pak Zen merenovasi rumahnya. Membuat petakan kamar dengan fasilitas kasur, bantal, kipas angin dan kamar mandi di dalamnya. Harga yang dibuat untuk menginap seharinya bisa dibilang cukup murah, apalagi Pak Zen merambah dengan penyewaan alat snorkling dan kapal untuk mengunjungi pulau-pulau di sekitar Karimun Jawa. Kini, Pak Zen mempunyai paket tur wisata Karimun Jawa.
ADVERTISEMENT
Selain itu, jika tamunya banyak. Pak Zen akan membagi ke tetangganya yang juga mempunyai homestay. Ini adalah cara Pak Zen untuk sama-sama menggerakkan masyarakat pada umumnya.
Dengan demikian, hal itu yang dilakukan masyarakat di Karimun Jawa yang memiliki homestay, jika tamunya tak tertampung di homestay nya maka akan disebar ke tetangganya.
Menjaga alam Karimun Jawa
Setidaknya Kepulauan Karimun Jawa memiliki 18 titik menyelam, antara lain, di Pulau Geleang, Pulau Sintok, Pulau Tengah, Pulau Menyawakan, Pulau Cemara Besar, Pulau Legan Moto, Pulau Tanjung Gelam, Pulau Katang, Pulau Kumbang, dan Pulau Menjangan Kecil.
Kisah dari Karimunjawa, Bertemu Pak Zen (3)
zoom-in-whitePerbesar
Serunya berenang di Karimun Jawa - Sumber foto: Dokumentasi pribadi
Dengan potensi alam yang sedemikian rupa, Karimun Jawa merupakan aset Indonesia untuk keindahan lautnya. Bergeraknya pertumbuhan pariwisata di Karimun Jawa dengan mengembangkan potensi pariwisata bisa menjadi dua mata koin.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan perekonomian masyarakat yang tidak hanya mengandalkan hasil ikan tapi juga bisa melalui sektor lainnya seperti penginapan. Di satu sisi, banyaknya kapal masyarakat yang digunakan untuk berkunjung ke pulau-pulau sekitar juga membahayakan kekayaan alam seperti jangkar yang dapat merusak coral.
Kisah dari Karimunjawa, Bertemu Pak Zen (4)
zoom-in-whitePerbesar
Penampakan alam di bawah laut - Sumber foto: Zihni Ikhamuddin
Menurut WCS Indonesia bahwa terdapat 500 spesies ikan dan 300 jenis coral. Itulah yang membuat Pak Zen selalu meminta masyarakat sekitar dan terutama anak buahnya untuk memastikan ketika bersandar sebaiknya mengikat talinya di coral mati.
Usaha ini dilakukan beliau, karena keyakinannya bahwa jika alam Karimun Jawa rusak maka tak ada lagi yang berminat untuk berkunjung ke Karimun Jawa.
Begitulah Pak Zen. Semoga kita dapat memetik pelajaran darinya.
ADVERTISEMENT
***
Tulisan Karimun Jawa merupakan tulisan berseri di kumparan. Simak tulisan berikutnya tentang keindahan laut Karimun Jawa.