Konten dari Pengguna

Drama: Eksistensi dan Pembelajarannya di Sekolah

Heni Suci Arti
Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
13 Desember 2020 16:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Heni Suci Arti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto oleh: Pekan Apresiasi Sastra dan Drama #4 PBSI UIN Jakarta
zoom-in-whitePerbesar
Foto oleh: Pekan Apresiasi Sastra dan Drama #4 PBSI UIN Jakarta
ADVERTISEMENT
Karya sastra, sebuah hasil penciptaan suatu karya yang berupa puisi, roman ataupun lakon. Membicarakan lakon, sudah pasti berkaitan dengan peran dan drama. Tentunya, sudah tidak asing bagi kita jika mendengar kata drama. Drama atau lebih sering kita sebut sebagai teater dalam KBBI merupakan cerita atau kisah, terutama yang melibatkan konflik atau emosi, yang khusus disusun untuk pertunjukkan teater. Rahmanto mengatakan dalam bukunya, bahwa drama adalah bentuk sastra yang dapat merangsang gairah dan mengasyikkan para pemain dan penonton sehingga sangat digemari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Drama berasal dari bahasa Yunani draomai yang berarti: berbuat, berlaku, bertindak, atau beraksi. Drama berarti perbuatan, tindakan, atau action. Dalam drama, para lakon memerankan berbagai watak. Watak-watak manusia dipotret dalam panggung itu adalah watak yang saling bertikai atau konflik. Konflik manusia ini merupakan dasar lakon, baik dituliskan maupun yang langsung dipagelarkan (Herman J Waluyo, 2002: 2-3).
Membicarakan drama bagi sebagian besar pelajar sudah tidak asing mendengar istilah ini. Pembelajaran drama di sekolah merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, pembelajaran drama termasuk ke dalam apresiasi suatu karya sastra. Apresiasi sastra merupakan suatu penghargaan dan penilaian terhadap suatu karya sastra. Salah satu apresiasinya yaitu berbentuk pembelajaran dalam suatu karya sastra tersebut. Hakikatnya, pembelajaran drama memiliki banyak manfaat. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembelajaran drama dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kepercayaan diri, mengingat bahwa drama adalah suatu karya sastra yang memerankan suatu lakon.
ADVERTISEMENT
Eksistensi Drama di Sekolah
Eksistensi drama di sekolah sangat diperlukan. Teater sekolah menjadi media dan wadah bagi keberlangsungan seni bagi sekolah di tempatnya berada, hal-hal yang terkait pengurusan teater sekolah secara sederhana dan mudah tidak akan menjadi problema bagi pembelajaran drama. Sejatinya, keberadaan drama di sekolah berperan sangat penting untuk pembelajaran bakat dan minat para pelajar di sekolah. Keberadaan drama dapat dijadikan sebagai media untuk para siswa mengembangkan bakat dan minatnya terutama dalam dunia peran.
Di dalam suatu sekolah setidaknya ada organisasi ekstrakulikuler drama sebagai wadah yang dapat digunakan oleh para siswa dalam mengembangkan bakat di dunia peran. Tidak sedikit para pelajar yang senang dalam dunia seni. Hendaknya, karena drama di sekolah merupakan bagian dari pengembangan bakat dan minat siswa dalam berekspresi untuk itu drama haruslah diperkenalkan keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Pembelajaran Drama Sebagai Media untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri
Dalam dunia pendidikan, para siswa tidak hanya dituntut dalam aspek kognitif saja, tetapi afektif dan psikomotorik juga diperlukan. Eksistensi drama juga perlu kita dapatkan di dalam pembelajarannya. Dalam hal ini, drama termasuk ke dalam mata pelajaran wajib di sekolah-sekolah seluruh Indonesia, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam mata pelajaran tersebut terdapat materi yang membahas tentang drama. Setidaknya, pertama-tama para siswa dikenalkan dengan naskah drama untuk pemulaan, agar para siswa tidak kaget dengan pementasan drama. Selain itu, diperkenalkan juga para penulis naskah yang sering disebut dengan dramawan dan nama-nama teater di Indonesia.
Selanjutnya, guru dituntut mampu membina teater sekolah sebagai upaya menciptakan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang kreatif, ekspresif dan bergairah. Tidak lagi menjadikan pembelajaran drama sebagai bagian dari materi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang menjemukan bagi dirinya dan terutama bagi siswanya. Melalui teater sekolah, siswa dapat pula melakukan tahapan langkah-langkah pementasan drama, semua hal yang terkait dari mulai persiapan sampai produksi (pementasan) drama dapat dipelajari secara mendalam melalui kelompok-kelompok pementasan siswa masing-masing.
ADVERTISEMENT
Hal demikian sulit ditemukan jika pembelajaran drama hanya semata diterapkan oleh guru di ruang kelas saat pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia berlangsung. Keterbatasan waktu dan ketidaksesuaian tempat berupa kelas yang dipenuhi bangku dan meja siswa, juga usaha yang seadanya dilakukan oleh guru tidak akan cukup menjadikan pembelajaran drama dapat berlangsung sesuai yang diharapkan kurikulum sekolah.
Tidak hanya itu, para siswa dikenalkan dengan hal-hal yang terkait tentang naskah drama. Naskah drama dapat dijadikan dalam media audio, berupa sandiwara radio atau kaset. Pagelaran pentas dapat di depan publik langsung, dapat juga di dalam televisi (Herman J. Waluyo, 2002: 2). Di zaman sekarang pementasan drama dapat diakses melalui berbagai media sosial seperti Youtube, Instagram dan lain-lain. Hal tersebut untuk mempermudah para siswa dalam pembelajaran drama.
ADVERTISEMENT
Drama dapat digunakan sebagai sarana untuk meningkatkan kepercayaan diri, karena drama merupakan suatu wadah yang dapat digunakan sebagai media untuk berekspresi. Dengan berekpresi maka tingkat kepercayaan diri akan meningkat dengan melalui pembelajaran drama, tentunya dengan bermain peran. Tidak hanya itu, drama tidak hanya dipelajari dengan menggunakan teori saja, tetapi harus pula disertakan dengan praktiknya agar para siswa tidak hanya sekadar membayangkan, tetapi juga mengetahui bagaimana proses dalam suatu pementasan drama.
Referensi:
Rahmanto, B. 1988. Metode dan Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius.
Waluyo, Herman J. 2002. Drama, Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widya.
Muhammad. "Pembelajaran Drama pada Teater Sekolah SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh" dalam Jurnal Unsyiah.
ADVERTISEMENT