Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.1
Konten dari Pengguna
Makepung Lampit Tradisi Khas Jembrana
15 Desember 2024 12:46 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Ni Kadek Artika Sari tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tradisi makepung yang di gelar di Kabupaten Jembrana ini merupakan tradisi pacu kerbau milik petani yang sudah dilakukan secara turun temurun. Dikenal dengan nama makepung yang artinya saling mengejar, dahulu cara ini dilakukan petani saat mengisi waktu luang. Selain makepung cikar, juga ada makepung lampit. “Makepung lampit memang ada sejak dahulu sebelum makepung cikar”, ujar I Made Mara, koordinator makepung Kabupaten Jembrana. Tradisi ini muncul Ketika para petani bergotong royong menjelang musim tanam padi yang kemudian berkembang menjadi sebuah perlombaan yang memiliki syarat nilai jual, kebersamaan dan semangatisme. Selain mempertahankan kearifan lokal, makepung kini menjadi ajang promosi wisata. Peralatan tradisional seperti lampit dan kerbau terlatih adalah elemen penting dalam tradisi ini.
ADVERTISEMENT
Cikal bakal tradisi makepung lampit bermula dari kegiatan petani dalam membajak sawah menjelang masa tanam padi, sementara makepung cikar itu pasca panen padi. Perlombaan makepung lampit dimulai sekitar dari tahun 2005. Makepung lampit ini merupakan tradisi khas yang berlangsung di persawahan berlumpur, namun lumpurnya tidak boleh dalam sehingga harus memilih tempat yang benar-benar tepat. Berbeda dengan makepung cikar yang di gelar di lintasan kering.
Ketut Tulis selaku joki makepung menjelaskan, "sebelum di lombakan, kerbaunya di dipasangkan atribut dan diuji coba terlebih dahulu. Untuk menjaga stamina kerbau, mereka juga diberikan jamu". Atribut makepung lampit lebih simple dibandingkan dengan makepung cikar karena makepung lampit akan di lombakan di atas lumpur.
Anak-anak juga antusias mencoba menjadi joki makepung lampit atau makepung cikar tersebut, I Made Mara mengakatakan, "tidak ada batasan umur untuk ikut dalam perlombaan makepung ini. Kalau anak-anak suka dan berani mereka bisa ikut berpartisipasi". Hal ini penting untuk menjaga kelestarian tradisi agar terus dilanjutkan oleh generasi berikutnya.
ADVERTISEMENT
Pejabat Bupati Jembrana I Ketut Suka Negara, dalam sambutannya yang dibacakan oleh Sekda kabupaten jembrana, I Made Budiasa, menegaskan pentingnya melestarikan tradisi Makepung sebagai ikon budaya dan daya Tarik wisata. Tradisi ini telah diakui sebagai warisan tak benda nasional. Oleh karena itu, segenap pihak harus menjaga penghargaan ini dengan berinovasi, dan berkomitmen untuk meningkatkan kualitas tradisi demi kesejahteraannya dan kelestariannya.
Meskipun tradisi mekepung telah berlangsung turun-temurun, tradisi ini harus tetap dilestarikan dan menjadi daya tarik budaya yang lebih dikenal luas, serta memberikan manfaat bagi kesejahteraan warga setempat.
Ni Kadek Artika Sari, Mahasiswi Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Ganesha