Konten dari Pengguna

Alexithymia: Gejala, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
1 Juli 2022 11:00 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pasien Alexithymia. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pasien Alexithymia. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Alexithymia adalah gangguan psikologis yang disebabkan oleh kerusakan otak pada fungsi afektif dan kognitif. Kondisi ini menyebabkan seseorang tidak mampu mengenali rasa, keluhan, dan emosi di dalam tubuhnya.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku The Art of Medicine karya Dr. Dito Anurogo (2016), pasien Alexithymia biasanya memiliki daya fantasi dan imajinasi yang rendah. Mereka cenderung sulit berkomunikasi atau mengungkapkan sesuatu melalui kata-kata.
Susan David, psikolog di Harvard Medical School mengatakan, Alexithymia bukan termasuk masalah kesehatan klinis. Gangguan ini hanya berupa kesulitan biasa yang kerap dialami seseorang karena kondisi tertentu.
Pada beberapa kasus, Alexithymia kerap memunculkan gejala yang berkaitan dengan masalah kesehatan seperti kelelahan, nyeri, dan rasa sakit. Sebenarnya apa itu Alexithymia? Untuk mengetahuinya, simaklah penjelasan dalam artikel berikut.

Pengertian Alexithymia dan Penyebabnya

Pada dasarnya, Alexithymia adalah ketidakmampuan untuk mengidentifikasi atau menggambarkan emosi dalam tubuh. Wujudnya bisa berupa rasa sakit, kegelisahan, keresahan, perasaan sedih, bahagia, dan lainnya.
Ilustrasi pasien Alexithymia . Foto: pixabay
Akibatnya, pasien dengan Alexithymia sering dianggap nirempati. Mereka terlihat tidak peduli dengan sesuatu yang ada di sekelilingnya, tidak bisa mengekspresikan rasa iba, ataupun sedih.
ADVERTISEMENT
Ketidakmampuan ini membuat mereka mengalami gangguan kecemasan yang berat. Beberapa di antaranya bahkan merasakan putus asa dan ingin menyerah.
Penyebab Alexithymia sangat beragam, salah satunya karena kesalahan dalam pola asuh. Anak-anak yang dipaksa dewasa, tidak boleh menangis dan mengeluh, berisiko menjadi penderita Alexythimia ketika dewasa.
Selain itu, Alexithymia juga bisa dipengaruhi oleh kejadian traumatis yang menyangkut kekerasan fisik, emosional, dan seksual. Kejadian tersebut menyebabkan kerusakan pada daerah otak dan jaringan saraf yang bertanggung jawab untuk memproses emosi.
Mengutip buku Seni Melupakan dan Berdamai dengan Masa Lalu karya Dewi Indra, Alexithymia dapat muncul dengan gangguan neurologis lainnya seperti parkinson. Gangguan psikologis ini dapat disembuhkan dengan terapi mandiri ataupun dengan bantuan profesional.
ADVERTISEMENT
Jika Anda sedang marah, tanyakan kepada diri sendiri tentang emosi yang dirasakan. Apakah tersimpan rasa frustrasi, kekecewaan, dan putus asa dalam diri. Lalu, pertimbangkan mengapa Anda bisa merasakan hal tersebut.
Ilustrasi pasien Alexithymia . Foto: pixabay
Anda perlu memahami bahwa emosi adalah rambu-rambu yang harus diperhatikan. Jika Anda merasakan sesuatu, luapkanlah dengan jelas. Jangan biarkan emosi tersebut mengendap di dalam tubuh dan menimbulkan masalah lain nantinya.
Sebab, emosi akan mengendalikan pikiran, perilaku, dan tindakan Anda. Jika berusaha untuk mengabaikan dan menganggapnya tidak ada, maka Anda sedang bersiap untuk menghadapi masalah kesehatan yang lebih serius.
(MSD)