Pengertian Halusinasi beserta Gejala, Penyebab, dan Cara Mengontrolnya
Konten dari Pengguna
25 Mei 2022 14:45
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Mengutip Buku Sakti Psikiatri karya dr. Martina Wiwie, ada tiga jenis halusinasi yang biasa dijumpai, yakni auditorik, visual, dan taktil. Halusinasi auditorik adalah gangguan persepsi yang muncul ketika pasien merasa ada suara-suara yang membicarakan tentang dirinya.
Halusinasi visual muncul ketika seseorang melihat ilusi palsu tentang sebuah objek yang sebenarnya tidak ada. Sedangkan halusinasi taktil adalah persepsi palsu terhadap sentuhan ataupun perasaan yang ada di dalam tubuh.
Ketiga jenis halusinasi tersebut memiliki tingkat keparahannya masing-masing. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang halusinasi beserta cara mengontrolnya yang bisa Anda simak.
Apa yang Dimaksud dengan Halusinasi?
Seperti disebutkan sebelumnya, halusinasi adalah gangguan persepsi yang muncul ketika pasien menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi ada. Biasanya, hal ini dipengaruhi oleh kondisi organis, fungsional, psikotik, dan historik yang dialami seseorang.

Halusinasi membuat seseorang merubah orientasi realitasnya. Biasanya, seseorang yang mengalami halusinasi akan merasakan gangguan dalam bentuk suara, penglihatan, ataupun sentuhan dan rasa.
Setiap orang yang mengidap halusinasi memiliki cara tersendiri dalam merespons realitas. Mengutip buku Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi karya Trimelia (2011), berikut jenis respons halusinasi selengkapnya berdasarkan tingkat keparahan:
1. Respons adaptif
- Pikiran logis
- Persepsi akurat
- Emosi konsisten dengan pengalaman
- Perilaku sesuai
- Berhubungan sosial
2. Respons psikososial
- Pikiran kadang menyimpang
- Ilusi
- Reaksi emosi tidak stabil
- Perilaku aneh atau tidak biasa
- Menarik diri dari sosial
3. Respons maladatif
- Gangguan pikiran
- Halusinasi
- Sulit merespons emosi
- Perilaku disorganisasi
- Isolasi diri

Apa Penyebab Halusinasi?
Penyebab halusinasi terdiri dari dua faktor utama, yakni presdisposisi dan presipitasi. Keduanya dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung. Dirangkum dari Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health Nursing karya Yosep (2014), berikut penjelasannya:
1. Faktor presdiposisi
- Faktor perkembangan: dipengaruhi oleh rendahnya kontrol dan kehangatan keluarga sehingga pasien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri, dan rentan terhadap stres.
- Faktor sosiokultural: pasien merasa tidak diterima di lingkungannya sejak kecil, sehingga ia merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada orang lain.
- Faktor biokimia: dipengaruhi oleh stres berlebih dan masalah gangguan jiwa lainnya.
- Faktor psikologis: kontrol diri yang lemah sehingga mudah terjerumus pada hal-hal adiktif. Kondisi ini membuat pasien mencari kesenangan sesaat melalui khayalan.
- Faktor genetik dan pola asuh: pasien yang dibesarkan oleh orangtua dengan skizofrenia lebih rentang terkena halusinasi.
2. Faktor presipitasi
- Dimensi fisik: ditimbulkan oleh kondisi fisik seperti kelelahan luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium dan kesulitan tidur dalam waktu yang lama.
- Dimensi emosional: timbul karena perasaan cemas yang berlebihan atas masalah yang tidak dapat diatasi.
- Dimensi intelektual: timbul karena ego untuk melawan impuls yang menekan hingga menimbulkan kewaspadaan yang berlebihan.
- Dimensi sosial: pasien mengalami gangguan interaksi sosial dan menganggap bahwa bersosialisasi nyata itu sangat membahayakan.
- Dimensi spiritual: disebabkan oleh kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, dan hilangnya aktivitas beribadah.

Apa Contoh Halusinasi?
Menukil buku Psikologi Landasan Keilmuan Praktik Keperawatan Jiwa karya I Wayan Mustika (2017), berikut beberapa contoh halusinasi selengkapnya yang bisa Anda simak:
- Melihat sebuah objek seolah-olah berbentuk seperti manusia, binatang, dan benda.
- Melihat sinar, kilatan, dan pola cahaya yang sebenarnya tidak ada.
- Melihat suatu benda seolah-olah berwarna atau tidak berwarna.
- Pasien seolah-olah mendengar suara manusia, suara hewan, suara barang, suara mesin, suara musik, dan suara kejadian alami.
- Pasien seolah-olah mencium bau tertentu.
- Pasien seolah-olah mengecap suatu zat atau rasa yang pernah ia makan sebelumnya.
- Pasien merasa diraba-raba, disentuh, dicolek-colek, ditiup, dirambati ulat, dan disinari sesuatu.
- Pasien merasa badannya bergerak di sebuah ruang tertentu dan merasa anggota badannya bergerak dengan sendirinya.
- Pasien merasakan sesuatu di organ tubuh bagian dalamnya. Misalnya, lambung seperti ditusuk-tusuk jarum dan lain sebagainya.
Apa saja tahapan halusinasi?
Halusinasi terdiri dari tiga tahapan utama sebelum mengarah pada skizofrenia. Dirangkum dari Medical News Today, berikut penjelasannya:

Tahapan pertama
Pasien mulai cemas, kesepian, dan merasa bersalah. Gangguan ini membuat mereka ingin mencari kebahagiaan di dunia khayal. Pasien pada tahapan ini menyadari bahwa pikirannya kacau dan mereka dapat mengendalikannya.
Tahapan kedua
Pada tahapan ini, pasien mengalami kecemasan berlebih dan sengaja larut dalam halusinasinya. Mereka menyadari bahwa halusinasi itu tidak nyata, namun mulai sulit untuk mengendalikannya. Pasien biasanya merasa takut, khawatir, dan cemas ketika suara-suara atau bayangan halusinasi muncul.
Tahapan ketiga
Pasien mulai mengalami kecemasan berlebih yang berakibat pada kepanikan. Suara yang mereka dengar mulai membuat perintah dan menjadi ancaman jika tidak diikuti. Pasien halusinasi tahap tiga berisiko untuk melakukan bunuh diri.
(MSD)
Apa itu halusinasi?
Apa saja jenis halusinasi?
Apa itu halusinasi taktil?
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...
Sedang memuat...
S
Sedang memuat...