Penyakit Rematik: Penyebab, Gejala, Jenis, dan Cara Menghindarinya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
2 Juni 2022 13:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi rematik. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi rematik. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Rematik adalah jenis penyakit autoimun yang berhubungan dengan penipisan tulang rawan. Istilah rematik berasal dari bahasa Yunani “rheumaticos” yang berarti cairan yang berasal dari otak dan menyebar ke sendi hingga menimbulkan rasa nyeri.
ADVERTISEMENT
Penyakit rematik bisa menyerang siapa saja, baik laki-laki maupun perempuan. Namun umumnya, penyakit ini lebih banyak diderita oleh golongan lansia. Gejalanya ditandai dengan rasa sakit atau pegel linu dan rasa kaku sebagai keluhan utama.
Dikutip dari buku Tanaman Obat untuk Mengatasi Penyakit Pada Usia Lanjut karya Dra. Herti Maryani ( 2007), rematik juga bisa menyebabkan pembengkakan sendi, gangguan gerak, dan lemah otot. Dalam kondisi terparah, rematik bisa menyebabkan kecacatan.
Untuk itu, penyakit rematik perlu ditangani oleh tenaga medis profesional. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang penyakit rematik selengkapnya yang bisa Anda simak.

Apa Ciri-ciri Penyakit Rematik?

Ciri-ciri penyakit rematik dapat dibedakan menurut jenisnya. Dalam istilah kedokteran, ada dua jenis penyakit rematik yang paling umum dijumpai, yakni rematik artikuler dan rematik nonartikuler.
Ilustrasi rematik. Foto: pixabay
Rematik artikuler biasanya menyerang bagian sendi, sehingga sering disebut sebagai rematik sendi, artritis, atau radang sendi. Sedangkan rematik nonartikuler biasa menyerang jaringan lunak di luar sendi seperti otot, ligamen, tendon, dan entesis.
ADVERTISEMENT
Pada rematik artikuler, ciri-cirinya ditandai dengan keluhan nyeri sendi, gerak sendi terbatas, kaku sendi pada pagi hari, sendi berbunyi, sendi bengkak, aktivitas jalan terganggu, adanya peradangan, dan terjadinya perubahan sendi.
Sementara pada rematik nonartikuler ciri-cirinya ditandai dengan beberapa keluhan yang lebih kompleks. Berikut uraiannya yang dikutip dari buku Terapi Jus untuk Rematik dan Asam Urat karya dr. Prapti Utami.

Apakah penyakit rematik bisa disembuhkan?

Mengutip situs Stanford Children’s Health, penyakit rematik bisa disembuhkan selama diagnosisnya diketahui sejak awal. Namun jika sudah parah, maka hanya bisa dilakukan perawatan dan pengobatan.
ADVERTISEMENT
Tujuan dari pengobatan tersebut adalah membatasi rasa sakit dan peradangan sekaligus memastikan fungsi sendi dapat bekerja secara optimal. Sebagai catatan, pengobatan harus disesuaikan dengan jenis penyakit rematik yang diderita pasien.
Ilustrasi rematik. Foto: pixabay
Dokter juga harus memerhatikan tingkat keparahan penyakitnya. Dengan begitu, pasien bisa mendapatkan perawatan terbaik untuk meminimalkan risiko komplikasi dan kecacatan di kemudian hari.

Penyakit Rematik Disebabkan oleh Apa?

Penyebab rematik belum diketahui secara pasti, namun diduga terjadi karena kelelahan kronis, shock, luka, dan masuk angin berkepanjangan. Menurut para ahli, faktor-faktor tersebut bisa memicu timbulnya gejala rematik pada seseorang.
Di sisi lain, rematik juga bisa disebabkan oleh kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi purin. Pada rematik jenis nonartikuler, penyebabnya bisa karena peradangan di jaringan ikat, terutama batang tubuh dan anggota gerak.
ADVERTISEMENT
Peradangan tersebut juga bisa menyerang tempat melekatnya tendon dan ligamen di tulang. Kondisi ini bisa semakin parah jika pasien banyak melakukan aktivitas berat di usianya yang sudah lanjut.
Kemudian, rematik juga sering kali dikaitkan dengan proses degeneratif diskus intervertebralis, pertambahan usia, pekerjaan fisik yang berat, dan kadang-kadang juga berkaitan dengan sikap dan postur tubuh yang salah saat berjalan.
Ilustrasi rematik. Foto: pixabay

Apakah mandi malam dapat menyebabkan rematik?

Penelitian ilmiah membuktikan bahwa mandi malam tidak dapat menyebabkan rematik. Namun untuk penderita rematik tertentu, faktor dingin dapat memperberat keluhannya. Sehingga, bila terkena atau berada dalam suhu dingin, persendiannya akan terasa nyeri.
Mengutip situs Reumatologi, hal ini disebabkan oleh peningkatan atmosfer yang dapat meningkatkan tekanan pada ruang sendi. Suhu dingin bisa menyebabkan terganggunya aliran pada sinovium dan merangsang nosiseptor saraf di sekitarnya.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan mandi malam pada penderita rematik bisa memicu timbulnya radang sendi, sehingga muncul keluhan nyeri atau kaku. Untuk itu, dokter menyarankan pasien agar menggunakan air hangat saat mandi di malam hari.

Bagaimana cara mencegah terjadinya penyakit rematik?

Untuk mencegah terjadinya penyakit rematik, Anda bisa menghindari penyebab-penyebabnya. Perhatikan postur Anda ketika berjalan dan beraktivitas. Usahakan tetap melakukan aktivitas yang ringan dan jangan berlebihan.
Anda juga bisa menghindari zat-zat yang bersifat diuretik, berhenti minum alkohol, atau mengonsumsi makanan dan minuman yang tinggi fruktosa. Batasi konsumsi makanan yang mengandung purin seperti daging merah, kerang, dan ikan tuna.
Ilustrasi rematik. Foto: pixabay

Rematik Terjadi Pada Usia Berapa?

Sebenarnya, rematik bisa menyerang siapa saja. Namun besar kemungkinan menyerang pasien yang berusia 30 tahun ke atas. Pada pasien berusia 60-70 tahun, gejala rematik yang timbul biasanya sudah sangat kompleks dan parah.
ADVERTISEMENT
Dalam kasus ini, pasien rematik harus segera mendapatkan pertolongan medis. Sebab, rematik yang parah bisa memicu timbulnya kecacatan pada bagian tubuh tertentu. Perawatan medis yang tepat bisa meminimalisir risiko tersebut di kemudian hari.

Apakah anak-anak bisa terserang penyakit rematik?

Penyakit rematik bisa menyerang anak-anak dan remaja. Mengutip situs University of Rochester Medical Center, berikut beberapa jenis rematik yang paling umum dijumpai pada pasien anak-anak:
1. Artritis idiopatik remaja
Kondisi ini lebih sering menyerang anak-anak di bawah usia 15 tahun. Gejalanya bisa berupa rasa nyeri, bengkak, dan kaku sendi yang menetap. Umumnya, gejala tersebut akan berlangsung selama beberapa bulan.
2. Lupus eritematosus sistemik (lupus)
Rematik jenis ini lebih sering terjadi pada anak perempuan. Gejalanya bervariasi, mulai dari kelelahan, nyeri sendi, ruam, hingga demam. Gejala ini bisa memburuk jika tidak segera mendapatkan penanganan medis.
ADVERTISEMENT
3. Spondilitis ankilosa
Penyakit tulang ini lebih sering terjadi pada anak laki-laki. Gejalanya ditandai dengan nyeri punggung dan berkurangnya fleksibilitas di tulang belakang. Pengurangan fleksibilitas ini bisa membuat postur tubuh pasien membungkuk ke depan
(MSD)