Penyebab Cacar Monyet dan Gejala yang Dialami Penderitanya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
Konten dari Pengguna
24 Mei 2022 16:12 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Illustrasi jaringan yang terkena cacar monyet. Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Illustrasi jaringan yang terkena cacar monyet. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Virus cacar monyet kini sedang marak di benua Eropa. Wabah ini pertama kali terkonfirmasi di Inggris pada 12 Mei 2022, dan sudah menyebar ke beberapa negara Eropa lain. Apa penyebab cacar monyet?
ADVERTISEMENT
Dalam istilah medis, cacar monyet disebut juga dengan monkeypox. Mengutip laman resmi Kementerian Kesehatan RI, monkeypox adalah penyakit yang ditularkan oleh virus ke manusia dari hewan seperti monyet dan hewan pengerat (rodent).
Virus tersebut dapat menyebar melalui kontak langsung dengan darah, cairan tubuh atau lesi kulit hewan yang terinfeksi, dan bisa juga akibat mengonsumsi daging hewan liar yang terkontaminasi (bush meat).

Penyebab Cacar Monyet

Ilustrasi kulit yang terkena cacar monyet. Foto: Pixabay
Menurut situs CDC, penyakit cacar monyet disebabkan oleh infeksi virus monkeypox yang termasuk dalam genus Orthopoxvirus dalam famili Poxviridae. Virus ini dapat menular antar manusia melalui kontak dengan sekresi pernapasan, lesi kulit dari orang terinfeksi atau benda yang terkontaminasi.
Penularan juga dapat terjadi melalui plasenta dari ibu ke janin atau kontak selama persalinan. Disebutkan dalam penelitian terbaru, virus cacar monyet disebut rentan menjangkit komunitas LGBT.
ADVERTISEMENT
Kepala Penasihat Medis UKHSA, Susan Hopkins mengatakan bahwa pelacakan kontak tersebut dilakukan untuk membantu membatasi penyebaran virus yang menyebabkan ruam seperti cacar air.
"Karena virus menyebar melalui kontak dekat, kami mendesak semua orang untuk mewaspadai ruam atau lesi yang tidak biasa dan menghubungi layanan kesehatan seksual jika mereka memiliki gejala," kata Susan dalam laman AFP.
Meski demikian, penularan seksual masih belum jelas, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut. Namun, yang pasti, masuknya virus cacar monyet adalah melalui kulit yang rusak, saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).
Hans Kluge, Direktur Regional WHO untuk Eropa, mengatakan bahwa penyebaran bisa meningkat karena kegiatan masyarakat saat ini yang sudah bebas, sebab tak ada lagi pembatasan pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
"Saat kita memasuki musim panas...dengan pertemuan massal, festival, dan pesta, saya khawatir penularan dapat cepat," jelasnya seperti dikutip dari situs AFP.
Sebenarnya, virus cacar monyet sudah ada sejak dulu dan kasus pertamanya tercatat pada 1970 di Republik Demokratik Kongo (DRC). Kala itu, penyakit ini dilaporkan menjangkit orang-orang di beberapa negara Afrika tengah dan barat seperti Kamerun, Republik Afrika Tengah, Pantai Gading, dan Sierra Leone.
Tetapi selama beberapa minggu terakhir, kasus infeksi terdeteksi di negara-negara Eropa termasuk Portugal, Italia, hingga Swedia, lalu Amerika Serikat, Kanada dan Australia. Menurut Kluge, penyebaran ini tergolong "tidak biasa".
“Semua, kecuali satu kasus baru-baru ini tidak memiliki riwayat perjalanan yang relevan ke daerah endemik cacar monyet,” kata Kluge.
ADVERTISEMENT

Gejala Virus Cacar Monyet

Infografik Waspada Cacar Monyet. Foto: kumparan
Sebenarnya, virus cacar monyet hanya dapat didiagnosis secara pasti melalui pemeriksaan laboratorium rujukan. Namun, secara klinis, gejala yang ditimbulkan mungkin mirip dengan kondisi lain, seperti cacar Smallpox (meskipun sudah diberantas), cacar air, campak, infeksi kulit akibat bakteri, kudis, sifilis, dan alergi terkait obat.
Mengutip Kemenkes RI, masa inkubasi atau interval dari infeksi sampai timbulnya gejala cacar monyet biasanya 6 hingga 16 hari, tetapi bisa juga mencapai 5 sampai 21 hari. Gejala awal yang akan timbul adalah demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembengkakan kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas.
Limfadenopati dapat dirasakan di leher, ketiak hingga selangkangan. Setelah itu, dalam 1 hingga 3 hari setelah gejala awal atau fase prodromal, penderita akan memasuki fase erupsi, yang merupakan fase di mana munculnya ruam atau lesi pada kulit.
ADVERTISEMENT
Umumnya, ruam dimulai dari wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya secara bertahap. Ruam atau lesi pada kulit ini nantinya akan berkembang menjadi bintik merah seperti cacar (makulopapula) dengan lepuh berisi cairan bening dan nanah, kemudian mengeras atau keropeng, lalu 3 minggu setelahnya lesi tersebut akan rontok atau menghilang.
Cacar monyet termasuk ke dalam penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan gejala yang berlangsung selama 14 sampai 21 hari. Meski demikian, tidak menutup kemungkinan jika penyakit ini dapat menjadi lebih parah, khususnya apabila menjangkit anak-anak dan pasien dengan komplikasi.
Kasus kematian akibat penyakit ini cukup bervariasi, tetapi umumnya kurang dari 10 persen kasus yang dilaporkan, sebagian besar di antaranya adalah anak-anak. Hal tersebut dikarenakan kelompok usia yang lebih muda tampaknya lebih rentan terhadap penyakit monkeypox.
ADVERTISEMENT
(NDA)