Konten dari Pengguna

Tuna Daksa: Pengertian, Ciri-Ciri, Dampak, dan Layanan Pendidikannya

Artikel Kesehatan
Kumpulan artikel yang membahas informasi seputar kesehatan.
14 Juni 2022 13:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Artikel Kesehatan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tuna daksa. Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tuna daksa. Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Secara bahasa, tuna daksa berasal dari kata “tuna” yang berarti rugi atau kurang dan “daksa” yang berarti tubuh. Sedangkan secara istilah, tuna daksa adalah kecacatan tubuh yang diakibatkan oleh gangguan kesehatan.
ADVERTISEMENT
Mengutip buku Pendidikan Dasar Inklusif: Teori dan Implementasi karya Indah Hari Utami, dkk (2020), seorang tuna daksa mempunyai kelainan ortopedik berupa gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan persendian. Biasanya kelainan tersebut disebabkan oleh bawaan lahir, penyakit, atau kecelakaan.
Di sisi lain, tuna daksa juga bisa disebabkan oleh kelainan neuro-maskular dan struktur tulang. Mereka yang menyandang tuna daksa memiliki keterbatasan dalam melakukan aktivitas fisik karena mengalami gangguan sensorik dan motorik.
Ada dua tingkat keparahan tuna daksa yang biasa ditemui, yaitu ringan dan berat. Agar lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang tuna daksa selengkapnya yang bisa Anda simak.

Apa Pengertian Tuna Daksa?

Menurut Direktorat Pendidikan Luar Biasa, istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan tuna daksa adalah seseorang yang memiliki cacat fisik, tubuh, atau cacat orthopedi. Dalam bahasa asing, tuna daksa disebut dengan istilah crippled, physically handicapped, physically disabled, dan sebagainya.
Ilustrasi tuna daksa. Foto: pixabay
Seorang tuna daksa mengalami kesulitan untuk mengoptimalkan fungsi anggota tubuh karena terdapat luka, penyakit bawaan, ataupun pertumbuhan yang salah. Akibatnya, kemampuan tuna daksa dalam melakukan gerakan-gerakan tubuh tertentu mengalami penurunan.
ADVERTISEMENT
Pada dasarnya, kelainan tuna daksa dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu kelainan pada sistem serebral (otak) dan kelainan pada sistem otot dan rangka (Musculus Skeletal System). Keduanya memiliki karakteristik berbeda.
Karakteristik tersebut dapat memengaruhi kemampuan penyesuaian diri dengan lingkungan, sehingga timbul kecenderungan untuk bersikap pasif. Dalam hal ini, seorang tuna daksa sangat dipengaruhi oleh jenis dan derajat keturunannya.

Apa Ciri-ciri Tuna Daksa?

Secara umum, tuna daksa memiliki ciri-ciri seperti yang dikutip dari buku Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus karya Sulthon (2020) berikut ini:
Ilustrasi tuna daksa. Foto: pixabay

Apa Saja Dampak Tuna Daksa?

Kecacatan tubuh yang dialami seorang tuna daksa dapat berimplikasi pada kehidupan sehari-harinya. Dampak tersebut dapat berupa:
ADVERTISEMENT

Bagaimana Layanan Pendidikan bagi Anak Tuna Daksa?

Layanan pendidikan yang spesifik bagi tuna daksa adalah bina gerak. Untuk memberikan layanan tersebut diperlukan dukungan terapi, khususnya fisioterapi untuk memulihkan kondisi otot dan tulang penyandang agar tidak semakin menurun kemampuannya.
ADVERTISEMENT
Selain itu, diperlukan pula terapi okupasi dan bermain. Mengutip buku Mengenal ABK: Anak Berkebutuhan Khusus susunan Maria Agustin (2022), ada tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
Pendekatan multidisipliner yaitu layanan pendidikan yang melibatkan berbagai ahli dalam rangka mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki oleh penyandang disabilitas. Para ahli tersebut meliputi ahli medis, dokter tulang, dokter syaraf, ahli pendidikan, psikolog, pekerja sosial, konselor, ahli fisioterapi, ahli terapi okupasi, dan ahli pendidikan khusus.
Ilustrasi tuna daksa. Foto: pixabay
Dalam program rehabilitasi, ada empat stadium yang biasa dilalui, yakni:
ADVERTISEMENT
Program pendidikan sekolah bagi mereka yang tidak mengalami kelainan mental relatif sama dengan anak normal. Hanya saja, bina gerak masih terus dikembangkan melalui fisioterapi dan terapi okupasi untuk perbaikan motoriknya.
Orientasi pembelajaran juga lebih bersifat individu, walaupun dapat juga secara klasikal. Bagi penderita cerebral palsy, bina gerak terus diupayakan agar dapat memperoleh perkembangan yang optimal.
(MSD)