Konten dari Pengguna

Halal Bihalal di Kampung: Tradisi yang Menolak Punah

Arum Pusparini
Seorang mahasiswa yang berkuliah di Universitas Amikom Purwokerto jurusan Ilmu Komunikasi.
7 April 2025 10:21 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arum Pusparini tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Momen Silaturahmi dengan Tetangga di Kampung, Senin (31/3/2025), Sumber: Dokumentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Momen Silaturahmi dengan Tetangga di Kampung, Senin (31/3/2025), Sumber: Dokumentasi Pribadi
ADVERTISEMENT
Banyumas, 7 April 2025 – Di tengah kehidupan modern yang serba cepat, tradisi Halal Bihalal tetap menjadi pengikat erat hubungan sosial di masyarakat. Meski kini banyak orang menjalani Lebaran dengan gaya hidup praktis dan digital, Halal Bihalal di kampung membuktikan bahwa nilai-nilai kebersamaan dan saling memaafkan masih sangat dijaga.
ADVERTISEMENT
Di kampung tempat saya tinggal, Halal Bihalal bukan sekadar formalitas sehari setelah Idul Fitri, melainkan rangkaian silaturahmi yang bisa berlangsung hingga berminggu-minggu. Setelah salat Idul Fitri dan makan bersama keluarga inti, warga mulai saling berkunjung dari rumah ke rumah. Karena jadwal mudik yang berbeda dan kesibukan masing-masing keluarga, momen saling memaafkan justru terasa lebih bermakna saat dilakukan di hari-hari berikutnya.
Momen Kebersamaan Antartetangga di Kampung, Senin (31/3/2025), Sumber: Dokumentasi Pribadi
Tradisi ini tak hanya mempertemukan kembali keluarga besar yang jarang bertemu, tetapi juga menghidupkan kembali komunikasi antartetangga dan sahabat lama. Dalam suasana yang santai dan akrab, cerita masa lalu, tawa anak-anak, dan aroma makanan khas Lebaran menyatu menjadi kenangan yang tak terlupakan.
Yetty (57), seorang ibu rumah tangga, mengungkapkan bahwa Halal Bihalal yang lebih fleksibel sangat membantu. "Kadang di hari pertama Lebaran sibuk menerima tamu, jadi baru bisa bersilaturahmi ke rumah saudara beberapa hari setelahnya. Menurut saya ini justru lebih baik, karena waktunya lebih leluasa dan suasananya lebih santai," katanya.
ADVERTISEMENT
Hal serupa disampaikan Pak Danial (52), tokoh masyarakat setempat. Ia menilai bahwa Halal Bihalal bukan hanya soal waktu, tetapi soal niat dan keikhlasan. "Yang penting niatnya tetap sama, yaitu bersilaturahmi dan saling memaafkan. Kapan pun dilakukan, Halal Bihalal tetap punya makna yang dalam," ujarnya.
Di era digital, banyak orang memilih mengirim ucapan Lebaran lewat pesan singkat atau media sosial. Namun, di kampung, tradisi Halal Bihalal menunjukkan bahwa kehangatan dan kedekatan tidak bisa digantikan oleh teknologi. Sentuhan tangan saat bersalaman, tatapan mata penuh ketulusan, dan obrolan panjang sambil menikmati kue Lebaran tetap menjadi kekuatan utama dalam menjaga hubungan sosial.
Momen Kebersamaan dan Kehangatan Lintas Generasi dalam Keluarga, Senin (31/3/2025), Sumber: Dokumentasi Pribadi
Menariknya, Halal Bihalal di kampung juga menjadi ajang memperkenalkan anggota keluarga baru. Banyak pasangan muda yang baru menikah memanfaatkan momen ini untuk memperkenalkan pasangan mereka ke keluarga besar. Tak jarang juga, pertemuan ini mempertemukan kembali sahabat masa kecil yang kini telah berkeluarga, menciptakan momen nostalgia yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Halal Bihalal secara tidak langsung juga menjadi ajang untuk mempererat hubungan lintas generasi. Anak-anak belajar sopan santun dan nilai memaafkan dari orang dewasa, sementara orang tua bisa menyaksikan tumbuh kembang cucu-cucu mereka. Semua berlangsung secara alami, dalam suasana kekeluargaan yang hangat dan penuh makna.
Tradisi ini juga mendorong semangat berbagi. Banyak keluarga yang menyiapkan makanan berlebih untuk dibagikan kepada tetangga, atau memberikan bingkisan kecil untuk anak-anak. Kebaikan ini menyebar dari rumah ke rumah, menjadi bagian dari semangat Lebaran yang penuh berkah.
Halal Bihalal di kampung bukan sekadar warisan budaya, melainkan perlawanan halus terhadap individualisme modern. Ini adalah bentuk nyata dari semangat gotong royong, solidaritas, dan rasa hormat antar generasi. Tradisi ini menolak punah karena terus dijaga dengan cinta oleh mereka yang percaya bahwa silaturahmi adalah bagian penting dari kehidupan.
ADVERTISEMENT
Jadi, meskipun zaman berubah dan teknologi berkembang, Halal Bihalal tetap menjadi tradisi yang bertahan. Ia tidak hanya hidup di hari pertama Lebaran, tapi terus menyala dalam setiap pertemuan, tawa, dan pelukan hangat di hari-hari setelahnya. Dan selama masih ada niat untuk menyambung hati, tradisi ini akan terus hidup, melampaui waktu dan jarak.