Pentingnya Pendidikan Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali

Arya Bima Putra
Mahasiswa Akuntansi - Universitas Brawijaya
Konten dari Pengguna
12 September 2021 18:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arya Bima Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Image by Peggy Marco from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Image by Peggy Marco from Pixabay
ADVERTISEMENT
Halo teman-teman, tahukah kalian? Kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya dan dilengkapi dengan akal, pikiran, serta nafsu, lho. Dengan kesempurnaan tersebut maka kita dituntut untuk menuntut ilmu sebagai pengangkat derajat manusia dan kualitas hidup kita. Akhlak merupakan salah satu ajaran Islam yang wajib dimiliki oleh setiap individu muslim dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Oleh karena itu, akhlak menjadi sangat penting artinya bagi manusia dalam menjalin hubungannya dengan Sang Khaliq dan dengan sesama manusia, teman-teman!
ADVERTISEMENT
Nah, dalam Al-Qur'an Allah SWT menyebutkan tujuan utama menurunkan Nabi Muhammad SAW adalah untuk memperbaiki akhlak manusia. Sebagaimana firman Allah yang berbunyi:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ
Artinya: "Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah." (Q.S. Al-Ahzab:21)
Siapa sih Imam Al-Ghazali itu?
Al-Ghazali ialah sarjana muslim yang memiliki jasa yang baik dalam membangun dengan baik sistem akhlak (etika Islam), sehingga pengaruhnya sangat luas dan masih bertahan sampai sekarang. Al-Ghazali juga merupakan pemikir muslim yang memiliki semangat intelektual amat tinggi dan terus menerus ingin tahu dan mengkaji segala sesuatu. Dari sebuah kalangan tertentu, ia digolongkan sebagai seseorang yang paling berpengaruh dan menentukan jalannya sejarah Islam dan bangsa-bangsa muslim di dunia pada masa itu, lho. Bahkan di bidang pemikiran dan peletakan dasar ajaran-ajaran Islam ditempatkan pada urutan kedua setelah Rasulullah SAW. Al-Ghazali yang dikenal sebagai seorang pemikir kenamaan, ternyata tidak hanya ambil peran dalam dunia ketasawwufannya, akan tetapi ikut meneliti dan mendalami masalah akhlak. Yuk, kita bahas konsep akhlak menurut Imam Al-Ghazali!
Image by Chris Liverani from Unsplash
Konsep Akhlak Menurut Imam Al-Ghazali
ADVERTISEMENT
Nah teman-teman, konsepsi akhlak yang dibangun oleh Al-Ghazali memiliki corak yang religius, rasional, dan sufistik-intuitif, di samping menunjukkan kemajemukan karena beragamnya sumber yang dikaji oleh beliau. Menurut al-Ghazali, akhlak dapat diartikan sebagai ungkapan tentang sesuatu keadaan yang tetap di dalam jiwa, yang darinya muncul perbuatan-perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa membutuhkan pemikiran dan penelitian. Apabila dari keadaan ini muncul perbuatan-perbuatan baik dan terpuji menurut akal dan syari’at, maka keadaan itu dinamakan akhlak yang baik, dan sebaliknya apabila yang muncul perbuatan-perbuatan buruk, maka keadaan itu dinamakan akhlak yang buruk.
Dari defenisi di atas terlihat bahwa Al-Ghazali menjadikan jiwa sebagai poin terpenting dari konsepsi akhlaknya. Jiwa ialah hakikat manusia, dan kualitas seorang individu sangat bergantung kepadanya. Oleh karena itu, aspek bathin ini harus mendapatkan perhatian sepenuhnya untuk bisa memiliki akhlak yang baik. Dapat dikatakan bahwa konsepsi akhlak al-Ghazali bersifat pribadi atau individualistik, dalam artian mengarah kepada pembangkitan pribadi untuk pemurnian jiwanya.
ADVERTISEMENT
Al-Ghazali berpendapat bahwa akhlak bukan hanya perbuatan, bukan pula sekedar kemampuan berbuat, juga bukan pengetahuan. Dengan begitu, akhlak harus dapat digabungkan menjadi perbuatan-perbuatan sehari-hari yang tidak hanya bersifat sesaat namun karena telah melalui proses pembiasaan. Kesempurnaan akhlak sebagai suatu keseluruhan tidak hanya bergantung kepada aspek pribadi saja, akan tetapi terdapat empat kekuatan di dalam diri manusia yang menjadi unsur bagi terbentuknya akhlak baik atau buruk. Kekuatan-kekuatan itu ialah kekuatan ilmu, kekuatan nafsu sahwat, kekuatan amaran dan kekuatan keadilan di antara ketiga kekuatan ini. Sekarang sudah semakin tahu kan teman-teman mengenai konsep akhlak dari Imam Al-Ghazali? Kalau begitu, yuk kita lanjut!
Pendidikan Akhlak Menurut Al-Ghazali
Pendidikan akhlak dalam konsepsi Al-Ghazali meliputi sifat keutamaannya yang bersifat pribadi, akal, amal perorangan dan masyarakat sehingga tidak terbatas hanya pada apa yang dikenal dengan teori menengah saja. Atas dasar tersebut, pendidikan akhlak menurut al-Ghazali setidaknya memiliki tiga dimensi, yakni (1) dimensi diri, yakni orang dengan dirinya dan Tuhannya, (2) dimensi sosial, yakni masyarakat, pemerintah, dan pergaulan dengan sesamanya, dan (3) dimensi metafisik, yakni aqidah dan pegangan dasar.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu nih teman-teman, Al-Ghazali juga mengelompokkan pendidikan akhlak yang terpenting dan harus diketehaui meliputi (1) perbuatan baik dan buruk, (2) kesanggupan untuk melakukannya, (3) mengetahui kondisi akhlaknya, dan (4) sifat yang cenderung kepada satu dari dua hal yang berbeda, dan menyukai salah satu di antara keduanya, yakni kebaikan atau keburukan.
Kalian tahu tidak metode apa yang digunakan Imam Al-Ghazali dalam menanamkan akhlak kepada orang lain? Ini nih jawabannya!
Metode pendidikan akhlak yang diterapkan oleh al-Ghazali adalah dengan metode pembiasaan. Metode pembiasaan ialah metode yang baik dan cukup efektif untuk menanamkan akhlak mulia khususnya pada masa kanak-kanak. Sama halnya pada masa remaja, hanya saja pada masa ini, metode itu tidak selalu berjalan mulus. Pada masa ini tidak mudah memberikan kebiasaan baru, karena remaja cenderung menolak setiap ketentuan baru yang membatasi dirinya, bahkan ia sering melepaskan kebiasaan yang baik yang telah diterimanya pada masa kanak-kanak, karena konflik-konflik yang pernah dialaminya dahulu.
ADVERTISEMENT
Dari pembahasan mengenai konsepsi akhlak Al-Ghazali di atas, dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa pendidikan akhlak menurut al-Ghazali adalah proses pembentukan akhlak manusia yang ideal dan pembinaan yang sungguh-sungguh sehingga terwujud suatu keseimbangan dan iffah. Namun, tidak ada manusia yang dapat mencapai keseimbangan yang sempurna dalam keempat unsur akhlak tersebut kecuali Rasulullah SAW, karena beliau sendiri ditugaskan oleh Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak manusia dan oleh karenanya beliau harus sempurna terlebih dahulu.
Nah, sebagai penerus peradaban islam di dunia kita harus memiliki akhlak yang baik dan mencontohkannya kepada sesama kita. Semangat berbuat baik teman-teman!
Referensi:
http://etheses.iainponorogo.ac.id/12544/1/210316091%20HASYIM%20ASHARI.pdf
http://repository.iainpurwokerto.ac.id/1426/1/Cover_Bab%20I_Bab%20V_Daftar%20Pustaka.pdf
https://media.neliti.com/media/publications/325527-konsep-pembelajaran-akhlak-imam-al-ghaza-ae61f228.pdf
https://www.merdeka.com/quran/al-ahzab/ayat-21