Konten dari Pengguna

Filosofi Ki Hajar Dewantara dalam Pembelajaran: Antara Tantangan dan Harapan

Arya Bimantara
Arya Bimantara, S.H., is a Junior Advocate, legal consultant, law master's student, accomplished pencak silat athlete, dedicated mentor and an active jurist in various organization with comprehensive leadership experience.
11 Februari 2025 9:39 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arya Bimantara tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Keterangan: gambar ilustrasi - sumber: editan penulis - canva
zoom-in-whitePerbesar
Keterangan: gambar ilustrasi - sumber: editan penulis - canva
ADVERTISEMENT
Pendidikan di Indonesia tidak bisa dilepaskan dari gagasan besar Ki Hajar Dewantara, bapak pendidikan nasional yang merumuskan konsep pendidikan berlandaskan kodrat alam dan kodrat zaman. Filosofinya menekankan pentingnya menuntun siswa sesuai dengan potensinya, mengembangkan budi pekerti, dan menerapkan sistem among dalam interaksi guru dan siswa. Namun, bagaimana realisasi gagasan ini dalam praktik pembelajaran di sekolah dasar saat ini?
ADVERTISEMENT
Menuntun Siswa: Antara Teori dan Implementasi
Salah satu prinsip utama dalam filosofi Ki Hajar Dewantara adalah menuntun siswa berdasarkan kodrat alam dan kodrat zaman. Idealnya, guru tidak hanya berperan sebagai penyampai materi, tetapi juga sebagai fasilitator yang memahami karakter unik setiap siswa dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan perkembangan zaman.
Faktanya, meskipun banyak sekolah telah mencoba menyesuaikan materi ajar dengan kebutuhan siswa, perubahan strategi pembelajaran masih terbatas. Sebagian besar metode yang digunakan masih konvensional, belum banyak yang menerapkan pendekatan inovatif seperti pembelajaran berbasis proyek atau pemanfaatan teknologi secara maksimal. Akibatnya, meskipun siswa diberikan materi yang lebih relevan dengan kehidupan mereka, metode penyampaiannya masih belum mampu menggugah semangat belajar secara optimal.
Pengembangan Budi Pekerti: Belum Menjadi Bagian Utuh Kurikulum
ADVERTISEMENT
Filosofi Ki Hajar Dewantara menekankan bahwa pendidikan seharusnya tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga membangun karakter dan budi pekerti siswa. Beberapa sekolah telah berusaha mengintegrasikan nilai-nilai moral dalam pembelajaran, misalnya melalui kegiatan diskusi, proyek berbasis karakter, dan interaksi sosial.
Namun, sayangnya, upaya ini masih bersifat sporadis dan bergantung pada inisiatif masing-masing guru. Belum ada sistem yang benar-benar memastikan bahwa pengembangan karakter menjadi bagian integral dari kurikulum dan diterapkan secara sistematis. Padahal, pendidikan karakter yang konsisten dapat membentuk siswa yang tidak hanya cerdas secara akademik tetapi juga memiliki empati, tanggung jawab, dan kesadaran sosial yang tinggi.
Sistem Among: Terbatas oleh Waktu dan Beban Kerja Guru
Sistem among, yang mengedepankan hubungan harmonis antara guru dan siswa dalam suasana yang penuh kasih dan bimbingan, terbukti mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman. Dalam banyak kasus, pendekatan ini berhasil meningkatkan motivasi siswa dan membangun hubungan yang lebih positif antara guru dan murid.
ADVERTISEMENT
Namun, tantangan besar dalam penerapan sistem among adalah keterbatasan waktu dan beban kerja guru yang berat. Banyak guru harus menangani sejumlah besar siswa dalam satu kelas, sehingga sulit memberikan perhatian yang cukup kepada setiap individu. Beban administratif yang tinggi juga menjadi kendala, membuat guru tidak memiliki cukup waktu untuk membimbing siswa secara personal.
Langkah Perbaikan Menuju Pendidikan yang Lebih Holistik
Agar filosofi Ki Hajar Dewantara dapat diterapkan secara lebih efektif dalam pembelajaran, diperlukan beberapa langkah konkret;
1. Pelatihan Guru
Guru perlu mendapatkan pelatihan berkelanjutan agar dapat menerapkan strategi pembelajaran yang lebih inovatif dan adaptif. Metode seperti pembelajaran berbasis proyek, diskusi interaktif, dan pemanfaatan teknologi harus lebih banyak diterapkan agar siswa dapat belajar sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman mereka.
ADVERTISEMENT
2. Integrasi Pendidikan Karakter dalam Kurikulum
Pengembangan budi pekerti sebaiknya tidak hanya dilakukan dalam kegiatan ekstrakurikuler atau program tambahan, tetapi harus terintegrasi dalam seluruh mata pelajaran. Kurikulum perlu dirancang agar nilai-nilai karakter dapat ditanamkan dalam setiap aspek pembelajaran.
3. Pengurangan Beban Administratif Guru
Untuk memastikan sistem among dapat diterapkan dengan optimal, beban kerja guru harus dikurangi. Administrasi yang terlalu banyak sebaiknya dialihkan ke tenaga kependidikan khusus agar guru bisa lebih fokus pada interaksi dengan siswa.
4. Peningkatan Fasilitas dan Sumber Daya
Sekolah perlu didukung dengan fasilitas yang lebih baik, seperti akses terhadap teknologi dan materi ajar yang lebih interaktif. Selain itu, jumlah tenaga pengajar yang cukup juga perlu dipertimbangkan agar setiap siswa mendapatkan perhatian yang sesuai dengan kebutuhannya.
ADVERTISEMENT
Kesimpulan
Filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara masih sangat relevan dalam sistem pendidikan saat ini. Namun, penerapannya dalam pembelajaran masih menghadapi banyak tantangan, mulai dari kurangnya inovasi dalam metode pengajaran, belum sistematisnya pendidikan karakter, hingga beban kerja guru yang tinggi.
Jika tantangan-tantangan ini dapat diatasi melalui pelatihan guru, pengembangan kurikulum yang lebih holistik, serta dukungan dari berbagai pihak, maka filosofi Ki Hajar Dewantara dapat menjadi landasan yang lebih kokoh dalam menciptakan pendidikan yang berkualitas, inklusif, dan sesuai dengan kebutuhan zaman.
Penulis: Arizkylia Yoka Putri, Arya Bimantara