Konten dari Pengguna

Orang Asli Papua dalam Pengembangan Industri Selam di Bumi Cendrawasih

Arya Daru Pangayunan
Fungsional Diplomat Ahli Muda di Direktorat Pelindungan Warga Negara Indonesia, Kementerian Luar Negeri RI
18 Juni 2024 13:34 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arya Daru Pangayunan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Aktivitas Menyelam di Raja Ampat, Foto Unsplash/Sutirta Budiman
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Aktivitas Menyelam di Raja Ampat, Foto Unsplash/Sutirta Budiman
ADVERTISEMENT
Papua merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keindahan alam yang luar biasa, khususnya alam bawah lautnya, yang menjadi tujuan populer bagi para scuba diver dari seluruh dunia. Wilayah perairan Papua yang luas dan beragam dengan kehidupan bawah air yang kaya menyimpan potensi yang besar untuk mendatangkan wisatawan dan memberikan pemasukan dari sektor pariwisata.
ADVERTISEMENT
Namun demikian, sangat disayangkan bahwa jumlah instruktur selam yang merupakan Orang Asli Papua (OAP) masih sangat sedikit. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut B. Pandjaitan pernah mengatakan bahwa hampir seluruh pemandu selam yang berada di Raja Ampat berasal dari luar negeri.
Sedikit sekali penyelam lokal yang memandu para wisatawan mancanegara. Melihat hal ini, perlu adanya upaya untuk meningkatkan jumlah pemandu selam dan instruktur selam yang merupakan OAP.
Sebelum memahami lebih lanjut mengenai industri selam Papua, perlu diketahui bahwa scuba diving adalah kegiatan menyelam menggunakan peralatan scuba yang merupakan singkatan dari Self-Contained Underwater Breathing Apparatus. Peralatan scuba terdiri dari tabung udara, regulator yang mengatur aliran udara ke mulut, rompi kompensator daya apung atau buoyancy compensator, kacamata selam atau mask, dan kaki katak atau fin.
ADVERTISEMENT
Namun, untuk dapat menggunakan peralatan ini dan melakukan kegiatan scuba diving dengan aman, diperlukan pelatihan dan sertifikasi penyelaman dari lembaga sertifikasi selam yang diakui.
Saat ini terdapat cukup banyak lembaga sertifikasi selam, antara lain: Scuba School International (SSI), Scuba Diving International (SDI), Professional Association of Diving Instructor (PADI), dan Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) yang bekerja sama dengan Confederation Mondiale des Activites Subaquatiques (CMAS) dari Italia.
Kendala bagi sebagian besar orang untuk memperoleh sertifikasi, selain keberanian tentunya, adalah biaya sertifikasi yang tergolong mahal, terutama bagi orang Indonesia pada umumnya. Tidak heran penikmat wisata selam sebagian besar didominasi oleh wisatawan mancanegara, bahkan pemandu dan instruktur selam di Indonesia sebagian besar adalah orang asing.
ADVERTISEMENT
Sebagai bayangan, kursus tingkat dasar atau Open Water Course membutuhkan biaya sekitar Rp 5 juta hingga Rp 7 juta, padahal untuk menjadi seorang pemandu selam atau dive master harus melewati tahap kursus Advanced Open Water, Rescue Diver, dan Dive Master dengan total biaya sekitar Rp 30 juta. Kemudian, untuk menjadi instruktur selam harus kembali membayar Rp 30 juta hingga Rp 40 juta.
Ilustrasi Aktivitas Menyelam di Raja Ampat, Foto Unsplash/Sebastian Pena Lambarri
Sangat dipahami bahwa besaran biaya tersebut menjadi kendala bagi OAP yang ingin menjadi pemandu atau instruktur selam. Padahal adanya pemandu dan instruktur selam yang berasal dari kalangan OAP dinilai penting untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat serta memberikan pengalaman menyelam yang lebih otentik bagi turis domestik maupun mancanegara. Selain itu, memanfaatkan pengetahuan OAP mengenai budaya setempat dan pengetahuan yang mendalam mengenai kondisi laut di daerah tersebut.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kelebihan pemandu dan instruktur selam dari kalangan OAP adalah kemampuan berbahasa Indonesia yang mampu menarik minat OAP lainnya ataupun wisatawan domestik untuk belajar menyelam. Instruktur dari kalangan OAP dapat menuntun turis domestik dalam melakukan sertifikasi selam yang terkendala bahasa karena modul-modul sertifikasi selam pada umumnya berbahasa Inggris.
Dalam kaitan ini, diperlukan upaya dari berbagai pihak guna memberikan kesempatan bagi OAP untuk menjadi pemandu maupun instruktur selam. Beberapa upaya yang dapat dipertimbangkan oleh Pemerintah Daerah bersama sektor swasta di Papua untuk meningkatkan jumlah pemandu dan instruktur selam dari kalangan OAP, antara lain:

1. Kolaborasi dengan Lembaga Sertifikasi dan Industri Pariwisata

Pemerintah Daerah dapat bekerja sama dengan organisasi selam seperti SSI, SDI, PADI maupun POSSI untuk menyediakan kursus bersertifikat bagi OAP. Kerja Sama juga dapat dilakukan dengan resort, dive center, dan operator selam lokal untuk menyediakan tempat magang dan pelatihan bagi calon pemandu dan instruktur selam OAP.
ADVERTISEMENT

2. Beasiswa dan Bantuan Keuangan

Pemerintah Daerah bekerja sama dengan universitas, sektor swasta, organisasi kemasyarakatan maupun LSM dapat memberikan beasiswa atau bantuan keuangan bagi OAP yang ingin mengikuti pelatihan selam. Bantuan ini selain untuk membiayai pelatihan juga dapat diberikan sebagai subsidi peralatan selam. Universitas dapat dimanfaatkan untuk menjaring mahasiswa dari kalangan OAP yang berminat untuk berkarier di sektor pariwisata khususnya industri selam dan melakukan seleksi pemberian beasiswa.

3. Peningkatan Kesadaran dan Promosi

Pemerintah Daerah bersama sektor swasta kiranya dapat menggencarkan kampanye untuk meningkatkan kesadaran mengenai peluang karier di industri selam dari kalangan masyarakat Papua, salah satunya dengan mengadakan pameran dan seminar tentang penyelaman dan pariwisata bahari di Papua. Papua Youth Creative Hub (PYCH) bentukan Presiden Joko Widodo kiranya juga dapat dimanfaatkan untuk promosi dan mendorong pemuda dari kalangan OAP untuk terjun ke dunia selam sekaligus membina komunitas-komunitas selam yang sudah ada di Papua.
ADVERTISEMENT

4. Pengembangan Infrastruktur

Pemerintah Daerah bersama sektor swasta kiranya dapat membangun fasilitas pelatihan selam yang memadai di Papua dan memastikan akses yang mudah dan terjangkau ke lokasi-lokasi penyelaman bagi para penyelam.
Dengan pendekatan yang komprehensif dan terkoordinasi, diharapkan jumlah pemandu selam dan instruktur selam dari kalangan orang asli Papua dapat meningkat secara signifikan, sekaligus mendukung perkembangan pariwisata bahari yang berkelanjutan di wilayah tersebut.