Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Masjid Jami' Air Tiris, Masjid Tertua di Kabupaten Kampar - Riau
2 Januari 2025 13:54 WIB
·
waktu baca 9 menitTulisan dari ARYA DIMAS tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada hakikatnya berwisata merupakan suatu proses kepergian sementara dari seseorang atau lebih menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Dorongan kepergiannya adalah karena berbagai kepentingan, baik karena kepentingan ekonomi, social, kebudayaan, politik, agama, kesehatan, maupun kepentingan lain seperti karena sekedar ingin tahu, menambah pengalaman ataupun untuk belajar. Dengan demikian dapat di katakan bahwa perjalanan wisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.
ADVERTISEMENT
Banyak objek wisata di Indonesia yang telah dikenal tidak hanya didalam negeri tetapi juga di Mancanegara, oleh karena itu untuk dapat bersaing dalam industri kepariwisataan, barang atau jasa-jasa perusahaan harus dapat dikenal dengan baik dan dipercaya citranya oleh masyarakat pada umumnya dan konsumen pada khususnya. Persaingan dalam bisnis hiburan khususnya pengadaan tempat wisata sangat lah ketat. Hal ini ditandai dengan banyaknya tempat-tempat wisata yang terdapat disetiap daerah dengan daya tarik yang beragam. Sehingga dalam hal ini para pebisnis harus mampu melakukan inovasi dan kreatifitas agar bisnis yang dijalankan tetap mendapat perhatian dari masyarakat.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu perusahaan harus dapat mengendalikan perubahan perilaku tersebut dengan berusaha mengimbanginya, yakni dengan mempengaruhi konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan dan melalui evaluasi berkala demi kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Karena tidak semua dari objek wisata dapat diminati oleh sebagian besar konsumen yang ada. Salah satu tempat wisata yang beragam pilihannya adalah kabupaten Kampar.
salah satu objek wisata yang memiliki banyak cerita sejarah maupun mitosnya. Dan hal itu menjadikan salah satu alasan para pengunjung maupun wisatawan merasa penasaran sehingga ingin mengunjungi Mesjid jami' tersebut. Dibedakan dengan mesjid-mesjid lainnya yang ada di kabupaten Kampar. masjid jami termasuk masjid yang lebih menarik untuk dikunjungi. Cerita sejarah maupun cerita mitos mengenai Masjid merupakan cerita -cerita yang menarik untuk diketahui. Selain itu masjid jami' juga di berikan sentuhan arsitektur yang sangat menarik dan berbeda dari Masjid-masjid lainnya, di lihat dari pemilihan warna dan bahan-bahan bangunan untuk membangun masjid Jami semuanya tergolong unik.
ADVERTISEMENT
Pada abad ke-7 M, Islam mulai masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan. Pedagang yang singgah di pantai barat Sumatera tidak hanya melakukan kegiatan jual beli, tetapi juga membawa misi dakwah dengan tujuan menyebarkan dan mengajarkan agama Islam di Nusantara. Meskipun hubungan antara Islam dan Nusantara sudah terjalin sejak abad ke-7, penyebaran Islam di Indonesia baru mulai di ketahui secara luas pada abad ke-13 melalui laporan Marcopolo yang pernah singgah di kota Perlak. Pada awalnya, perdagangan menjadi saluran utama dalam penyebaran Islam. Aktivitas perdagangan yang sibuk dari abad ke-7 hingga ke-16 M melibatkan pedagang Muslim dari Arab, Persia, dan India yang ikut serta dalam perdagangan di wilayah barat, tenggara, dan timur Asia. Saluran perdagangan ini sangat menguntungkan dalam penyebaran Islam karena melibatkan partisipasi raja dan bangsawan, bahkan mereka menjadi pemilik kapal dan saham dalam kegiatan perdagangan tersebut (Yatim, 1993). Dalam konteks saluran perdagangan sebagai jalur Islamisasi di pesisir Pulau Jawa, Uka Tjandrasasmita mengutip pendapat Tome Pires yang menyatakan bahwa banyak pedagang Muslim yang menetap di pesisir Pulau Jawa yang pada saat itu masih di dominasi oleh penduduk yang beragama kafir. Mereka berhasil mendirikan masjid-masjid dan mengundang para ulama dari luar wilayah, sehingga jumlah mereka bertambah banyak, dan sebagai akibatnya, keturunan Muslim mereka menjadi orang Jawa yang berkecukupan (Yatim, 1993). Di Riau, proses Islamisasi berlangsung melalui jalur-jalur yang berbeda. Jalur utara melalui kota Barus di Sumatera Utara, jalur timur melalui daerah pesisir di sebelah timur Pulau Sumatera, dan jalur barat melalui daerah Sumatera Barat. Dalam konteks ini, Islam masuk ke Kecamatan Air Tiris (Hanifah, Isjoni, dan Tugiman, 2019). Pada perjalanan tersebut, rute yang ditempuh meliputi Bangkinang, Kuok, Salo, Rumbio, dan Air Tiris yang terletak di tepi sungai Kampar, hingga akhirnya mencapai Desa Tanjung Berulak. Pada saat itu, masyarakat Air Tiris belum menganut Agama Islam. Mayoritas dari mereka masih mempertahankan keyakinan dalam sistem kepercayaan lokal yang dipenuhi dengan animisme. Sistem kepercayaan tersebut di fokuskan pada penghormatan terhadap arwah atau roh nenek moyang dan leluhur yang di anggap memiliki sifat yang dapat di pindahkan, artinya para penganut kepercayaan ini harus tetap berada dalam lingkungan mereka agar mendapatkan perlindungan dari arwah yang mereka sembah. Agama Islam juga menyebar ke berbagai daerah di Indonesia, termasuk di Kampar, khususnya di Kecamatan Air Tiris, Desa Tanjung Berulak. Di desa tersebut, terdapat Mesjid jami' Air Tiris yang menjadi pusat penyebaran Islam di Kampar.
ADVERTISEMENT
Masjid ini telah berdiri selama lebih dari satu abad sejak tahun 1909 dan telah mengalami beberapa kali renovasi. Pembangunan masjid ini dilakukan oleh Datuk Mudo Sangkal, seorang ulama yang aktif menyebarkan Islam di Air Tiris. Motivasi beliau untuk mendirikan mesjid di sekitar Pasar Air Tiris adalah karena tidak adanya tempat salat yang tersedia di daerah tersebut meskipun merupakan daerah yang ramai. Usulan ini disampaikan kepada Datuk Palo, yang memiliki kantor di sekitar pasar tersebut. Datuk Palo kemudian menyampaikan usulan tersebut kepada Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tiris. Melalui rapat musyawarah yang dipimpin oleh Dt. Palo (Ajik), Ninik Mamak XII Kenagarian Air Tirismenyetujui usulan Datuk Mudo Sangkal untuk mendirikan mesjid dekat Pasar Air Tiris, dengan pertimbangan sebagai tempat ibadah bagi masyarakat, pengunjung, dan para pedagang di sekitar Pasar Air Tiris. Secara keseluruhan, pembangunan masjid ini dilaksanakan oleh Ninik Mamak Kenagarian Air Tirisyang terdiri dari penghulu suku yang disebut ninik mamak nan duo.
ADVERTISEMENT
Mengenal Desa Tanjung Berulak
Desa Tanjung Berulak, yang merupakan desa tertua di Kabupaten Kampar dan sebelumnya termasuk dalam wilayah Pasar Usang, mengalami pemekaran pada tahun 2004 dan sekarang terdiri dari dua desa yang dikenal sebagai Desa Naumbai dan Desa Limau Manis. Desa ini dikelola secara definitif oleh Kabupaten Kampar dan memiliki total luas sebesar 1500 hektar. Terletak di Kabupaten Kampar, Desa Tanjung Berulak memiliki jarak sekitar 52 kilometer dari Ibu Kota Provinsi Riau (Pekanbaru), 2,5 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kampar (Air Tiris), dan 8 kilometer dari ibu kota Kabupaten Kampar. Desa Tanjung Berulak terdiri dari empat dusun, yaitu Dusun I Pasar Usang dengan 2 RW dan 4 RT, Dusun II Tanjung Berulak dengan 2 RW dan 4 RT, Dusun III Kampung Tengah dengan 2 RW dan 4 RT, dan Dusun IV Tanjung Indah Sei Putih dengan 4 RW dan 8 RT. Salah satu tujuan wisata yang terkenal di Provinsi Riau adalah Masjid Jami' Air Tiris yang memiliki sejarah yang kaya. Terletak sekitar 52 kilometer dari Pekanbaru, masjid ini terletak di Pasar Usang, Desa Tanjung Berulak, Air Tiris, Kabupaten Kampar. Meskipun sedikit tersembunyi dari jalan raya Pekanbaru-Bangkinang, masjid ini dapat dengan mudah dicapai melalui jalan aspal yang lancar menggunakan kendaraan darat. Engku Mudo Sangkal, dengan inisiatifnya, mengumpulkan para ninik-mamak berbakat dan orang-orang berbakat dari 20 desa di Air Tiris untuk mendirikan masjid ini pada tahun 1901. Mereka dikenal sebagai "Ninik Mamak Nan Dua Belas" atau ninik-mamak dari berbagai suku di seluruh dusun, dan bertindak sebagai panitia pembangunan. Dalam proses pembangunannya, mereka dibantu oleh seorang pengrajin dari Trengganu, Malaysia, yang telah membuat mimbar di Singapura. Masjid ini selesai dibangun pada tahun 1904, dan seluruh desa Air Tiris merayakan penyelesaiannya dengan mengadakan upacara peresmian yang melibatkan pemotongan 10 ekor kerbau sebagai bagian dari perayaan tersebut (Rahmayanis, Akmal, and Zam, 2016). Desain masjid ini diduga menggabungkan unsur-unsur arsitektur Cina "Rumah Lentik" dan arsitektur Melayu Kampar. Masjid ini, yang terutama terbuat dari kayu, memiliki struktur utama berukuran 30 kali 40 meter, mihrab berukuran 7 kali 5 meter, menara setinggi 24 meter, dua mimbar, sebuah danau, dan tiga kolam air. Atapnya memiliki bentuk limas tiga tingkat yang di topang oleh tiang-tiang kayu, tetapi tetap memancarkan keindahan yang luar biasa. Dindingnya yang miring diberi hiasan dan pahatan yang mirip dengan yang ada di masjid di Pahang, Malaysia. Selain itu, terdapat ukiran karya Engku Mudo Sangkal di depan mimbar, serta bismillah dan dua kalimat syahadat yang ditempatkan di dalam masjid. Salah satu ciri khasnya adalah penggunaan konstruksi lidah dan pasak dari kayu sebagai pengganti paku besi untuk merekatkan bahan bangunan. Konstruksi awal atap terdiri dari papan kayu keras berukuran 1 meter yang tahan terhadap hujan. Pada tahun 1971, area masjid yang rusak direnofasi, sehingga memungkinkan masjid ini tetap berdiri dengan indah dan menyambut banyak peziarah hingga saat ini.
ADVERTISEMENT
Cerita mistis seputar tiang kayu Masjid Jami'
Di dalam Masjid Jami' terdapat dua tiang kayu yang memiliki kisah misteri. Di mana kayu tersebut bisa menghilang sebelum di tebang masyarakat. "Jadi orang kampung saat itu pergilah ke hutan ambil kayu besar yang berusia ratusan tahun. Setelah didekati, kayu itu menghilang," ucap Pak Udin yang sudah 10 tahun menjadi garim Masjid Jami'. Lantaran kayu itu menghilang secara misterius, lanjut dia, masyarakat melaporkan ke Datuok Ongku Mudo Songkal. Lalu Datuok Ongku Mudo Songkal membaca 'Subhanallah'. Keesokan harinya, datuk dan masyarakat datang ke lokasi kayu itu. Sampai di lokasi, datuk meminta seorang pemuda untuk adzan. Baca juga: Tarawih Perdana di Masjid Agung Sumedang, Dipadati Warga dan Pesan Agar PNS Tak Malas Bekerja Setelah adzan, Datuok Ongku Mudo Songkal baca doa dan dua batang kayu yang hilang tadi muncul. "Jadi kekuatan adzan itu ada tiga. Yang pertama, apabila masuk waktu shalat boleh kita adzan. Kedua apabila benda-benda penting hilang dengan adzan juga lalu bisa timbul lagi. Ketiga apabila ada kebakaran besar-besaran dulu, itu mengumpulkan orang-orang dengan adzan," kata Pak Udin. Dua tiang itu sekarang berada di bagian dalam masjid. Kedua tiang tersebut diukir dengan kalimat Basmalah.
ADVERTISEMENT
Batu berbentuk kepala kerbau yang berpindah-pindah
Di sebuah bak air dibagian timur Masjid Jami' terdapat batu yang berbentuk kepala kerbau. Batu itu disebut keramat, karena bisa pindah dari bak satu ke bak air yang lainnya. Menurut Pak Udin, sejarah batu itu awalnya dari pembangunan Masjid Jami'. Saat itu warga bergotong royong mencari batu-batu besar sungai untuk tapak tiang masjid. "Jadi warga kampung pergilah ke sungai mencari 40 buah batu sondi untuk bantalan tiang. Kemudian semua batu itu dipasang, tapi ada satu batu yang tidak bisa ditegakkan tiang di atasnya. Tiap di taruh kayunya, batunya ngelak, "cerita Pak Udin. Baca juga: Unik, Masjid Bandara Yogyakarta Tanpa Daun Pintu dan Jendela Melihat keanehan batu itu, kata dia, warga melapor lagi ke Datuk Ongku Mudo Songkal. Setelah di lihat oleh datuk, kemudian meminta warga untuk mengasingkan batu tersebut. "Kata datuk batu itu nanti akan ada khasiatnya," ucapnya. Pak Udin menceritakan, dulunya batu mirip kepala itu sering berpindah-pindah tempat tanpa diangkat oleh orang. Namun sejak beberapa tahun terakhir, batu tersebut hanya bisa berputar di dalam bak air saja. "Kalau dulu sering pindah-pindah. Bahkan ada masuk ke sumur, lalu kembali ke bak lagi. Tapi sekarang cuma berputar saja di dalam bak. Kadang bisa arah ke timur, barat, utara dan selatan. Kalau sekarang arah kiblat," katanya.
ADVERTISEMENT