Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Ikigai pada Lansia Jepang
21 Oktober 2022 21:34 WIB
Tulisan dari Aryan Daniel Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Pada abad kedua puluh dua ini, Jepang menjadi negara dengan seperempat dari penduduknya adalah orang yang berusia lanjut atau lansia. Untuk mencapai kesehatan dan kehidupan yang lebih baik, Kementrian Kesehatan dan Kesejahteraan Jepang memperkenalkan National Health Promotion (Active 80 Health Plan), yang mendorong para orang tua dan lansia agar mempunyai gaya hidup yang sehat dan memiliki perasaan bahwa hidup layak dijalani (Ikigai).
ADVERTISEMENT
Kata "Ikigai" didefinisikan dengan istilah “the reason to be living,” atau “the reason for existence as a human being”. (Nihongo Daijiten 1989:96); itu mungkin dipahami secara luas sebagai " that which most makes one's life seem worth living". (Lebra 1984:162; Mita 1984:59-66; dan Plath 1980:91) secara konsisten menunjukkan bahwa ikigai yang dominan laki-laki adalah pekerjaan dan ikigai dominan wanita adalah keluarga dan anak-anak.
Ikigai memberi setiap individu mempunyai perasaan bahwa hidup itu layak untuk dijalani. Perilaku ikigai merupakan kegiatan atau tindakan spontan secara sukarela tanpa adanya paksaan. Ikigai bersifat pribadi, mencerminkan diri sendiri dan mengekspresikannya dengan sungguh-sungguh. Orang mungkin menemukan ikigai di satu atau lebih di kehidupannya. Misalnya, laki-laki mengalami kesenangan hidup melalui hobi dan pekerjaanya. Sedangkan perempuan, bertemu dan berkomunikasi dengan anak dan keluarga.
ADVERTISEMENT
Ikigai menjadi topik yang cukup menarik dibicarakan saat ini. Jepang merupakan salah satu negara dengan harapan hidup yang tinggi, masyarakat Jepang terutama lansia mungkin memiliki beberapa dekade untuk hidup setelah pensiun dari pekerjaannya atau lepas dari anak-anaknya. Setelah demikian hidup lebih lama dari peran sosial mereka, banyak orang tua usia lanjut tampaknya bingung bagaimana menemukan ikigai baru untuk meneruskan kehidupannya. Kebutuhan yang terkait dengan ikigai tidak hanya persoalan pekerjaan, keluarga, kepuasan biologis atau keinginan manusia sebagai makhluk sosial. Tetapi kita dapat menemukannya dengan kegiatan bermasyarakat dan kegiatan kerohanian atau spiritual. Tak perlu dikatakan, orang-orang mungkin memiliki kebutuhan dan keinginan yang bermacam-macam. Dalam beberapa kasus, kebutuhan terkait satu sama lain dengan cara yang kompleks, beberapa mungkin menyatu dengan orang lain dan beberapa lainnya kebutuhannya dapat dipenuhi oleh satu ikigai obyek.
ADVERTISEMENT
Menurut hierarki kebutuhan Maslow, keinginan tingkat tinggi seperti aktualisasi diri dan signifikansi, muncul setelah keinginan dasar seperti kasih sayang, rasa hormat, keamanan, dan lain sebagainya telah terpenuhi. Ikigai yang merupakan tingkat tertinggi keinginan, bisa dianggap sebagai proses pengembangan potensi batin seseorang atau yang mana membuat hidup seseorang menjadi lebih berarti. Maslow menyebut keinginan manusia untuk hidup lebih kaya dan aktif ''growth motivation”, yang memiliki beberapa kesamaan dengan ikigai. Cantril mengatakan bahwa orang dapat secara intuitif mengevaluasi nilai dari setiap pengalaman yang tampaknya setara dengan perasaan ikigai. Meskipun penekanan pada ikigai di Jepang, khususnya pada orang tua, sejauh mana hal itu mempengaruhi fungsional, sosial dan psikologis kesejahteraan itu jarang dipertimbangkan. Ini karena ikigai adalah proses yang kompleks dan perannya dalam mental dan fisik kondisi sulit diukur. Kekurangan ikigai adalah terkait dengan kesehatan umum yang buruk dan merupakan faktor risiko independen untuk disfungsi intelektual. Selanjutnya, kurangnya ikigai terkait dengan kematian orang tua. Keinginan untuk apa yang orang Jepang sebut ikigai adalah pengalaman manusia yang universal. Kita harus menyadari bahwa orang tua dapat menjalani kehidupan yang memuaskan dan berharga dan menganggap ikigai sebagai komponen integral dari kesehatan dan kesejahteraan di hari tua.
ADVERTISEMENT
Referensi:
Allport GW. Becoming: Basic Considerations for a Psychology of Personality. New Haven, CT: Yale University Press, 1955.
Health and Welfare Statistics Association. Kokumin eisei no doko 1997 (Trends in the nation’s health, 1997; in Japanese). Tokyo: Kosei no shihyo, 1997.
Cantril H. The ‘Why’ of Man’s Experience. New York: Macmillan, 1950.
Kamiya M. Ikigai (in Japanese). Tokyo: Misuzu Shobo, 1966. 3. Maslow AH. The Farther Reaches of Human Nature. New York: The Viking Press, 1971.
Nakanishi, N. (1999). ‘Ikigai’ in older Japanese people. 323-324.
Nakanishi N, Tatara K, Takashima Yet al. The association of health management with the health of elderly people. Age Ageing 1995; 24: 334–40.
Nakanishi N, Tatara K, Takatorige T, Murakami S, Shinsho FV. Effects of preventive health services on survival of the elderly living in a community in Osaka, Japan. J Epidemiol Comm Health 1997; 51: 199–204.
ADVERTISEMENT
Nakanishi N, Tatara K, Ikeda K, Hino Y, Yamada A, Nishioka C. Relation between intellectual dysfunctioning and mortality in community-residing older people. J Am Geriatr Soc 1998; 46: 583–9.