Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Pencinta Ular: Para Pemberani yang Juga Dekat dengan Alam
1 Juni 2023 16:51 WIB
Tulisan dari Arzha Ali Rahmat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Mungkin pas saya SD gitu lah itu mulai pertama kali liat ular lewat di kebun apa gitu atau taman kota.” Ujar Janus Olajuan Boediman, seorang pencinta ular dan herper asal Tangerang yang kini tinggal di Taiwan. “Saya juga gak tahu jenisnya apa. Pelan-pelan belajar mengenali jenis apa, mungkin pas saya SMP gitu lah atau SMA awal-awal gitu mulai search kayak mulai bisa mengenali ada beberapa yang bisa dipegang.” Lanjutnya, yang ternyata ia sudah tertarik dengan ular dari sejak duduk di bangku SMP.
ADVERTISEMENT
Terkadang menjadi pencinta ular tidak mudah. Anggapan jijik, menggelikan, aneh, dan tidak wajar sudah menjadi makanan sehari-hari. Tatapan sinis dan aneh serta stigma negatif kerap diterima oleh para pencinta ular. Tak heran memang karena stigma masyarakat terhadap hewan melata satu ini selalu negatif.
Namun semua makhluk memiliki keunikan dan keindahan tersendiri. Termasuk ular. Bagi para pencinta ular, ular bukanlah makhluk yang menggelikan atau aneh. Justru ular adalah makhluk eksotis yang harus dijaga, disayang dan dilindungi.
Kecintaan yang ada juga tak hanya semata-mata hanya tertuju kepada ular. Karena ular hidup di alam, maka alam juga menjadi objek yang dicintai. Bentuk cinta ini muncul dalam bentuk kegiatan herping. Herping sendiri adalah kegiatan observasi reptil dan amfibi secara langsung di alam.
ADVERTISEMENT
“Namanya herping kan secara definisinya ini pengamatan, ini yang diutamakan ya hewannya tidak boleh ada yang dibawa pulang.” Ucap Janus Olajuan Boediman. Saat melakukan herping ia dan herper lainnya tidak boleh mengganggu ekosistem alam bahkan sampai membawa pulang hewan yang ditemui.
Menurutnya herping adalah kegiatan yang menyenangkan. Disaat orang lain menghindari hutan atau kebun yang gelap dan penuh dengan hewan, para herper justru memasukinya. Kaki dan tangan fokus untuk menembus rimbunnya hutan sementara mata fokus memandangi setiap inci pepohonan, tanah, bebatuan, dan perairan berharap melihat ular yang sedang lewat atau beristirahat.
Saat terlihat sesosok ular di pepohonan perlahan namun pasti para herper langsung menghampirinya. Untuk sesaat mereka mengagumi keindahan warna dan pola yang tercetak di sisik ular. Tak hanya dikagumi keindahannya, namun juga diamati kondisinya. Apakah ular ini sehat? Apakah terdapat luka ditubuhnya? Apa jenis ular ini? Apakah ular ini jantan atau betina?
ADVERTISEMENT
Selesai dengan pengamatan, salah seorang dari tim herper segera mengeluarkan peralatan fotografi. Kamera, lightning, tripod dan lain-lain semuanya dikeluarkan. Diposisikan semuanya, diatur posisi kamera yang pas, saat semuanya sudah siap.
CEKREK
Ular pun difoto. Foto yang bagus pun didapat dan tim herper melanjutkan perjalanannya di hutan yang rimbun guna mencari lebih banyak ular.
Setidaknya begitulah aktivitas para herper yang ada di Taiwan.
Apakah pencinta ular atau herper di Indonesia juga sama?
Menurut Janus, para pencinta ular atau herper di Indonesia banyak yang tidak peduli dengan kelestarian alam dan keselamatan jika dibandingkan dengan Taiwan. Bahkan banyak yang melakukan perdagangan ular secara ilegal atau membawa pulang hewan setelah herping.
Layaknya langit dan bumi, para herper atau pencinta ular di Indonesia cenderung akan memburu, mengeksploitasi dan menjual semua jenis ular yang mereka temui. Tanpa peduli apakah ular tersebut terancam punah, apakah ular itu berbisa atau tidak semuanya akan dijual.
ADVERTISEMENT
Ada banyak orang di Indonesia yang mengaku sebagai herper atau mengaku sedang melakukan herping, namun apa yang mereka lakukan justru mengeksploitasi alam. Hal inilah yang sangat disayangkan. Maka dari itu menurut Janus pemilihan rekan herping tidak boleh sembarangan.
Tak hanya demi kesenangan semata, para pencinta ular juga nyatanya dapat berguna bagi masyarakat.
“Kalo ada misalnya ular masuk rumah ya biasa kan yang paling berkualifikasi untuk membantu ya mungkin malah orang yang suka herping kan.” Jelas Janus.
Para pencinta ular sering membantu mengamankan ular yang masuk ke pemukiman. Memberikan edukasi ke masyarakat tentang jenis-jenis ular yang berbahaya dan tidak berbahaya. Memberikan edukasi tentang alam dan mengedukasi tentang kelestarian alam dan ular.
ADVERTISEMENT
Sebuah hobi akan menjadi baik bila hobi tersebut tidak hanya membuat diri kita senang. Namun sebuah hobi akan menjadi lebih baik jika dapat berguna bagi orang lain. Hobi para pencinta ular ini contohnya. Tidak hanya memelihara ular, tidak hanya herping dan mencari ular di alam.
Tapi mereka juga membantu orang lain.
Hal ini menunjukan kalau para pencinta ular yang kerap mendapat stigma negatif dari masyarakat ternyata juga bisa berguna dan membantu masyarakat. Bahkan tanpa pandang bulu.
Tidak hanya pemberani karena selalu berkutat dengan ular entah yang tidak berbahaya sampai yang berbisa. Para pencinta ular ini juga memiliki kepeduliaan terhadap alam dan orang lain. Mereka tidak merusak alam dan mereka membantu orang lain saat terjadi konflik antara ular dengan manusia.
ADVERTISEMENT
Hal ini belum tentu bisa dilakukan oleh orang lain. Para pencinta ular yang seperti ini. Para pencinta ular yang tidak mengeksploitasi alam dan selalu membantu orang lain memang benar-benar pemberani.