Konten dari Pengguna

E-Commerce sebagai Produk Perekonomian Digital dan Masyarakat Konsumen

Asa A
Culture and Society.
8 Oktober 2022 10:35 WIB
clock
Diperbarui 7 Februari 2023 18:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asa A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tinjauan Perekonomian Digital dalam Prinsip McDonaldisasi dan Perilaku Konsumtif
Ilustrasi E-Commerce. Sumber: Mediamodifier (Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi E-Commerce. Sumber: Mediamodifier (Pixabay)
ADVERTISEMENT
Era Revolusi Industri 4.0 telah membawa masyarakat ke sebuah perubahan yang tidak terbayangkan sebelumnya. Jika masyarakat pada Pergantian teknologi yang semula konvensional menjadi serba digital telah menyebabkan produksi barang dan jasa serba otomatis, cepat, serta efisien. Menurut Schwab (2016), Revolusi Industri 4.0 dimulai dengan pembangunan revolusi digital bercirikan mobile internet yang tersebar di mana-mana sekaligus terintegrasi dan memiliki sensor yang lebih kuat, kecil, dan lebih pintar.

E-Commerce sebagai Bentuk Transformasi Kegiatan Perekonomian

Dunia perekonomian bersinergi dengan teknologi yang serba digital dalam menciptakan transformasi kegiatan ekonomi secara digital. Transformasi tersebut dikenal dengan istilah electric commerce. Laudon dan Laudon dalam Management Information Systems: Managing the Digital Firm, menggambarkan electric commerce atau e-commerce sebagai teknologi digital dan internet yang berbentuk aplikasi dalam mengeksekusi berbagai proses bisnis besar di perusahaan. E-commerce meliputi kegiatan-kegiatan manajemen internal perusahaan dan koordinasi dengan distributor maupun rekan-rekan bisnis lainnya. Segala kegiatan yang berhubungan dengan kesepakatan jual-beli, periklanan, pemasaran, layanan pelanggan, keamanan, pengiriman, dan pembayaran, yang dilakukan melalui internet termasuk dalam cangkupan e-commerce.
ADVERTISEMENT
Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2020 mencatat bahwa terdapat 16.277 usaha yang melakukan kegiatan e-commerce selama tahun 2019. Usaha-usaha tersebut sering menggunakan media sosial dan marketplace sebagai media penjualan. Mereka juga sering menerapkan metode pembayaran tunai atau Cash on Delivery (COD) di samping metode transfer, kartu debit atau kredit, e-wallet, dan lain sebagainya. Mereka menawarkan barang dan jasa melalui berbagai media, mulai dari aplikasi media sosial, laman, maupun marketplace. Sebanyak 65,14% usaha-usaha tersebut menggunakan Facebook, Instagram, Twitter, dan lain sebagainya, sebagai media dalam berjualan. Kemudian, sebanyak 25,72% usaha-usaha tersebut menggunakan marketplace dan sebanyak 4,96% usaha-usaha tersebut menggunakan laman sebagai media dalam berjualan.
Berdasarkan data yang ditemukan iPrice Group dalam the Map of E-Commerce in Indonesia pada kuartal keempat tahun 2020, Shopee menjadi marketplace utama masyarakat Indonesia dalam mencari produk dan jasa secara daring. Hal tersebut terlihat dari akses Shopee melalui lamannya sebesar 129.320.800 akses per bulan. Shopee sebagai marketplace berperan penting dalam perekonomian digital di Indonesia. Shopee telah menyerap tenaga kerja di Indonesia dalam skala besar. Hal tersebut terlihat dari jumlah pekerja di Shopee sebanyak 9.006 orang. Kemudian, Shopee juga berperan sebagai penghubung antara para penjual produk dan jasa kepada para konsumen di seluruh Indonesia tanpa perlu mengkhawatirkan perbedaan wilayah.
ADVERTISEMENT

Andil Globalisasi dalam Perekonomian Digital: Kapitalisme, McDonaldisasi, dan Amerikanisasi

Jika ditinjau lebih jauh lagi, globalisasi memiliki andil dalam perekonomian digital untuk menghadirkan dunia tanpa batas (borderless world). Globalisasi dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan kapitalisme, McDonaldisasi, dan Amerikanisasi. Kekuatan Kapitalisme mendorong para pelaku usaha untuk menawarkan produk-produknya dalam rangka meraih keuntungan maksimal melalui akumulasi kapital dengan biaya produksi serendah-rendahnya. Kapitalisme dan McDonaldisasi yang terjadi dalam globalisasi tentunya berkiblat pada Amerika Serikat, sehingga muncul istilah Amerikanisasi.
Marketplace saat ini menggunakan teknologi dalam mewadahi proses transaksi antara para penjual dan pembeli. Hal tersebut menunjukkan bahwa teknologi memiliki andil dalam mengontrol ekosistem perekonomian di dalamnya. Kemudian, hampir semua marketplace mengedepankan efisiensi dengan menawarkan “pengalaman belanja online satu atap”.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, terdapat skema yang jelas dalam bagi para penjual dalam memasarkan barang dan jasanya maupun bagi para pembeli dalam melacak proses pengiriman pesanannya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa telah adanya prinsip prediktabilitas. Kemudian, berkenaan dengan prinsip perhitungan, para penjual secara otomatis dapat mengestimasi jumlah produk dan jasa yang tersedia di tokonya secara berkala melalui teknologi yang tersedia.
Terakhir, semua prinsip sebelumnya bertujuan untuk pemerataan aksesibilitas yang lebih baik dan cepat dalam kegiatan perekonomian. Hal tersebut berkaitan dengan prinsip rasionalitas yang hendak dicapai oleh marketplace. Dengan begitu, terdapat penerapan McDonaldisasi dalam cara kerja marketplace.

Masyarakat Konsumen dan Ketimpangan antara Daya Beli Masyarakat dengan Pendapatan Pelaku Industri

Dengan adanya marketplace, para pelaku industri memang semakin mudah dalam memasarkan produk dan jasanya, terutama mereka yang berada di pelosok negeri. Akan tetapi, banyak marketplace cenderung menempatkan para pembeli sebagai orientasinya.
ADVERTISEMENT
Data Badan Pusat Statistik membuktikan bahwa 85,83% para pelaku industri dari 16.277 usaha pada tahun 2020 mengalami penurunan pendapatan di usaha e-commerce. Di sisi lain, Bank Indonesia mencatat bahwa terjadi peningkatan nilai transaksi e-commerce yang semula 205,5 triliun rupiah pada tahun 2019 menjadi 266,3 triliun rupiah pada tahun 2020. Hal tersebut menunjukkan adanya ketimpangan antara apa yang dikeluarkan sebagian masyarakat Indonesia sebagai konsumen dan apa yang diterima sebagian masyarakat Indonesia lain sebagai pelaku industri.
Meningkatnya konsumsi masyarakat Indonesia berkaitan erat dengan perkembangan masyarakat Indonesia menuju masyarakat konsumen. Tingginya konsumsi yang dilakukan masyarakat Indonesia merupakan bagian dari sebuah gaya hidup yang sebelumnya didefinisikan oleh berbagai perusahaan industri melalui berbagai produk yang ditawarkannya.
ADVERTISEMENT
Saat ini, masyarakat Indonesia lebih cenderung bertransaksi melalui e-commerce dengan motif kenikmatan dan kesenangan daripada kalkulasi untung-rugi dan kebutuhan. Hal tersebut terlihat dari data Katadata Insight Center (KIC) yang menemukan bahwa mayoritas transaksi e-commerce berada dalam kategori fashion, kesehatan dan kecantikan; serta pulsa dan voucher. Selain itu, Jakpat menemukan bahwa masyarakat Indonesia menggemari e-commerce karena promo gratis ongkir, harga yang lebih murah, serta banyak diskon.
Dapat disimpulkan bahwa perekonomian digital melalui e-commerce lebih banyak berdampak pada perilaku konsumsi yang semakin bertumpu pada gaya hidup daripada pemerataan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara umum. Selain aksesibilitas terhadap produk yang lebih mudah, masyarakat Indonesia juga menjadi lebih konsumtif karena pengaruh dari Kapitalisasi, McDonaldisasi, dan Amerikanisasi yang disebarkan melalui globalisasi. (AAA)
ADVERTISEMENT

Referensi

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik E-Commerce 2020. Badan Pusat Statistik.
Bank Indonesia. (2021, 29 Januari). Nilai Transaksi E-Commerce Mencapai Rp 266,3 Triliun pada 2020 | Databoks. Databoks. Diambil pada 15 Januari 2022, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/01/29/nilai-transaksi-e-commerce-mencapai-rp-2663-triliun-pada-2020
Hendarsyah, D. (2019, Desember). E-Commerce di Era Industri 4.0 dan Society 5.0. IQTISHADUNA: Jurnal Ilmiah Ekonomi Kita, 8(2), 171-184.
iPrice Group. (n.d.). The Map of E-Commerce in Indonesia. iPrice Indonesia. Diambil pada 14 Januari 2022, dari https://iprice.co.id/insights/mapofecommerce/en/
Jakpat & Rizaty, M. A. (2021, 30 Juli). Gratis Ongkir Jadi Faktor Utama E-Commerce Tetap Digemari Konsumen | Databoks. Databoks. Diambil pada 15 Januari 2022, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/07/30/gratis-ongkir-jadi-faktor-utama-e-commerce-tetap-digemari-konsumen
Katadata Insight Center (KIC) & Lidwina, A. (2021, 9 Juni). Produk Fesyen Jadi Primadona di E-Commerce | Databoks. Databoks. Diambil pada 15 Januari 2022, dari https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2021/06/09/produk-fesyen-jadi-primadona-di-e-commerce
ADVERTISEMENT
Laudon, J. P., & Laudon, K. (2022). Management Information Systems: Managing the Digital Firm, Global Edition (Seventeenth ed.). Pearson.
Schwab, K. (2016). The Fourth Industrial Revolution. World Economic Forum.
Shopee. (n.d.). Tentang Shopee - Karir | Shopee Indonesia. Shopee Careers. Diambil pada 15 Januari, 2022, dari https://careers.shopee.co.id/about
Suyanto, B. (2013). Sosiologi Ekonomi: Kajian tentang Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Industrial. Kencana Prenada Media Group.