Konten dari Pengguna

Meninjau Fenomena Magang di Perusahaan Start-up Masa Kini

Asa A
Culture and Society.
8 Oktober 2022 10:28 WIB
clock
Diperbarui 6 Januari 2023 13:31 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asa A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebuah Analisis Kapitalisme dan Dunia Bisnis Modern dalam Perspektif Sosiologi Ekonomi
Ilustrasi Bisnis. Sumber: Gerd Altmann (Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Bisnis. Sumber: Gerd Altmann (Pixabay)
ADVERTISEMENT

Bonus Demografi di Indonesia dan Tenaga Kerja Tambahan bagi Perusahaan

Berdasarkan Badan Pusat Statistik dalam laporan Statistik Indonesia 2020, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2019 adalah 268.076,6 juta jiwa dengan komposisi terbanyak dari usia produktif sebesar 70,2% atau 191,08 juta jiwa. Indonesia yang tengah menuju bonus demografi tentu tidak dilewatkan begitu saja oleh para pebisnis. Sejalan tren masyarakat yang mencari pengalaman di dunia kerja, pelaku-pelaku industri menyediakan bermacam lowongan untuk menyerap tenaga mereka.

Mencuatnya Kasus Magang Eksploitatif oleh Perusahaan Start-up di Media Sosial Twitter

Kesempatan untuk merekrut tenaga kerja tambahan menjadi lahan yang subur bagi para pemilik modal untuk mengeksploitasi kaum buruh, sehingga mereka mendapat keuntungan lebih. Hal ini tercermin dalam realita pada sebuah perusahaan start-up. Melalui media sosial Twitter, salah satu pemagang perusahaan tersebut membeberkan bagaimana perlakuan perusahaan yang semena-mena. Perusahaan hanya memberikan upah kepada para pemagang jauh di bawah standar kelayakan. Apabila mereka mengundurkan diri dari jangka waktu yang telah ditentukan dari kesepakatan kontrak, perusahaan akan mengenakan sanksi kepadanya.
ADVERTISEMENT
Meninjau akar masalah kasus rekrutmen magang yang eksploitatif, sebenarnya hal tersebut adalah salah satu contoh lain dari kapitalisme di masa kini. Para pemagang dieksploitasi tenaganya secara terus-menerus dengan upah yang sangat sedikit ketika perusahaan meraup untung sebesar-besarnya. Segala sumber produksi tidak dimiliki oleh para pemagang, tetapi sepenuhnya dikuasai oleh pemilik beserta jajaran teratasnya. Selain itu, adanya selisih yang timpang antara keuntungan dan biaya produksi (akumulasi kapital) menjadi pertimbangan yang tidak dapat diabaikan.

Ciri-Ciri Kapitalisme dan Implementasinya dalam Magang Eksploitatif di Perusahaan Start-Up

Terdapat lima penanda penting yang mengindikasikan kapitalisme (Mandel, 2006; Mulyanto, 2013; Suyanto, 2013), yakni sebagai berikut.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, saat ini banyak perusahaan start-up yang merupakan bentuk kapitalisme karena telah memenuhi lima indikasi kapitalisme. Perusahaan menawarkan beragam produk dengan tarif tertentu sebagai upaya untuk menjangkau berbagai konsumen, sehingga dapat meraup untung sebanyak-banyaknya. Segala properti perusahaan hanya dikuasai sepenuhnya oleh pemilik perusahaan. Perusahaan berusaha untuk menyediakan berbagai bentuk komoditas (diversifikasi) dalam rangka untuk bersaing dengan perusahaan yang mirip dengannya. Agar dapat menarik banyak konsumen, perusahaan mengadakan berbagai diskon dan tetap mempertahankan keuntungan melalui bekerja sama dengan pihak lain. Terakhir, perusahaan meraih keuntungan sebesar-besarnya dan menekan biaya produksi semaksimal mungkin dengan mengeksploitasi para pemagang. (AAA)

Referensi

Badan Pusat Statistik. (2020). Statistik E-Commerce 2020. Badan Pusat Statistik.
ADVERTISEMENT
Suyanto, B. (2013). Sosiologi Ekonomi: Kajian tentang Kapitalisme dan Konsumsi di Era Masyarakat Post-Industrial. Kencana Prenada Media Group.