Writer Strike di Hollywood, Hikmah dan Dilema

Asad Habibie
Full-time undergraduate student at Bogor Agricultural University. I'm interested in economics, social media management, graphic design, and creative industry. My organizational experience mostly is in the field of public relations and partnership. I
Konten dari Pengguna
3 Oktober 2023 8:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asad Habibie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Writer Strike di Amerika Serikat. Sumber : Pexels.com
zoom-in-whitePerbesar
Writer Strike di Amerika Serikat. Sumber : Pexels.com
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemogokan pekerja menjadi hal yang terdengar biasa di telinga masyarakat awam, namun punya impact yang sangat masif jika hal tersebut benar-benar terjadi. Terlebih bagi industri, tak sekadar masif lagi, tapi merupakan momok yang menakutkan.
ADVERTISEMENT
Bayangkan saja-industri yang anda bangun bertahun-tahun lamanya bisa collapse karena pemogokan yang dilakukan buruh, dan buruknya lagi, itu terjadi karena kesalahan dari anda dan kolega anda sendiri, yang terlalu memaksimalkan keuntungan dengan membuat kesepakatan-kesepakatan yang menjebak.
Hal itu benar-benar terjadi di Hollywood, para penulis skenario berbondong-bondong meninggalkan pekerjaan mereka, karena the Alliance of Motion Picture and Television Producers (AMPTP) tidak menghiraukan proposal dari the Writers Guild of America (WGA) perihal royalti dan gaji.
WGA sendiri merupakan perserikatan buruh yang memayungi kebanyakan penulis di Amerika Serikat. WGA sendiri mengeluarkan seruan pada anggotanya untuk segera meninggalkan semua pekerjaan mereka, dengan tujuan mempressure pihak stakeholder dan eksekutif industri besar sekelas Disney. Maka meletuslah writer strike, gerakan penulis turun ke jalan untuk menentang kebijakan yang tidak adil.
ADVERTISEMENT
Ini bukan pertama kalinya writer strike terjadi dalam sejarah perfilman & pertelevisian Hollywood. Namun, tidak dapat dipungkiri, mungkin tahun ini merupakan pemogokan yang terbesar & terheboh yang pernah terjadi. Kembali pada dekade 80an, tepatnya 1988, terdapat sebuah pemogokan yang memiliki konsekuensi jangka panjang.
Writer Strike 1988 memang berdampak paling parah pada acara televisi, khususnya yang punya waktu siar rutin. Karena televisi tidak banyak menghasilkan sesuatu yang baru, kekosongan dalam siaran kebanyakan hanya diisi oleh siaran ulang, mengingat tidak ada hal baru yang bisa dilakukan, sebelum para penulis kembali bekerja, dan menulis episode-episode terbaru.
Pemogokan tersebut berlangsung selama 22 minggu lamanya, dilaporkan merugikan industri sebesar $500 juta, dan menimbulkan
kesulitan bagi masing-masing pemogok.
ADVERTISEMENT
Pemogokan selama lima bulan yang dilakukan oleh 9.000 penulis film dan televisi secara resmi berakhir pada 8 Agustus 1988
Pemogokan kembali terjadi pada 2007, nyaris dua dekade kemudian. David Letterman berdiri di lokasi syuting "Late Night", menatap penonton di studionya dan berkata :
Ilustrasi Hollywood. Sumber : Pexels.com
Apa yang terjadi bukanlah tanpa hikmah yang bisa diambil. ‘Berkat’ adanya writer strike, program tv dengan konsep baru bermunculan dan viral. Tanpa adanya penulis, perusahaan tv harus memutar otak agar siaran mereka tetap berjalan. Tak mungkin juga mereka beroperasi tanpa melakukan siaran.
ADVERTISEMENT
Tanpa siaran, tak ada iklan, tak ada pemasukan. Akhirnya, yang dilakukan pada saat itu, tv besar seperti CBS membeli program dari tv-tv lokal kecil, berupa reality show, atau program tv realita, yang mendokumentasi kejadian-kejadian yang terjadi di dunia nyata-kekerasan, kasus kehilangan orang, bahkan kasus pembunuhan. Model acara tersebut dengan cepat mengambil perhatian masyarakat, (mungkin juga karena tak ada hal baru yang bisa disiarkan pada masa itu).
Namun, output buruk tak hanya dirasakan oleh industri besar. Writer strike ternyata juga merugikan penulis yang sedang membutuhkan pekerjaannya. Karena WGA melarang penulis untuk bekerja, banyak orang dihadapkan pada dilema. Di satu sisi mereka butuh pekerjaan, di satu sisi, mereka tak bisa membiarkan ketidakadilan terus ada di industri tv dan perfilman. Banyak dari mereka menggunakan nama palsu untuk terus bekerja, bahkan ada yang membelot dan keluar dari perserikatan tersebut.
The Screen Actors Guild-American Federation of Television and Radio Artists (SAG-AFTRA) yang juga ikut turun ke jalan sebagai bentuk dukungan pada para penulis di Hollywood. Sumber : Pexels.com