Konten dari Pengguna

Money Based Motivation

Asep Saefuddin
Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) - Guru Besar Statistika FMIPA Institut Pertanian Bogor (IPB)
9 Maret 2023 11:10 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Saefuddin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Penulis pada acara wisuda UAI. Foto. Dok. UAI
zoom-in-whitePerbesar
Penulis pada acara wisuda UAI. Foto. Dok. UAI
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
It is good to have money and the things that money can buy ~George Lorimer
ADVERTISEMENT
Artinya memang uang ada tempatnya untuk berguna. Tetapi ingat bahwa tidak semua bisa diperoleh dengan uang. Senada dengan uang ini, Bob Proctor, motivator Amerika yang cukup kondang, mengatakan bahwa "uang adalah pelayan yang baik, tetapi bisa jadi raja yang jahat." Artinya, tidak disarankan kita diperbudak oleh uang.
Rhenald Kasali mengklasifikan kaitan manusia dengan uang sebagai berikut: 1. Money avoidance (Upaya menghindari uang), 2. Money worship (Pemuja uang), 3. Money status (Uang sebagai status keberhasilan), dan 4. Money vigilance (Bijak melihat uang).
Pengelompokan itu bisa kita lihat dari tipe-tipe orangnya yang saat ini mudah diperoleh dari media sosial. Ada contoh-contoh pejabat kaya raya yang perolehannya patut dicurigai. Ada juga orang yang kaya raya karena sektor kegiatannya memungkinkan untuk menjadi "rich" bahkan "crazy rich".
ADVERTISEMENT
Ada juga yang tipe bisnis dan kerja kerasnya plus kecerdasannya memungkinkan jadi kaya raya. Ada juga kelompok pegawai yang hidupnya pas-pasan dan cenderung takut kaya (money avoidance). Dan banyak lagi contoh klasifikasi manusia dan uang ini. Tidak saja di Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Dalam podcast beberapa hari yang lalu, Rhenald Kasali mengungkapnya dalam jilid Flexing 2.0 yang sangat menarik.
Kebetulan selama pandemi 2020-2021 saya punya cukup waktu membaca buku-buku filsafat kehidupan. Seperti tulisan-tulisan Jiddu Krishnamurti (Filsuf dari India yang sempat dibesarkan grup Theosofi dari Inggris), Eckhart Tolle (Penulis buku The Power of Now yang sempat dibedah oleh Oprah Winfrey), David Hawkins (Power vs Effort hasil riset yang cukup panjang dan menjadi disertasi PhD-nya Dr. Hawkins), serta Joe Dispenza (penulis buku-buku motivasi diri mengaitkan dengan fisika kuantum, epigenetik, neurosains, dan psikologi). Dari tulisan mereka banyak benang merah mengenai kekuasaan, uang, motivasi, ego, kejiwaan, dan persoalan kehidupan di dunia ini.
ADVERTISEMENT
Sering Krishnamurti mengatakan dalam semua perbuatan tidak perlu ada motif. Action without motive. Awalnya saya sulit mengerti apa maksud statement ini. Bagaimana mungkin kita bisa bertindak atau berusaha tanpa ada motif sedikitpun. Dijelaskan bahwa action without motive itu bagaikan bunga yang mekar dengan indah tanpa meminta tepuk tangan.
Lama-lama saya paham bahwa action without motive itu tidak lain adalah keikhlasan. Semua perbuatan, dalam pandangan agama (Islam) harus dilandasi dengan unsur ikhlas. Berserah diri kepada Allah swt, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Dari hasil riset Dr. David Hawkins yang dituangkan dalam buku "Power vs Effort", keikhlasan adalah power. Energinya mengalir begitu saja tanpa ada beban yang harus didongkrak melalui "effort".
Dalam fisika Newton, energi power ini seperti hukum gravitasi yang menarik benda-benda ke pusat bumi. Power inilah yang membuat kehidupan teratur menyatu dengan alam. Semakin jelas bahwa action without motive adalah power.
ADVERTISEMENT
Bila dikaitkan dengan pemikiran Eckhart Tolle, action without motive adalah "the power of now". Memang bisa dirasakan bila kita menyadari "the nowness", kita bebas dari berbagai tekanan beban kehidupan, pada saat itu muncul kekuatan (power) kreativitas dan ide-ide baru.
Eckhart menekankan bahwa pentingnya kemampuan menerima kenyataan (acceptance, surrender) atau penyerahan diri (ikhlas). Keadaan ini akan menghasilkan kebahagiaan (enjoyment) yang ujung-ujungnya adalah antusiasme (enthusiasm itu sendiri berarti yakin akan bimbingan Tuhan).
Bila dikaitkan dengan tipe-tipe motivasi menurut Joe Dispenza, semakin jelas bahwa action without motive berarti ibadah itu sendiri. Suatu perilaku yang hanya mengharapkan keridhaan ilahi.
Dr. Dispenza menjelaskan bahwa motivasi itu ada yang bersifat immaterial dan ada yang sangat material. Diantara dua sisi itu ada beberapa motivasi yang mendekati immaterial dan material. Motivasi-motivasi yang bersifat luhur banyak berkaitan dengan tujuan atau makna kehidupan itu sendiri. Implikasi dari tipe motivasi ini adalah kejelasan prinsip yang diusung. Biasanya demi kebaikan bangsa, negara, umat manusia menuju rahmatan lil alamin.
ADVERTISEMENT
Motivasi yang relatif masih tinggi dan berkaitan dengan nilai-nilai luhur adalah motivasi mau mengambil resiko untuk kebaikan bersama (misalnya dalam berorganisasi). Joe Dispenza menyebutnya sebagai entrepreneurial motivation. Disusul oleh motivasi untuk menegakkan etika dan moral. Semua motivasi ini lebih bersifat immaterial.
Adapun motivasi yang cenderung material, adalah demi kepentingan diri sendiri, self aggrandizement motivation atau ego based motivation. Tujuan mencapai popularitas termasuk ke dalamnya. Tenaga yang dikeluarkan adalah effort, bukan power. Berbeda dengan mencari kebenaran lalu menjadi terkenal sebagai dampak, bukan tujuan. Energinya adalah power. Seakan-akan ada yang menggerakkan.
Tipe motivasi material lainnya adalah tindakan karena ada uang (money based motivation). Bekerja bila ada insentif uang, dan tidak semangat bila uangnya kecil atau tidak ada. Dalam kategori model Rhenald Kasali, kelompok ini disebut penyembah uang (money worship). Para pengemis yang ada di jalanan bisa saja masuk ke dalam kelompok money based motivation. Juga para raja kaya yang melulu usaha untuk mencari uang. Juga para bandar narkoba. Dan termasuklah para koruptor.
ADVERTISEMENT
Apakah orang-orang ikhlas atau immaterial motivation itu tidak akan dapat uang? Ada pepatah yang sering saya dengar dari nenek dalam bahasa Sunda "gawe nu beber, rijki mah nuturkeun". Artinya kerja saja yang benar, rizki akan ikut.
Dari pepatah ini kita bisa berkesimpulan bahwa wajar bila kita sering melihat orang sukses umumnya bekerja lebih keras dan lebih bermutu daripada kisaran gajinya. Biasanya tipe orang ini berpenampilan apa adanya dan baik hati juga.