Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Membaca Episode Kehidupan dari Masa Ke Masa (3)
23 Agustus 2021 15:00 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada bagian yang kedua, penulis sudah menjelaskan perkembangan bayi yang terkait dengan hikmah kedekatan Sang Ibu dengan balitanya. Kedekatan Sang Ibu dan Sang Balitanya dibangun lewat mengandung selama sembilan bulan dan menyusuinya selama dua tahun.
ADVERTISEMENT
Pada bagian yang ketiga ini, penulis fokus pada perkembangan bahasa anak dan hikmahnya bagi orang dewasa, mulai dari 0-2 tahun. Sebagai orang tua dari Sang Bayi, orang tua mana yang tidak senang apabila bayinya sudah bisa berbicara.
Menurut Alzena Masykouri dalam bukunya "Mengasah Kemampuan Berbahasa di Usia 0-2 Tahun" seri bacaan orang tua pada bagian yang ke-10, bayi di dunia ini mempunyai tahapan berbahasa yang sama dan terjadi pada kisaran usia yang sama.
Menurut Alzena , Sampai sekitar usia 6 minggu, bayi tidak dapat mengeluarkan suara tertentu, kecuali menangis. Bentuk komunikasi lain adalah dengan bahasa tubuh, seperti gerakan lengan dan kaki, ekspresi wajah, dan kontak mata.
Kemampuan anak dalam berbahasa ini, mengingatkan kita bahwa berkomunikasi itu penting bagi orang dewasa. Seperti pentingnya Sang Bayi belajar berbicara di usia enam minggu. Pada usia enam minggu ini, bayi dalam kecamatan Hermeneutika, seperti sedang mengajarkan kepada kita bahwa membaca makna dan simbol itu penting.
ADVERTISEMENT
Makna gerak lengan, kaki, ekspresi wajah, dan kontak mata pada Sang Bayi mempunyai maksud penting untuk kedua orang tua. Kedua orang tua, harus memahami bahwa Sang Bayi mempunyai keinginan yang ingin segera ditunaikan. Pada kasus ini, sebagai orang tua tentunya sudah harus peka terhadap berbagai gerak yang ditunjukkan oleh Sang Bayi.
Gerak anggota tubuh pada orang dewasa pun, sebenarnya mempunyai ragam makna. Misalnya, ketika pembicara sedang menjelaskan materinya, ada peserta seminar yang sudah mulai garuk-garuk kepala. Pesan ini bagi pemateri khususnya, harus segera ditangkap dengan cermat. Barangkali, peserta itu sudah mulai suntuk atau bosan.
Rasa suntuk atau bosan tersebut, bisa jadi karena penyampaiannya monoton dan tidak ada ice breaking. Atau sekedar menyambungkan materi seminar dengan kehidupan sehari-hari yang disertasi dengan candaan. Lain hal pada Sang Bayi, sebagai orang tua harus langsung menghampirinya agar dapat mengetahui apa yang dibutuhkan oleh buah hatinya.
ADVERTISEMENT
Pada poin ini, seolah-olah bayi ingin mengajarkan kepada kita bahwa menunjukkan rasa empati dan peka terhadap berbagai kejadian yang ada di sekitar kita itu penting. Apalagi di era pandemi ini, harus saling menumbuhkan rasa empati dan simpati kepada sesama tetangga. Contoh kecil, jika ada tetangga kita yang terkena Covid-19, tidak ada salahnya kalau kita bertanya kabar lewat telepon atau pesan singkat.
Hal itu penting, karena akan membantu menaikkan imun tetangga kita yang sedang terkena Covid-19. Apalagi disertasi dengan mengirim makanan dan disertasi dengan perasaan penuh prihatin atas tetangga kita yang terkena Covid-19, maka pengaruhnya bisa luar biasa untuk kesembuhannya.
Agama mengajarkan kepada kita, bahwa “orang mukmin yang satu dengan orang mukmin yang lainnya, laksana seperti sebuah bangunan yang saling menguatkan.” Ini artinya, bahwa manusia perlu menunaikan dirinya sebagai manusia dengan berkomunikasi yang baik antar tetangganya.
ADVERTISEMENT
Ini tidak lain dan tidak bukan untuk memperteguh tali persaudaraan. Jika persaudaraan di antaran tetangga terjalin dengan baik, maka lingkungan akan terasa nyaman dan tenteram. Inilah salah satu nilai bermasyarakat yang dibutuhkan oleh manusia modern, baik yang ada di perkotaan maupun di pedesaan.
Karena, manusia sebagai makhluk bermasyarakat, tidak mungkin mengurusi semua kebutuhan hidupnya tanpa bantuan orang lain. Dari mulai tidur sampai bangun tidur, manusia tidak lepas dari bantuan orang lain. Buktinya, pakaian yang kita kenakan sewaktu tidur merupakan hasil karya tukang jahit pakaian.
Tukang jahit pakaian pun membutuhkan mesin jahit, benang, jarum, kain, listrik, penggaris, gunting, dan pena, yang semuanya itu hasil karya orang lain. Ke bergantungan manusia antara satu dengan yang lainnya, saling tali temali alias tidak dapat dilepaskan satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Kehadiran Sang Bayi di usia enam minggu di atas, menjadi tanda awal bagi manusia betapa pentingnya komunikasi yang baik antara Sang Bayi dengan orang tuanya. Ini pula pesan yang ingin disampaikan oleh Tuhan, Sang Pencipta bayi tersebut. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang dan Pengurus ICMI Kab. Tangerang.