Membaca Episode Kehidupan dari Masa Ke Masa (8)

Asep Abdurrohman
Pendidik dan Penulis Kehidupan
Konten dari Pengguna
30 Agustus 2021 13:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dok. Pribadi.
zoom-in-whitePerbesar
Dok. Pribadi.
ADVERTISEMENT
Pada bagian ketujuh, penulis sudah menjelaskan usia anak-anak 0-2 tahun, khususnya usia 9-15 bulan, bisa melangkah untuk pertama kalinya dengan merangkak, ditatih dan berjalan, seperti dikutip pada www.alodokter.com 27/08/2021.
ADVERTISEMENT
Sementara pada bagian yang ke delapan ini, penulis akan menjelaskan posisi anak yang sudah bisa berjalan dengan ditatih dan berjalan pelan pelan. Ditatih dan berjalan pelan pelan, dalam kehidupan awal anak adalah hal yang harus dilaluinya.
Hampir tidak ada anak yang bisa langsung berjalan tanpa melewati fase ditatih dan berjalan pelan-pelan. Semua anak-anak pada usia tersebut, pasti melewati masa-masa itu. Ini bergantung pada ayah ibunya yang akan mengarahkan dan melatih terus untuk berjalan.
Kondisi anak demikian, mengingatkan kita kepada kehidupan nyata. Dalam kehidupan nyata, entah itu mengawali kehidupan remaja atau mengawali kehidupan baru setelah menikah, pastinya membutuhkan arahan dan bimbingan dari para senior yang sudah mengerti mengenai arti sebuah kehidupan dari masa-masa remaja dan setelah menikah.
ADVERTISEMENT
Pada masa remaja, orang tua kita mentatih-tatih anaknya. Begitu pun ketika sudah menikah, orang tua, atau orang terdekat kita mentatih sebelum kita benar-benar bisa berjalan tanpa bantuan orang lain.
Dalam perjalanan hidup, tidak ada rumusnya langsung dapat berdiri tegap tanpa melalui berjalan tertatih-tatih dan berjalan. Ini sudah menjadi sunnatullah dan tidak bisa dipungkiri bahwa menjalani kehidupan harus melalui setahap demi setahap.
Siapa pun orangnya dan dari mana pun keturunannya, terkecuali dalam hal-hal tertentu, seperti masalah kekayaan bisa diwariskan oleh orang tuanya. Namun, dalam soal cara pandang, pengalaman, membangun jejaring kehidupan, menghadapi kenyataan hidup, dan lain-lain harus dilalui oleh pribadinya masing-masing.
Sampai jejak kehidupan melewati jalan ini, perjalanan sang anak-anak yang menjalani kehidupan lewat tertatih dan berjalan pelan, memberikan pelajaran penting kepada kita, bahwa kita tidak boleh lupa akan asal-usul kita.
ADVERTISEMENT
Saat kita ditatih berjalan sama orang tua atau keluarga, di situlah kita ingat bahwa menuju proses dewasa dan kehidupan yang matang, terdapat peran keluarga atau orang lain yang mendorong menuju pribadi dewasa.
Ini artinya, kita diajarkan oleh kenyataan hidup bahwa kita tidak boleh lupa diri bahwa kita bisa berdiri tegap dalam menjalani kehidupan berkat bantuan keluarga dan orang lain. Maksud terdalamnya, jangan sekali-kali melupakan keluarga dan orang-orang yang sudah berjasa kepada kita.
Apalagi sampai memutuskan tali silaturahmi yang sudah terjalin sejak lama. Ini tentu lebih berat lagi, seolah-olah dirinya besar tanpa ada pihak lain yang ikut membantunya. Semoga bermanpaat. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Dosen Universitas Muhammadiyah Tangerang.