Mudik Sebagai Pendidik Sejati (1)

Asep Abdurrohman
Pendidik dan Penulis Kehidupan
Konten dari Pengguna
29 April 2023 10:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi keluarga mudik. Foto: Humba Frame/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi keluarga mudik. Foto: Humba Frame/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Siapa yang tidak kangen dengan kampung halaman? Semua pasti kangen. Tidak ada yang tidak kangen terhadap kampung halaman. Kurang sehat namanya jika tidak kangen dengan kampung halaman. Nabi Muhammad Saw pun merindu ketika ada di Madinah. Batin Nabi Muhammad Saw menjerit ketika mendengar kota Makkah.
ADVERTISEMENT
Bukan teriak histeris, tapi Nabi Muhammad SAW merasakan betul jiwanya telah menyatu dengan kota suci Makkah. Lebih dari setengah abad, Nabi Muhammad Saw hidup di Kota Makkah. Lima puluh tiga tahun (53) sangat lebih dari cukup untuk menyimpan rindu akan kampung halaman. Baru terobati ketika Makkah ditaklukkan secara damai.
Kita sebagai umatnya, setelah selesai melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, ada tradisi yang tidak bisa dilewatkan, yaitu mudik. Mudik dalam bahasa sehari-hari adalah kembali ke udik. Dengan kata lain, mudik adalah kembali ke desa yang banyak dikatakan oleh orang-orang yang pernah merasakan pulang kampung.
Mudik, bukanlah hal benda asing di telinga masyarakat. Mudik sudah menjadi darah daging bagi masyarakat Indonesia. Memang, di negara-negara maju, istilah mudik hampir tidak terdengar. Mudik banyak terdengar di negara-negara berkembang. Terlepas dari itu semua, yang jelas mudik dalam konteks pendidikan memberikan pelajaran penting bagi pemudik.
ADVERTISEMENT
Jauh sebelum selesai ibadah puasa, mudik sudah diagendakan oleh masyarakat. Berbagai persiapan pun sudah dirinci dan dicatat dengan rapi. Persiapan ini menjadi media untuk mendidik setiap masyarakat yang akan melakukan mudik. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, apa jadinya dalam setiap kegiatan jika tidak ada yang namanya persiapan?
Tentu, jawabannya kegiatan tersebut hampir bisa dipastikan akan kacau-balau. Begitu pentingnya persiapan, sampai kemudian ada istilah gladi bersih. Gladi bersih ini, ibaratnya sebuah sesi persiapan setelah adanya geladi kotor. Dalam konteks mudik, persiapannya berbagai hal yang perlu disiapkan.
Mulai dari persiapan fisik, mental rohani, perbekalan, kendaraan, uang, jalan yang akan dilalui, e-toll, dan lain sebagainya. Mau tidak mau, segala kebutuhan yang mendukung terhadap kelancaran mudik harus dipenuhi. Jika tidak, mudik tidak akan berjalan dengan lancar.
ADVERTISEMENT
Persiapan fisik, misalnya, harus segera disiapkan. Betapa pun siapnya mudik dan didukung oleh berbagai pendukungan lainnya, tetapi jika fisik sakit saat akan melakukan perjalanan mudik, maka mudik itu tidak akan terasa indah dan nikmat. Maka kesehatan fisik menjadi pra syarat yang harus sudah selesai ketika akan mudik.