Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Salat di luar Salat (1)
24 Januari 2022 9:33 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Asep Abdurrohman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sehari semalam, orang beriman mendirikan salat lima kali. Mulai dari salat Subuh, dzuhur, ashar, maghrib, dan salat isya’. Ini sudah rutin dilakukan oleh seluruh umat Islam di dunia. Salat, sebagaimana yang sudah ketahui bukan hanya gerakan tanpa makna. Salat mengisyaratkan keberlanjutan salat yang dikerjakan di waktu salat, juga dikerjakan di luar salat.
ADVERTISEMENT
Pentingnya salat di luar salat, dengan tidak mengesampingkan pentingnya salat di dalam salat, mempunyai makna kesinambungan salat. Salat yang dimulai dengan bersuci, ini menunjukkan bahwa bersuci juga tidak boleh hanya berhenti ketika melakukan berwudu’, tetapi harus mempunyai nilai ketika berada di tengah pergumulan kemanusiaan.
Saat orang beriman berwudu’, yang dimulai dengan mencuci tangan, ini sebenarnya menunjukkan bahwa tangan harus bersih dan suci dari segala kotoran. Kotoran dzohir mudah sekali dibersihkan, tetapi kotoran dalam arti plak hitam dosa di hati kita sulit dibersihkan.
Sebenarnya agama menyinggung dan mengisyaratkan ketika selesai berwudu dengan doa tobat. Sekilas doa tersebut, tidak masuk akal, tetapi sebenarnya memiliki maksud dan tujuan yang dalam. Sebagaimana disetir dalam hadis sahih Imam Muslim bahwa ketika berwudu, dosanya berguguran berbarengan dengan jatuhnya tetesan air wudu ke tanah.
ADVERTISEMENT
Tanda ini memberikan arti yang begitu dalam bahwa orang yang berwudu sebenarnya ia sedang menggugurkan dosa-dosa yang sudah dilakukannya sebelum berwudu. Tidak berlebihan kiranya, apabila seseorang sudah berwudu, maka tidak boleh melakukan hal-hal yang membatalkan wudu.
Secara dzohir, batal di sini adalah yang terkait dengan fisik. Contohnya, seseorang dikatakan batal jika buang kecil atau besar setelah wudu’. Berwudu pun, sebenarnya harus menjaga hakikat wudu'. Wudu dalam kehidupan sosial, tangan yang sudah dibasuh, tidak boleh dikotori oleh perbuatan tangan yang menodai kesuciannya.
Apa pun pekerjaan seseorang, harus ingat betul bahwa menjaga kesucian tangan tidak boleh dilupakan. Menjaga kesucian tangan bentuknya bisa berupa; tidak menulis status sembarangan yang menyinggung pihak lain, tidak mencubit, tidak menampar, tanda tangan fiktif, dan segala perilaku yang menodai kesucian tangan.
ADVERTISEMENT
Saat membasuh muka pun, setelah berwudu’ harus tetap menjaga kesucian muka. Di dalam muka ada mata, hidung, dan mulut. Selesai basuh muka, pada hakikatnya selesai juga dosa yang ada di muka. Saking seringnya kontak dengan dosa, bukan kebetulan Allah memerintahkan kita berwudu dan salat lima kali sehari semalam.
Intensitas wudu lima kali, yang sehari semalam tersebut, sebenarnya bukan tanpa maksud dan tujuan, tetapi mempunyai tujuan yang dalam. Oleh karena itu, kenapa Allah memerintahkan kita membasuh muka pertama kali ketika akan berwudu.
Para ulama ahli tasawuf, mengatakan bahwa muka kitalah yang sering kontak dengan dunia sosial. Yang sering berbuat dosa, dan lain-lain. Tidak salah juga Allah memerintahkan untuk berwudu dan salat sehari semalam lima kali.
ADVERTISEMENT
Ini pertanda bahwa manusia itu harus cepat kembali bersih setelah melakukan pekerjaan yang di dalamnya mengandung perbuatan dosa. Tidak berlebihan rasanya, jika manusia tidak berwudu dan salat, apa jadinya? manusia akan selalu cemas dan gelisah, seperti yang diungkap oleh Prof. Dr. M. Quraish Shihab.
Manusia yang suci memang sudah fitrah manusia itu sendiri. Fitrah dalam arti setelah kotor cepat kembali dibasuh dengan perbuatan baik, dalam hal ini adalah wudu dan salat. Manusia memang tempatnya salah dan dosa, tapi situasi ini jangan dijadikan alasan harus melakukan salah terus.
Di sisi lain, manusia bukan pula makhluk malaikat, yang kerjanya melakukan ketaatan kepada Allah. Manusia ada di antara malaikat dan juga setan yang selalu menggoda. Dalam praktiknya manusia perlu melakukan tindakan pencegahan agar selalu berada di dalam jalan-Nya.
ADVERTISEMENT
Namun jika keluar rel, Allah menyediakan fasilitas berupa ibadah. Makanya, ibadah manusia ada yang sifatnya harian, mingguan, bulanan, bahkan ada yang bentuknya tahunan. Semua itu kasih sayang Allah kepada manusia agar hamba-Nya selalu berada di dalam jalan-Nya.
Ibaratnya, kereta api yang keluar jalur sungguh akan membahayakan penumpang. Penumpang pasti akan cemas, tegang, stres, bingung, bahkan jiwa penumpang kehilangan kesadaran untuk mengontrol emosinya. Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.
Penulis adalah Dosen Universitas Muhamadiyah Tangerang.