Konten dari Pengguna

Diary 2024: Kesiapan Daerah Terentaskan Menghadapi Kenaikan PPN 12% di 2025

asep gunawan
ASN - Alumni Unibraw, Malang. Tinggal di Kepulauan Sula ::Menulis Membuat Hidup Lebih Berwarna::
29 Desember 2024 13:34 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari asep gunawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi orang bijak berjalan di halaman terakhir buku surealis (Sumber: istockphoto.com)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi orang bijak berjalan di halaman terakhir buku surealis (Sumber: istockphoto.com)
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2025, tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di Indonesia akan meningkat menjadi 12%. Kebijakan ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Meski bertujuan meningkatkan pendapatan negara untuk mendukung pembangunan nasional, kenaikan ini membawa sejumlah dampak yang perlu dipahami, terutama bagi daerah yang baru terentaskan dari status tertinggal.
ADVERTISEMENT
Artikel ini bertujuan memberikan panduan praktis yang menyoroti strategi pemberdayaan ekonomi lokal, optimalisasi subsidi, dan kolaborasi dengan sektor swasta. Dalam konteks refleksi akhir tahun, artikel ini secara khusus mengangkat peluang yang dapat dimanfaatkan oleh daerah terentaskan, seperti Kepulauan Sula, di tengah kebijakan kenaikan PPN. Dengan menyoroti tantangan dan potensi pembangunan, tulisan ini bertujuan memberikan wawasan tentang bagaimana kebijakan dapat menjadi pendorong kemajuan daerah.

Apa Itu PPN dan Mengapa Dinaikkan?

ADVERTISEMENT
Namun, kenaikan tarifnya juga dapat memengaruhi kemampuan daerah untuk mengelola anggaran, terutama untuk kebutuhan pembangunan. Kenaikan tarif dari 11% menjadi 12% adalah bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan penerimaan negara. Tambahan pendapatan ini akan digunakan untuk mendukung berbagai program pembangunan, seperti infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan.
Disisi lain, kenaikan PPN juga membuka peluang signifikan bagi daerah terentaskan seperti Kepulauan Sula untuk memperkuat strategi pembangunan. Sektor perikanan, misalnya, dapat dimaksimalkan dengan mendirikan koperasi nelayan untuk mengolah hasil laut seperti ikan asap atau rumput laut kering. Langkah ini tidak hanya meningkatkan pendapatan masyarakat tetapi juga memperkuat daya saing produk lokal di pasar regional. Selain itu, pengembangan pariwisata berbasis komunitas di pulau-pulau kecil, yang menonjolkan budaya lokal dan keindahan alam, berpotensi menjadi daya tarik wisata yang mendukung pertumbuhan ekonomi daerah.
ADVERTISEMENT
Untuk mewujudkan potensi ini, diperlukan perencanaan matang dan kolaborasi lintas sektor. Optimalisasi penggunaan sumber daya lokal seperti hasil laut dan kerajinan khas harus menjadi prioritas, diikuti dengan efisiensi dalam alokasi anggaran pembangunan. Kolaborasi dengan sektor swasta juga sangat penting untuk mendukung investasi dalam infrastruktur dan kegiatan ekonomi berbasis masyarakat. Dengan langkah-langkah ini, Kepulauan Sula dapat memanfaatkan kebijakan kenaikan PPN sebagai momentum untuk mempercepat pembangunan inklusif dan berkelanjutan.

Dampak dan Peluang Kenaikan PPN untuk Daerah Terentaskan

1. Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok
Barang dan jasa yang dikenakan PPN akan mengalami kenaikan harga, tetapi ini juga mendorong daerah untuk meningkatkan efisiensi dalam pengelolaan anggaran dan memaksimalkan potensi lokal. Masyarakat di daerah terentaskan, yang umumnya memiliki pendapatan rendah, akan merasakan dampak paling besar pada daya beli mereka. Kebutuhan pokok seperti makanan olahan, pakaian, dan layanan dasar lainnya akan lebih mahal.
ADVERTISEMENT
2. Biaya Kegiatan Pembangunan yang Lebih Tinggi
Di Kabupaten Kepulauan Sula, Program pembinaan di daerah terentaskan, seperti pembangunan infrastruktur jalan, jembatan, dan fasilitas kesehatan, akan terpengaruh. Kenaikan PPN dapat meningkatkan biaya material konstruksi, alat kesehatan, dan layanan lainnya, yang menjadi komponen penting dalam pelaksanaan kegiatan tersebut.
3. Tantangan bagi Pelaku UMKM
UMKM di Kepulauan Sula mungkin menghadapi kesulitan menyesuaikan harga jual produk mereka. Untuk membantu mengatasi tantangan ini, pemerintah daerah dapat menyediakan pelatihan khusus dalam efisiensi produksi, pemasaran digital, dan diversifikasi produk. Subsidi bahan baku dan akses kredit berbunga rendah juga dapat diberikan untuk meringankan beban produksi. Langkah-langkah ini akan membantu UMKM meningkatkan daya saing di pasar regional dan nasional meskipun menghadapi kenaikan biaya akibat PPN. Dengan kenaikan biaya produksi akibat PPN, daya saing mereka di pasar juga dapat menurun.
ADVERTISEMENT

Langkah untuk Mengurangi Dampak Kenaikan PPN

1. Manfaatkan Insentif Pajak
Pemerintah telah memberikan pengecualian PPN untuk barang kebutuhan pokok seperti beras, jagung, dan sayur-mayur, serta jasa pendidikan seperti bimbingan belajar dan layanan kesehatan meliputi pengobatan dasar di puskesmas. Masyarakat perlu memahami barang dan jasa apa saja yang bebas PPN agar dapat mengelola pengeluaran dengan lebih bijak.
2. Dorong Penggunaan Sumber Daya Lokal
Memanfaatkan bahan baku dan tenaga kerja lokal dapat membantu mengurangi ketergantungan pada barang dan jasa dari luar daerah, yang biasanya lebih mahal. Strategi ini juga dapat mendukung perekonomian lokal.
3. Edukasi UMKM tentang Adaptasi Bisnis
Pemerintah daerah dan komunitas perlu memberikan pelatihan kepada pelaku UMKM tentang manajemen biaya, pemasaran digital, dan efisiensi produksi. Program yang dapat segera diterapkan di Kepulauan Sula meliputi pelatihan "Strategi Digitalisasi untuk UMKM" yang membantu pelaku usaha mengoptimalkan platform online, serta workshop "Pengelolaan Keuangan dan Efisiensi Biaya" untuk meningkatkan daya saing produk lokal di pasar regional dan nasional. Sebagai contoh inovatif, program pelatihan "Digital Market Boost" di Kabupaten Banyuwangi berhasil meningkatkan penjualan produk UMKM hingga 30% melalui optimalisasi platform digital dan pengelolaan keuangan yang lebih baik. Dengan pendekatan serupa, UMKM di Kepulauan Sula yang merupakan daerah terentaskan dapat tetap bersaing meski ada kenaikan biaya.
ADVERTISEMENT
4. Optimalisasi Program Subsidi
Pemerintah daerah dapat memanfaatkan berbagai subsidi yang telah diatur dalam regulasi untuk mendukung masyarakat. Subsidi ini mencakup:
Dengan mengoptimalkan program-program ini, pemerintah daerah dapat menjaga daya beli masyarakat dan memastikan pembangunan tetap berlanjut di tengah kenaikan harga akibat PPN.
Pemerintah daerah dapat memanfaatkan subsidi yang tersedia untuk masyarakat, seperti subsidi listrik, bahan bakar, dan pendidikan. Subsidi ini akan membantu menjaga daya beli masyarakat di tengah kenaikan harga.
ADVERTISEMENT
5. Kolaborasi dengan Sektor Swasta
Kemitraan dengan sektor swasta dapat membantu mendanai program pembangunan di daerah terentaskan. Model kolaborasi ini memungkinkan pelaksanaan kegiatan yang lebih efisien dan berkelanjutan.

Kesimpulan

Kenaikan PPN menjadi 12% pada tahun 2025 membawa tantangan sekaligus peluang baru bagi masyarakat dan program pembangunan di daerah terentaskan di Kabupaten Kepulauan Sula. Namun, dengan pemahaman yang baik tentang kebijakan ini dan langkah mitigasi yang tepat, dampak negatif dapat diminimalkan. Pemerintah daerah, masyarakat, dan pelaku usaha perlu bekerja sama, memanfaatkan kekuatan solidaritas masyarakatnya, untuk memastikan pembangunan tetap berlanjut tanpa terganggu oleh kenaikan biaya.
Dalam refleksi akhir tahun ini, mari kita jadikan kebijakan ini sebagai peluang untuk mendorong inovasi dan pemberdayaan lokal di Kepulauan Sula. Kebijakan kenaikan PPN dapat dioptimalkan untuk mendukung inisiatif yang mendorong kolaborasi antara pemerintah daerah, pelaku usaha, dan masyarakat di wilayah ini.
ADVERTISEMENT
Kolaborasi dengan sektor swasta juga menjadi kunci untuk mendukung pengembangan infrastruktur pariwisata, seperti dermaga, transportasi laut, dan fasilitas publik. Contoh yang bisa di duplikasi, di Banyuwangi, pemerintah daerah bekerja sama dengan perusahaan swasta untuk membangun dermaga pariwisata terpadu yang menghubungkan destinasi wisata utama. Kolaborasi ini tidak hanya mempermudah akses wisatawan tetapi juga meningkatkan pendapatan daerah melalui pengelolaan fasilitas yang profesional.
Langkah serupa dapat diadaptasi di Kepulauan Sula untuk mengembangkan potensi wisata bahari dan budaya lokal. Kerja sama ini dapat diwujudkan melalui investasi pada sektor wisata yang berbasis lingkungan, termasuk pembangunan fasilitas wisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, daya tarik pariwisata Kepulauan Sula dapat meningkat secara signifikan, memperkuat perekonomian lokal, dan melibatkan masyarakat dalam pembangunan yang berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pemberdayaan nelayan dan petani lokal melalui diversifikasi produk olahan hasil laut dan pertanian dapat memperkuat ketahanan ekonomi daerah. Contohnya, pemerintah dapat mendukung pembentukan koperasi lokal yang memasarkan hasil olahan laut seperti ikan kering dan keripik rumput laut, sekaligus memberikan pelatihan tentang inovasi produk untuk meningkatkan nilai tambah.
Pendekatan lain yang dapat diambil adalah pembentukan pusat inovasi lokal untuk mendukung UMKM. Pusat ini dapat diimplementasikan dengan menyediakan fasilitas seperti ruang pelatihan, akses ke teknologi mutakhir, dan mentor bisnis untuk mendukung pengembangan produk dan strategi pemasaran. Skema pendanaan dapat melibatkan anggaran daerah yang dialokasikan secara khusus, serta dukungan dari mitra swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR). Program kerja sama dengan lembaga pendidikan juga penting untuk memberikan pelatihan berbasis kebutuhan pasar dan mendorong kolaborasi inovatif di tingkat lokal.
ADVERTISEMENT
Di sektor pariwisata, pemerintah dapat memprioritaskan pengembangan destinasi berbasis ekowisata dengan melibatkan masyarakat lokal dalam manajemen homestay, pelatihan pemasaran digital, dan peningkatan standar layanan wisata. Selain itu, penyediaan infrastruktur pendukung seperti dermaga modern dan jalur transportasi laut yang aman dan nyaman menjadi hal yang krusial. Dengan langkah-langkah ini, pusat inovasi tidak hanya berfungsi sebagai tempat pelatihan dan penghubung ke pasar yang lebih luas, tetapi juga sebagai katalisator utama untuk menciptakan pembangunan berkelanjutan di Kepulauan Sula.
Dengan langkah-langkah konkret ini, Kepulauan Sula dapat memaksimalkan potensinya untuk menciptakan pembangunan yang inklusif, berkelanjutan, dan memberdayakan. Kolaborasi erat antara pemerintah daerah, masyarakat, dan sektor swasta menjadi kunci untuk mewujudkan visi pembangunan daerah yang lebih tangguh dan mandiri.
ADVERTISEMENT

Harapan Akhir

Kebijakan kenaikan PPN di tahun 2025 adalah tantangan sekaligus peluang besar bagi daerah terentaskan seperti Kepulauan Sula. Dengan semangat kerja sama dan inovasi, kita berharap daerah ini mampu memanfaatkan kebijakan ini untuk memperkuat ekonomi lokal, memberdayakan masyarakat, dan meningkatkan infrastruktur. Semoga semua pemangku kepentingan, baik pemerintah daerah, masyarakat, maupun sektor swasta, dapat bersinergi mewujudkan pembangunan yang lebih inklusif dan berkelanjutan. Masa depan Kepulauan Sula ada dalam kemampuan kita untuk bekerja bersama, menciptakan peluang dari setiap tantangan yang ada.
Referensi:
1. Kemenkeu.go.id. (2024, December 16). Perubahan Tarif PPN 12%, Wujudkan Keadilan dan Kesejahteraan Masyarakat. https:// kemenkeu.go.id/ informasi-publik/publikasi/berita-utama/Tarif-PPN-12-Wujudkan-Keadilan
3. Direktorat PRP PPDT. (2024, Oktober 9). Daerah Tertinggal Terentaskan. https:// www.instagram.com/ ditprp_ppdt/p/DA5V-xjS36C/?locale=ne_NP&hl=ar&img_index=7
ADVERTISEMENT