Konten dari Pengguna

Bahasa Sensasional yang Mengecoh di Layar Digital

asep k nur zaman
Veteran Jurnalis
18 September 2024 12:25 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari asep k nur zaman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ilustrasi: Serbuan hoaks di layar digital (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
ilustrasi: Serbuan hoaks di layar digital (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)

Betapa berharganya waktu. Tapi, di era digital saat ini, kita bisa mudah membuang-buang waktu percuma karena terjebak dalam godaan berselancar pada ragam informasi yang tersaji di layar smartphone, desktop, atau laptop. Padahal, tidak semua informasi yang beredar dengan cepat di dunia maya adalah kebenaran.

ADVERTISEMENT
Salah satu faktor utama yang memengaruhi penyebaran berita bohong atau hoax adalah penggunaan bahasa sensasional. Mari kita coba membahas bagaimana bahasa sensasional ini berfungsi dan dampaknya terhadap keakuratan informasi serta kepercayaan publik, serta menawarkan solusi untuk menghadapinya.
ADVERTISEMENT
Seni Memikat Perhatian
Bahasa sensasional adalah teknik berbicara atau menulis yang dirancang untuk menarik perhatian dan memicu reaksi emosional yang kuat. Istilah seperti "terbongkar!", "mengejutkan!", atau "mengerikan!" sering digunakan dalam judul berita dan artikel untuk menciptakan rasa urgensi dan ketertarikan.
Tujuan utama dari penggunaan gaya bahasa seperti itu di kanal berita digital adalah untuk mendorong pembaca mengeklik dan membaca lebih lanjut. Bahkan, jika isi berita tersebut tidak selalu akurat sekalipun.
Contoh nyata dapat kita lihat dari judul berita seperti "Kebocoran Data Pribadi Terbesar dalam Sejarah!" yang lebih menarik perhatian dibandingkan dengan judul yang lebih netral seperti "Terjadi Lagi Kebocoran Data".
Bahasa sensasional dapat memanipulasi pembaca dengan menciptakan ekspektasi yang tinggi. Ia, sering kali tidak sesuai dengan kenyataan.
ADVERTISEMENT
Pengaburan Fakta dan Risiko Hoax
Lebih jauh, bahasa sensasional memiliki dampak negatif yang signifikan: mengaburkan fakta dan mengubah berita menjadi sesuatu yang lebih dramatis daripada yang sebenarnya terjadi.
Hoax sering kali dirancang untuk mengeksploitasi kecenderungan manusia untuk merespons berita yang emosional dan dramatis. Dengan bahasa yang provokatif, hoax dapat menyebar lebih cepat dan luas karena orang-orang cenderung berbagi informasi yang memicu reaksi emosional.
Ketika pembaca sering terkena informasi yang sensasional dan tidak akurat, mereka dapat mulai meragukan keandalan sumber berita secara umum. Ini dapat mengarah pada erosi kepercayaan terhadap media dan informasi yang disampaikan, bahkan ketika berita tersebut benar. Misalnya, berita yang sering kali menyajikan informasi sensasional dapat membuat pembaca menjadi skeptis terhadap semua berita, termasuk yang benar.
ADVERTISEMENT
Contoh Kasus dan Analisis
Selama pandemi Covid-19, berita yang mengklaim bahwa "Vaksin Covid-19 Mengandung Chip Mikro yang Digunakan untuk Memantau Anda!", menjadi viral meskipun klaim tersebut tidak berdasar. Bahasa seperti "chip mikro" dan "memantau" menciptakan ketakutan dan paranoia, menyebabkan berita tersebut disebarluaskan dengan cepat.
Dari contoh ini, kita dapat melihat bagaimana bahasa yang dramatis dan menakutkan dapat menciptakan efek domino dalam penyebaran informasi palsu. Pembaca yang terpengaruh oleh berita ini mungkin akan menyebarkannya lebih lanjut tanpa memverifikasi kebenaran informasi tersebut.
Cara Membedakan Berita Sensasional
Untuk melawan efek dari bahasa sensasional, penting bagi pembaca untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan pemahaman media. Berikut beberapa langkah yang dapat diambil, yang dirangkum dari berbagai sumber:
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Waspada dan Kritis
Bahasa sensasional memainkan peran besar dalam penyebaran hoax dan berita bohong di era digital. Dengan memahami bagaimana bahasa ini berfungsi dan dampaknya terhadap kepercayaan publik, kita bisa lebih waspada dan kritis terhadap informasi yang kita terima.
Dalam dunia yang penuh dengan informasi yang membingungkan, kemampuan untuk memilah dan mengevaluasi berita dengan cermat adalah keterampilan yang sangat berharga. Meningkatkan literasi media dan berpikir kritis adalah langkah penting dalam melawan penyebaran informasi yang tidak akurat dan menjaga integritas informasi di era digital.