Apa Susahnya Sih Disiplin?

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
14 September 2020 5:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi ibu memakaikan masker kepada anak Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ibu memakaikan masker kepada anak Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Jumlah terpapar COVID-19 di Ind0nesia update 13 September 2020 pukul 12.00 WIB adalah 218.382 konfirmasi, 155.010 sembuh, dan 8.723 meninggal dunia (Sumber Infografis covid19.go.id). Fenomena kenaikan terpapar COVID-19 yang terjadi di tengah masyarakat ini terjadi bukan karena ketidaktahuan. Hampir semua paham tentang protokol kesehatan yang telah ditetapkan, beragam Informasi tentang hal ini sudah sangat gencar disampaikan dengan berbagai cara.
ADVERTISEMENT
Misalnya saja patuhi 4M untuk menggunakan masker, masker sudah jadi barang yang wajib kita gunakan di masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. Berulang kali gerakan bermasker didengungkan namun hingga kini kita masih dengan mudah menemukan orang-orang yang keluyuran tanpa masker.
Jadi kita berhadapan dengan golongan masyarakat yang memang patuh dan menyadari betapa pentingnya masker dalam mencegah penularan COVID-19. Namun ada pula yang masih menganggap enteng penggunaan masker. Padahal memakai masker adalah salah satu proteksi paling mudah yang bisa diusahakan untuk mencegah paparan virus corona.
Harus diakui ada banyak alasan kita lontarkan sebagai alasan untuk tidak memakai masker, mulai dari pengap, merasa tak bebas bernapas, kacamata jadi berembun, atau merasa lingkungan aman dari COVID-19 kita pakai sebagai dalih melepaskan masker saat keluar rumah atau kumpul-kumpul.
ADVERTISEMENT
Keniscayaannya menjadi kunci utama adalah disiplin mengikuti protokol kesehatan, memakai masker, menjaga jarak, dan mengajak semua lapisan masyarakat untuk bersama-sama disiplin melaksanakannya.
Maka, sebetulnya sebagian besar masyarakat tahu bahwa yang dilakukan menimbulkan potensi kemudaratan baik terhadap dirinya sendiri maupun untuk orang lain. Namun, mengapa justru kemudian banyak yang melanggarnya.
Kebiasaan 4 M; Mencuci Tangan, Mengenakan masker, Menjaga Jarak fisik (physical distancing) dan Menghindari Kerumunan/ jaga jarak sosial (social distancing), pada awalnya ditaati. Tapi ketika sebagian besar orang kemudian mengabaikannya, maka yang bertahan menjalankannya menjadi nampak asing. Di sinilah kedisiplinan dan konsistensi masyarakat sedang diuji
Nyatanya situasi pandemi yang terjadi saat ini mengajarkan tiga hal penting, yaitu disiplin, konsistensi, dan kepedulian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata konsisten dan disiplin memiliki arti yang sama, berarti taat asas, taat peraturan. Pada praktiknya kata disiplin lebih mengarah pada perilaku, sementara konsisten lebih kepada sikap mental. Kedua hal baik ini yang jika dibiasakan, akan menjadi budaya dan karakter mulia.
ADVERTISEMENT
Setiap keluarga, semua lembaga bahkan negara pun mengharap dan memperjuangkan bagian dari pendidikan karakter ini. Namun sayangnya, kini sebagian masyarakat telah kehilangan sikap disiplin dan konsisten tersebut. Inkonsistensi dan indisipliner tampak nyata dalam kehidupan sehari-hari.
Selain karakter disiplin dan karakter, adalah jiwa peduli terhadap sekitar serta sadar akan kepentingan bersama juga dibutuhkan dalam situasi pandemi yang menimbulkan dampak kesehatan serta ekonomi yang juga dialami sebagian besar negara di dunia.
Alhasil, apabila kedisiplinan, Karakter dan Kepedulian tersebut dapat terus dijalankan, upaya pengendalian penyebaran COVID-19 akan jauh lebih mudah dilaksanakan sekaligus mengurangi dampak-dampak lain yang ditimbulkannya.
Keniscayaannya disiplin, konsistensi dan kepedulian menerapkan protokol kesehatan adalah harga mati.
Mengutip kembali kalimat yang sempat populer, Mau PSBB seribu tahun pun tak akan bisa menghentikan penularan Covid-19 jika tak konsisten menerapkan protokol kesehatan. Jadi jangan bosan-bosan menjaga kesehatan diri sendiri dan orang-orang yang kita cintai.
ADVERTISEMENT
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Bakti Nusantara 666