Keteladanan Sang Pemimpin

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
25 September 2021 2:58 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi gurun di Arab Foto:AFP/Mohamed el-Shahed
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gurun di Arab Foto:AFP/Mohamed el-Shahed
ADVERTISEMENT
Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq dan Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhuma dikenal sebagai Khalifah dengan daerah yang berhasil ditaklukkan sangat luas, namun Abu Bakar dan Umar bin Khattab hidup dalam kesederhanaan. Keduanya tidak tinggal di istana megah dengan berpakaian mewah.
ADVERTISEMENT
Selama menjadi khalifah Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab tak pernah duduk di singgasana megah sebagaimana raja yang daerah kekuasaannya begitu luas. Mereka ibarat, dua' Raja tanpa Singgasana'.
Keduanya adalah sahabat nabi yang sangat gemar dalam bersaing untuk melakukan hal-hal kebaikan. Mereka berlomba-lomba untuk mendapatkan kebaikan di dunia dan mendapatkan pahala yang besar di akhirat kelak.
Di riwayatkan dalam satu ketika khalifah Umar bin Khattab mengawasi apa yang dilakukan oleh khalifah Abu Bakar, lalu ia melakukan amalan tersebut melebihi apa yang dilakukan oleh Abu bakar sehingga ia mendapatkan kebaikan dan berbuat lebih apa yang dari Abu Bakar lakukan.
Sesuatu hal telah menarik perhatian khalifah Umar bin Khattab , sehingga pada suatu pagi ia ingin mengawasi khalifah Abu Bakar. Ia mengikuti Abu bakar pergi ke pinggiran kota madinah setelah selesai melaksanakan sholat subuh. Abu Bakar pergi ke pinggiran kota madinah untuk mendatangi sebuah gubuk kecil, Umar hanya melihat apa yang dilakukan oleh sahabatnya itu. Kemudian setelah beberapa saat Abu bakar pun pergi meninggalkan gubug tersebut. Umar mengetahui segala kebaikan yang dilakukan oleh Abu bakar kecuali apa yang ia lakukan di dalam gubuk kecil tersebut.
ADVERTISEMENT
Seiring dengan berjalannya waktu, khalifah Umar bin Khattab pun semakin penasaran dengan apa yang dilakukan sahabatnya di dalam gubuk tersebut. Ia kembali mengikuti khlaifah Abu bakar pergi ke pinggiran kota madinah tersebut. Ia ingin menyaksikan sendiri dengan mata kepalanya apa yang dilakukan oleh sahabatnya di dalam gubuk kecil tersebut. Setelah Abu bakar pulang, ia segera masuk ke dalam tempat tersebut.
Ketika sang Umar masuk ke dalam tempat tersebut, ia mendapatkan seorang nenek tua yang terbaring lemah tanpa bisa melakukan aktivitas. Nenek tersebut juga buta kedua matanya sehingga ia tidak bisa melihat. Umar  melihat tidak ada sesuatu apapun di dalam gubuk kecil tersebut. Umar pun heran dengan apa yang ia lihat, ia ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh Abu Bakar di rumah nenek tua buta tersebut.
ADVERTISEMENT
Khalifah Umar pun bertanya kepada sang nenek , “Apa yang dilakukan orang tersebut di sini?” Nenek itu menjawab, “Demi Allah, Setiap pagi dia datang, membersihkan rumahku dan menyapunya, kemudian ia menyiapkan makanan untukku, kemudian ia pergi tanpa berbicara apapun denganku.”
Khalifah Umar pun menangis mendengar apa yang dikatakan oleh nenek tersebut. Ia kagum dengan dengan amalan yang dilakukan oleh sahabatnya, seorang khalifah Islam rela memberikan makan dan membersihkan rumah nenek tua setiap pagi.
Memaknai kisah dua sahabat rasul itu, hendaknya bisa menjadi refleksi diri kita saat ini. Selama niatnya hanya untuk Allah, berbuat baik bisa menjadi bahan perlombaan yang menyenangkan. Allah pun berjanji akan menghadiahi semua kebaikan manusia. Sebab, Allah pernah berfirman dalam QS az-Zalzalah: 7-8, bunyinya
ADVERTISEMENT
فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ. وَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُۥ
Artinya;
Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.
Dari kisah di atas kita dapat menyimpulkan jika seorang pemimpin besar itu harus juga memperhatikan orang lain, dengan kebesaran dan kepemimpinannya tidak menjadi penghambat untuk melakukan kepada orang lain. Semua amal kebaikan yang ia lakukan merupakan bentuk kecintaannya kepada Allah dan rasulnya.
Mampukah kita meneladani khalifah Abu Bakar ash Shiddiq dan Umar bin Khattab yang mempunyai kepribadian dan karakter istimewa, terutama karakter kepemimpinan, kebaikan, keimanan, kesederhanaan, dan keadilan.
Teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular
ADVERTISEMENT
** Asep Totoh-Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666.