Muhasabah Diri di Akhir Ramadhan

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
11 Mei 2021 6:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari demi hari dalam ramadhan yang penuh berkah ini telah berlalu begitu cepat meninggalkan kita. Sekarang ramadhan pun hendak beranjak pergi di hari-hari terakhirnya ini untuk meninggalkan kita semua dengan segala amalan yang telah kita lakukan.
ADVERTISEMENT
Ibadah-ibadah ramadhan kita memang begitu akrab dan identik dengan puasa, tarawih, sedekah dan untaian bacaan Alquran. Namun, ada sebagian dari kita kadang meninggalkan sebuah hal yang begitu penting untuk dilakukan di bulan ramadhan yaitu melakukan muhasabah diri.
Secara bahasa muhasabah berasal dari bahasa Arab dan akar katanya adalah hasaba-yahsubu-hisaaban yang berarti menghitung. Jadi muhasabah merupakan usaha seorang muslim untuk menghitung dan mengevaluasi diri, berapa banyak dosa yang telah dia kerjakan dan apa saja kebaikan yang belum dia lakukan.
Sedangkan dalam istilah sufi, muhasabah berarti analisis terus menerus atas hati berikut keadaannya yang selalu berubah. Selain dimaksudkan dengan istilah perhitungan, muhasabah juga diidentikkan dengan istilah introspeksi, koreksi diri atau memawas diri dengan melihat perbuatan, sikap, kelemahan, kesalahanyang terkait dengan diri sendiri.
ADVERTISEMENT
Melakukan muhasabah merupakan salah satu hal terbaik yang dapat kita lakukan untuk dapat memperbaiki kesalahan dan dosa-dosa yang telah dilakukan di masa lalu. Dengan melakukan muhasabah, kita sebagai manusia menyadari bahwa kesalahan yang telah diperbuat harus dipertanggungjawabkan, baik di dunia maupun di akhirat.
Muhasabah sangat dianjurkan untuk dilakukan, hal ini seperti yang tertuang dalam surat Al Hasyr ayat 18 berikut ini:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah (dengan mengerjakan suruhan-Nya dan meninggalkan larangan-Nya),dan hendaklah tiap-tiap diri melihat dan memerhatikan apa yang ia telah sediakan (dari amal-amalnya) untuk hari esok (hari Akhirat). dan(sekali lagi diingatkan) bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat meliputi pengetahuannya akan segala yang kamu kerjakan.”
Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan menyatakan bahwa hendaknya manusia menghisab (menghitung-hitung amalnya) dirinya sendiri sebelum Allah yang menghisab dirinya. Hendaknya pula manusia melihat dan memperhatikan bekal dan tabungan amal salih yang akan dibawa ke hadapan Rabbnya. Bahkan, Allah memberikan penegasan kepada manusia dua kali dalam ayat ini untuk selalu bertakwa kepada-Nya yang mencakup pelaksanaan semua perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
ADVERTISEMENT
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda mengenai arti muhasabah, yaitu ;
“Dari Syadad bin Aus r.a, dari Rasulullah SAW, bahwa beliau berkata, “Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT” (HR. Imam Turmudzi)
Mengutip Hasan al-Bashri salah seorang sufi yang ahli di bidang fiqih tentang muhasabar diri;
Demi Allah sesungguhnya orang Mukmin ituselalu menegur dirinya: Apa yang aku inginkan dengan percakapanku? Apa yang aku inginkan dengan makananku? Apa yang aku inginkan dengan minumku?. Akan tetapi orang yang lemah terus melakukan dosa setapak demi setapak tanpa menyesali dirinya.
“Orang mukmin adalah orang yang selalu memperhatikan dirinya, ia selalu bermuhasabah diri karena Allah. Perhitungan amal di hari kiamat akan terasa ringan bagi orang yang selalu mengoreksi dirinya saat di dunia, sedangkan bagi orang yang tidak bermuhasabah dirisaat di dunia, perhitungan ini akan lebih berat”
Muhasabah Diri, Foto: Kumparan
Astagfirullaah al-Adziim.. Begitu banyak dosa-dosa yang kita lakukan mengalir deras bak air terjun yang menerjang bebatuan disadari ataupun tanpa kita sadari. Beruntunglah kita ketika Allah swt memberikan kesempatan dengan muhasabah diri ini dan kita menyadari sedemikian banyaknya kesalahan-kesalahan yang telah kita lakukan selama ini.
ADVERTISEMENT
Sebagai manusia, kita semua tak pernah lepas dari kesalahan Begitulah kita sebagai anak cucu Nabi Adam yang telah ditakdirkan untuk berbuat kesalahan dan segera untuk bertaubat sebagaimana di riwayatkan:
Seluruh anak Adam berdosa dan sebaik-baik orang yang berdosa adalah yang bertaubat.” (HR. Ibnu Maajah)
Alhamdulillah ketika kita masih diberi kesempatan untuk bisa melakukan muhasabah. Muhasabah sesungguhnya telah mengajarkan kita tentang muroqabatullah dalam artian kita meyakini bahwa Allah selalu hadir dan mengawasi seluruh perilaku yang kita lakukan. Kita mengetahui dan menyakini bahwa Allah swt mengetahui segala sesuatu yang kita tampakkan dan kita sembunyikan dalam hati kita. Karena;
Yang mengetahui semua yang gaib dan yang nampak; Yang Maha Besar lagi Maha Tinggi. Sama saja (bagi Allah), siapa di antaramu yang merahasiakan ucapannya, dan siapa yang berterus-terang dengan ucapan itu, dan siapa yang bersembunyi di malam hari dan yang berjalan (menampakkan diri) di siang hari.” (Terjemahan Q.S. Ar-Ra’ad: 9-10)
ADVERTISEMENT
Menjelang akhir ramadhan ini adalah bagaimana kita berusaha agar kita memperbanyak istigfar dan meminta ampunan Allah swt atas dosa-dosa kita, selain itu segera kita meminta maaf kepada orang-orang atas kesalahan-kesalahan kita terlebih kita tidak sengaja dan lupa berbuat salah pada orang lain sehingga tidak ada pengadilan di akhirat nanti.
Senyatanya ramadhan adalah bukanlah satu-satunya waktu untuk melakukan muhasabah diri. Akan tetapi, orang seperti kita yang belum pernah mengetahui perintah dan hakikat bermuhasabah dapat menumbuhkannya di bulan penuh berkah ini.
Alhasil, nanti ketika usai bulan ramadhan kita akan senantiasa menjadikan muhasabah sebagai kebiasaan baik sebelum dan setelah melaksanakan sesuatu.
Di penghujung ramdhan ini, kita pun sangat berharap jika setelah ramadhan berlalu pun kita senantiasa istiqamah dalam ibadah dan ilmu serta selalu berkumpul bersama orang-orang yang senantiasa bermuhasabah dan takut dengan Rabb-Nya.
ADVERTISEMENT
Semoga, disisa umur kita ini masih bisa dipertemukan dengan ramadhan-ramadhan berikutnya yang Allah perkenankan untuk kita bertemu membasahi rindu akan kehadiran bulan ramadhan dan merajut cinta yang saleh di dalamnya.
Semoga kita bisa mengakhiri ramadhan ini dengan akhir yang baik dan mendapatkan kebaikan di dunia dan akhirat, dan kelak Allah swt mengumpulkan kita ke dalam Jannah Al-Firdaus-Nya...Aamiin.
Wallahu a’lam
**Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666 Cileunyi Bandung.