Pandemi, Meneladani Hidup Sehat Rasulullah

Asep Totoh
Guru SMK Bakti Nusantara 666, Dosen Masoem University, Guru SMP Pasundan Rancaekek
Konten dari Pengguna
30 Oktober 2020 6:50 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asep Totoh tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
PANDEMI Covid19 masih melanda hampir 210 negara di dunia, dengan jumlah kematian hingga pekan terakhir Oktober lebih dari 1,1 juta jiwa dari 42 juta lebih orang yang terinfeksi. Semua model matematika yang meramalkan kapan puncak penyebaran covid 19 dan kapan berakhirnya yang di buat para ahli di dunia pun meleset jauh sekali karena keterlibatan manusia, semua warga punya kehendak bebas untuk melanggar protokol kesehatan.
ADVERTISEMENT
Menjadi faktor penting sebagai solusi krisis diberbagai bidang khususnya solusi sehat di masa pandemi covid19 adalah kembali meneladani Sang Panutan Baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW. Dikisahkan jika seumur hidup baginda Rasulullah Nabi Muhammad SAW hanya pernah mengalami dua kali sakit. Pertama, ketika diracun oleh seorang wanita Yahudi, yang kala itu menghidangkan makanan kepada Rasulullah SAW di Madinah. Kedua, beliau sakit menjelang wafat.
Kita terkadang melupakan dan tak memahami kemuliaan akhlak Rasulullah saw yang memiliki sifat yang terpuji dan dan menjadi penyejuk hati. Kelapangan dada yang menjadi sumber inspirasi dan teladan dalam kehidupan sehari hari seorang muslim.
Allah SWT mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai nabi dan rasul sekaligus menjadi uswah hasanah (suri teladan yang baik) bagi umatnya. Allah SWT berfirman: “Laqod kaana lakum fii rosuulillaahi uswatun hasanatun yang artinya “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS Al-Ahzab : 21)
ADVERTISEMENT
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah insan yang terbaik, memiliki budi pekerti yang paling luhur, sebagaimana firman Allah : Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung (QS. al-Qalam/68:4)
Bagaimana pula kita memahami keteladanan Rasulullah saw dalam membangun peradaban di mulai dari keluarga. Hingga Rasulullah saw tidak melupakan mendidik akhlak dari kepada umat nya dan juga keluarga nya. Dalam masa pandemi covid19 ini kunci utama bisa melewati fase penyebaran virus sebelum ada obatnya adalah ini adalah kedisiplinan untuk pola 4M, dan itu semua harus dikuatkan dalam kedisiplinan dan pembiasaan di level keluarga. Bagaimana kita disiplin dan terbiasa dengan protokol kesehatan untuk melakukan cuci tangan, menggunakan masker dan juga menjaga jarak juga menghindari kerumunan.
Hidup Sehat di Masa Pandemi, Foto; Shutterstock
Dari berbagai literatur hidup sehat, konsep halal life style adalah kuncinya. Meneladani pola hidup sehat ala Rasulullah Nabi Muhammad SAW penulis merangkumnya dalam pola pikir, spiritual, makan minum, pola tidur, kebersihan, sabar dari amarah, bersilaturahmi dan berolahraga.
ADVERTISEMENT
Pertama, Menjaga pola pikir dan hati. Kuncinya adalah bagaimana caranya untuk selalu berbaik sangka pada Allah dan manusia, mengawali dan mengakhiri aktivitas dengan doa, menjauhkan diri dari sifat iri dan dengki.
Imam Al-Ghazali menyebutkan bahwasanya di antara penyakit hati itu adalah makan minum berlebihan, berbicara yang tiada gunanya, marah, hasud, bakhil, hubbub ad-dunya (cinta harta, pangkat dan kedudukan), sombong, ujub dan ria.
Selanjutnya pikiran positif dapat memunculkan rasa senang, rasa bahagia, dan rasa tenang. Perasaan-perasaan ini akan mempengaruhi kinerja sistem syaraf, endokrin dan sistem imun atau kekebalan tubuh yang disebut dengan psiko-neuro-endokrin-imunologi, pikiran dan perasaan akan mempengaruhi melalui sistem syaraf yang akan diteruskan ke kelenjar hormonal sehingga menghasilkan hormon-hormon yang baik bagi kesehatan, sehingga imunitas tubuh menjadi pulih kembali.
ADVERTISEMENT
Sebuah riset di Amerika ditemukan bahwa anak muda yang memiliki sifat tidak sabar, setelah memasuki usia setengah baya, presentasi mengalami tekanan darah tinggi semakin besar. Uniknya, risiko ini hanya dimiliki oleh orang yang tidak sabar dan mempunyai perasaan bermusuhan.
Sedangkan orang yang selalu ingin menang dan pantang menyerah tidak termasuk ke dalam risiko penyakit ini. Hal demikian menguatkan sabda Rasulullah SAW tentang bahayanya penyakit hati yang berpengaruh terhadap penyakit fisik.
Dalam sebuah hadits dari Nu’man bin Basyir bahwasanya ia pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda:
Artinya: Ketahuilah bahwa dalam diri ini terdapat segumpal daging, jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh ini, dan jika dia buruk, maka buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa dia adalah hati. (HR Bukhari)
ADVERTISEMENT
Kedua, memperbaiki pola spiritual. Bagaimana kita dituntut dan menjadi satu kebutuhan hidup melalui menjaga sholat, tadarus Alquran, sedekah, dan mengerjakan amalan sunah.
Ketiga menjaga pola makan dan minum. Bagaimana kita untuk mengatur makanan dan minuman diatur hanya konsumsi yang halal dan baik saja, jangan mengkonsumsi yang membahayakan tubuh. Al-Ghazali mengatakan “Ketahuhilah bahwa sumber segala penyakit adalah syahwat perut. Kemudi dari syahwat perut ini muncul syahwat kemaluan. Syahwat perut itulah yang menimpa Adam AS. Sehingga ia dikeluarkan dari surga. Syahwat perut pula yang menyebabkan seseorang mencintai dan mencari keduniaan.
Keempat yaitu menjaga pola tidur. Dalam ajaran Rasulullah SAW, Muslim diminta tak lagi beraktivitas atau tidur setelah menunaikan salat Isya.
ADVERTISEMENT
Ternyata dari hasil penelusuran para pakar, ditemukan bahwa di antara pukul 10.00-02.00 terjadi pembentukan hormon utama yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh. Hormon ini sulit terbentuk jika begadang atau tidur lebih dari pukul 10 malam.
Kelima, Menjaga kebersihan. Dalam sebuah hadis, Rasulullah bersabda bahwa, kebersihan adalah sebagian dari iman. Pribadi Rasulullah yang terkenal bersih dan rapi. Setiap hari Kamis atau Jumat, beliau secara rutin mencukur rambut halus di pipi, memotong kuku, serta memakai minyak wangi dan selalu dalam keadaan berwudu. Anjuran untuk mencuci tangan dan menggunakan masker menjadi bagian pola menjaga kebersihan.
Keenam, Menjaga Sabar dari Amarah. Menjadi sabar alias tak gampang marah di saat krisis menjadi tantangan karena keadaan atau tekanan ekonomi juga masalah lainnya. Rasulullah pernah menasihati sahabatnya sebanyak tiga kali yang berbunyi sama yaitu, "jangan marah". Nasihat ini menunjukkan bahwa hakikat kekuatan manusia bukan terletak pada jasad, melainkan kebersihan jiwa. Selain itu, tidak mudah marah juga terbukti menjaga kesehatan tubuh.
ADVERTISEMENT
Ketujuh, Bersilaturahmi. Bersosialisasi melaui virtual bisa menjalin silaturahmi. Rasulullah adalah pribadi yang suka bersilaturahim dengan para sahabat dan tetangganya. Saat ini, bersosialisasi secara virtual atau dengan protokol kesehatan bisa menjadi bagian silaturahmi dan menjaga kesehatan.
Kedelapan, Berolahraga. Dalam sebuah riwayat, diketahui bahwa Rasulullah pun hobi berolahraga seperti berkuda, memanah, dan berenang. Hal itu menunjukkan bahwa tubuh Beliau tidak hanya sehat, tapi juga kuat. Beliau juga pernah lomba lari, gulat, bahkan memanah. Bagaimana saat ini kita bisa menyesuaikan olah raga yang bisa dilakukan misal jogging di pelataran rumah atau di sekitar taman.
Semoga kita disehatkan dan segera pandemi ini diangkat dan dihilangkan oleh Allah swt. Aamiin
Tulisan ini sebagai teguran dan pertanyaan bagi penulis, Sudahkan menjadikan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai uswah hasanah bagi kita dalam seluruh sisi kehidupan?”
ADVERTISEMENT
Asep Totoh - Dosen Ma'soem University, Kepala HRD Yayasan Pendidikan Bakti Nusantara 666