Konten dari Pengguna

Penyakit Zoonosis Malaria di Sekitar Kita, dari Monyet ke Manusia

Ashrifurrahman
Dosen Biologi Unand
27 September 2024 10:46 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ashrifurrahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi monyet ekor panjang. Foto: Patrik Lumintu/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi monyet ekor panjang. Foto: Patrik Lumintu/Shutterstock
ADVERTISEMENT
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit yang menjadi isu besar di dunia akhir-akhir ini. Merupakan salah satu penyakit zoonosis dengan kasus sebanyak 249 juta kasus dan jumlah kematian hingga 608.000 di tahun 2022. Plasmodium knowlesi merupakan salah satu protozoa yang dapat menyebabkan penyakit malaria pada manusia. Protozoa ini hidup atau menjadi host di dalam tubuh monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca nemestrina). Protozoa ini kemudian dapat menyebar dan menginfeksi manusia melalui perantara nyamuk Anopheles leuchasphyrus.
Gambar 1. Ilustrasi transmisi Plasmodium ssp dari monyet ke manusia (Karya Ashrif Urrahman, dibuat menggunakan Biorender)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar 1. Ilustrasi transmisi Plasmodium ssp dari monyet ke manusia (Karya Ashrif Urrahman, dibuat menggunakan Biorender)
Selain Plasmodium knowlesi, terdapat beberapa protozoa lainnya yang dapat menyebabkan penyakit malaria, di antaranya:
ADVERTISEMENT
• Plasmodium cynomolgi
• Plasmodium inui
• Plasmodium coatneyi
• Plasmodium fieldi
Infeksi Plasmodium cynomolgi pertama kali pada manusia dilaporkan pada tahun 2014 dan setelah itu lebih banyak kasus yang sama dilaporkan. Kebanyakan dari infeksi Plasmodium cynomolgi ini adalah asymptomatic atau tidak memperlihatkan adanya gejala-gejala yang berarti. Hal ini mendapatkan perhatian lebih karena manusia yang terinfeksi tidak mengalami sakit, sehingga dapat menularkan penyakit ke manusia lainnya.
Ketidaksetimbangan ekosistem sebut saja masifnya urbanisasi dan deforestasi menjadi salah satu penyebab meningkatnya interaksi antara manusia, monyet dan nyamuk. Hal ini meningkatkan risiko penyebaran penyakit malaria. Penelitian tentang prevalensi dan distribusi dari penyakit ini sudah banyak dilakukan salah satunya dengan teknik PCR (Polymerase Chain Reaction). Tahapan penelitian dengan metode ini terdiri dari:
ADVERTISEMENT
1. Pengoleksian sampel darah monyet ataupun beruk
2. Ekstraksi DNA
3. PCR, menggunkan nested PCR atau PCR bersarang.Target gen pada PCR tahapan pertama adalah gen 18srRNA Plasmodium, dan PCR tahapan kedua adalah gen 18srRNA P.knowlesi, P. cynomolgi, P. inui, P. coatneyi dan P. fieldi.
Gambar 2. Ilustrasi tahapan deteksi Plasmodium spp dengan nested PCR (Karya Ashrif Urrahman, dibuat menggunakan Biorender)
Metode ini telah dipakai salah satunya pada penelitian prevalensi malaria di Peninsular Malaysia. Hasil dari penelitiannya adalah dari 410 monyet yang menjadi sampel penelitian, 204/49.8% positif malaria. Prevalensi paling tinggi adalah P. inui 37,1% diikuti oleh 32.9% P. fieldi, 31.2% P. cynomolgi, 31.0% P. coatneyi dan 29.0% P. knowlesi (Shahari et al., 2024). Dapat disimpulkan bahwa prevalensi dari semua jenis protozoa penyebab malaria hampir sama. Sehingga dapat menjadi acuan bagi kita untuk melakukan kontrol dan intervensi terhadap risiko penyebaran penyakit zoonosis malaria dari monyet ke manusia.
ADVERTISEMENT
Daftar Pustaka
Shahari, S., Bin Abdullah, M. L., Isman Rohimly, A. A. B., Ashrat, N. B., Amir, A., Atroosh, W. M., Fong, M. Y., & Lau, Y. (2024). The prevalence of simian malaria in wild long-tailed macaques throughout Peninsular Malaysia. Dental Science Reports, 14. https://doi.org/10.1038/s41598-024-54981-2
World Health Organization. WHO World Malaria Report 2023. Malaria Report 2023 (2023)