Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Menggugah Kesadaran: Dampak Negatif Perayaan Tahun Baru
3 Januari 2025 14:15 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Asyifa Novianingtyas tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Perayaan Tahun Baru sering kali dipandang sebagai momen penuh sukacita, harapan, dan perayaan bersama orang-orang terdekat. Namun, di balik kemeriahan dan gemerlapnya, terdapat dampak negatif yang sering kali terabaikan, yang seharusnya menjadi bahan renungan bagi kita semua. Perayaan ini, meskipun tampak menyenangkan, dapat membawa dampak buruk baik bagi lingkungan, kesehatan, maupun nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Salah satu dampak negatif yang paling nyata adalah kerusakan lingkungan. Sebagian besar perayaan Tahun Baru melibatkan penggunaan kembang api, petasan, atau balon udara yang melepaskan bahan kimia berbahaya ke udara dan meninggalkan sampah yang sulit terurai. Polusi suara yang dihasilkan dari petasan juga mengganggu kenyamanan banyak orang, terutama mereka yang tinggal di area perkotaan, hewan peliharaan, atau bahkan orang dengan gangguan kesehatan tertentu. Selain itu, banyaknya sampah plastik dari peralatan pesta, seperti botol minuman, kertas, dan kemasan lainnya, seringkali berakhir di tempat pembuangan akhir atau mencemari alam, yang berdampak negatif bagi ekosistem.
Dampak lainnya adalah pada kesehatan. Banyak orang cenderung mengonsumsi alkohol secara berlebihan selama perayaan Tahun Baru, yang dapat memicu masalah kesehatan seperti keracunan alkohol, gangguan hati, dan meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Tahun Baru juga menjadi waktu di mana banyak orang mengabaikan pola makan dan gaya hidup sehat mereka, berisiko terkena gangguan pencernaan dan penyakit lainnya. Kegiatan perayaan yang berlangsung hingga larut malam dapat menyebabkan gangguan tidur dan stres, yang berdampak pada kualitas hidup seseorang dalam jangka panjang.
ADVERTISEMENT
Lebih dari itu, perayaan Tahun Baru sering kali menekankan pada konsumsi berlebihan, baik dalam bentuk materi, makanan, maupun minuman. Dalam masyarakat yang semakin mengedepankan materialisme, perayaan ini semakin mengarah pada pengeluaran berlebih yang berpotensi membebani keuangan pribadi. Bagi sebagian orang, tekanan untuk merayakan Tahun Baru dengan cara yang mewah dan megah dapat menyebabkan kecemasan, kebingungan, dan ketidakpuasan yang justru merusak makna sejati dari perayaan itu sendiri.
Tidak kalah penting adalah dampak sosial yang sering terlupakan. Di tengah kegembiraan perayaan, banyak orang yang merasa terisolasi, kesepian, atau bahkan terpinggirkan. Bagi mereka yang tidak memiliki keluarga dekat, perayaan ini justru menambah rasa kesendirian. Selain itu, ada juga mereka yang terpaksa bekerja di malam Tahun Baru, seperti petugas keamanan, tenaga medis, atau pekerja restoran, yang sering kali tidak mendapatkan kesempatan untuk merayakan dengan keluarga mereka. Dalam keramaian tersebut, kita juga seringkali lupa untuk menghargai mereka yang membutuhkan bantuan atau perhatian, seperti orang miskin atau tunawisma.
ADVERTISEMENT
Maka dari itu, kita perlu menggugah kesadaran kolektif untuk merayakan Tahun Baru dengan cara yang lebih bertanggung jawab. Alih-alih merusak lingkungan dan kesehatan, kita bisa memilih untuk merayakan dengan cara yang lebih sederhana dan bermakna, seperti berkumpul bersama orang-orang terkasih tanpa mengesampingkan keselamatan dan kesehatan. Tahun Baru bisa menjadi momen untuk merenung dan melakukan evaluasi diri, bukan hanya soal konsumsi dan pesta pora. Dengan cara ini, perayaan Tahun Baru bisa menjadi lebih dari sekadar kebiasaan tahunan, melainkan sebuah peluang untuk menciptakan perubahan positif dalam kehidupan kita dan dunia di sekitar kita.
Kesimpulannya, meskipun perayaan Tahun Baru adalah waktu yang dinanti-nanti banyak orang, kita seharusnya lebih kritis dan sadar akan dampak negatif yang bisa ditimbulkan dari perayaan tersebut. Dengan pemikiran yang bijak dan tindakan yang lebih bertanggung jawab, kita bisa merayakan Tahun Baru dengan cara yang lebih bermakna, memberi manfaat bagi diri sendiri, masyarakat, dan lingkungan sekitar.
ADVERTISEMENT
Asyifa Novianingtyas, Mahasiswa pendidikan bahasa arab uinsu
PSSI resmi mengumumkan Patrick Kluivert sebagai pelatih baru timnas Indonesia, Rabu (8/1). Pelatih asal Belanda ini akan menjalani kontrak selama dua tahun, mulai 2025 hingga 2027, dengan opsi perpanjangan kontrak. Kluivert hadir menggantikan STY.
Updated 8 Januari 2025, 18:59 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini