Konten dari Pengguna

Harmoni Angka dalam Realitas Dunia Bisnis

Aslamuddin Lasawedy
Pemerhati Masalah Ekonomi, Budaya dan Politik
30 April 2025 7:33 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Aslamuddin Lasawedy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto : Aslamuddin Lasawedy
zoom-in-whitePerbesar
Foto : Aslamuddin Lasawedy
ADVERTISEMENT
Oleh :
Aslamuddin Lasawedy CFP®
Perencana Keuangan Independen
ADVERTISEMENT
Akuntansi, hakikatnya adalah meditasi tentang realitas yang disaring menjadi angka-angka. Dari jurnal hingga neraca akhir, kita tidak hanya melihat dan menyusuri angka-angka. Disana kita mendapati nilai, etika, dan eksistensi.
Seorang akuntan bukan hanya penjaga angka, tetapi penulis sejarah ekonomi, penyusun simfoni nilai, dan penjaga etika dunia usaha. Dalam riuh lembar kerja kantor akuntan, berlangsunglah salah satu proses paling filosofis dalam dunia modern. Harmoni dalam angka. Di sanalah dunia usaha menari di atas panggung transaksi. Namun, agar tarian itu tak kehilangan ritme, dibutuhkan tangan-tangan bijak yang mampu menuliskannya ke dalam catatan abadi
Di sinilah akuntansi hadir, bukan sekadar ilmu pasti, melainkan seni menafsirkan nilai. Filsafat tentang tanggung jawab, keteraturan, dan kejujuran. Akuntansi adalah bahasa bisnis, tetapi ia juga bisa menjadi bahasa kebenaran, jika ditulis dengan hati yang jernih dan pena yang adil.
ADVERTISEMENT
Jurnal Adalah Titik Awal dari Ingatan Kolektif
Segalanya bermula dari jurnal. Tempat pertama kali transaksi yang fana dijadikan abadi. Seperti penyair mencatat perasaan ke dalam bait-bait puisi, akuntan menulis jejak peristiwa ke dalam debit dan kredit. Setiap angka yang tertulis dalam jurnal bukan sekadar nilai. Ia adalah kisah tentang keputusan, risiko, dan harapan. Di sinilah filsafat pencatatan bermula: bahwa setiap tindakan transaksi ekonomi harus dikenang, agar tak ada dusta dalam angka.
Menyusun Simfoni Keuangan Dalam Buku Besar
Setelah tercatat dalam jurnal, transaksi itu melanjutkan perjalanannya ke buku besar, yang berisi lembaran-lembaran tebal yang menyusun simfoni keuangan. Di sinilah kisah-kisah transaksi disusun menurut tokohnya: kas, piutang, utang, modal, dan beban. Akuntan bagaikan komponis, memastikan harmoni dari setiap akun, agar tidak ada nada yang sumbang, tidak ada tokoh yang terlalu dominan. Ini bukan sekadar teknik, tapi etika. Buku besar mengajarkan kita bahwa setiap bagian memiliki tempat, dan keseimbangan. Sebuah hukum alam semesta yang ada dalam dunia keuangan.
ADVERTISEMENT
Cermin Keseimbangan Pada Neraca Saldo
Dari buku besar, lahirlah neraca saldo. Cermin jernih yang menunjukkan apakah semesta angka berada dalam keseimbangan. Jika debit dan kredit setara, maka tercapailah momen zen atau keselarasan dalam akuntansi. Bila tidak, maka seperti filsuf yang mencari kebenaran, akuntan pun harus menelusuri jejak langkahnya. Mengurai benang kusut transaksi hingga ditemukan harmoni yang hilang. Neraca saldo adalah titik refleksi. Tempat kita bertanya: sudahkah kita berlaku jujur pada angka?
Narasi Akhir Sebuah Tahun Dalam Laporan Keuangan
Dari proses panjang itulah tercipta laporan keuangan. Sebuah narasi akhir tahun yang tak hanya berbicara dalam angka, tapi juga dalam makna. Laba rugi, neraca, perubahan ekuitas, semuanya menjelma menjadi cermin eksistensial entitas. Apakah modal bertumbuh? Apakah ada laba yang bisa ditahan? Apakah ia telah mengelola titipan modal dengan bijaksana?
ADVERTISEMENT
Neraca Akhir: Penutup yang Mencerahkan
Neraca akhir adalah puisi yang tuntas. Ia menutup perjalanan siklus akuntansi dengan harmoni. Aset yang setara dengan liabilitas dan ekuitas adalah pernyataan bahwa kehidupan bisnis, seperti hidup manusia, selalu mencari keseimbangan. Di sinilah akuntansi menunjukkan sisi terdalamnya: ia bukan sekadar sistem pencatatan, tetapi refleksi moral tentang tanggung jawab, transparansi, dan keberlanjutan.