Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Waktu yang Bernilai
25 April 2025 19:42 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Aslamuddin Lasawedy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Dalam arus sejarah yang tak terbendung yang disebut waktu. Manusia melukis makna pada setiap detik yang lewat. Waktu, di cakrawala ekonomi, bukan sekadar bayangan yang melewati jam dinding. Ia adalah sang penentu nilai. Penyeimbang mimpi dan realitas. Sang hakim sunyi dari keputusan-keputusan besar dan kecil di panggung ekonomi.
ADVERTISEMENT
Inilah kisah tentang nilai waktu atas uang (time value of money). Sebuah konsep yang lebih dalam dari sekadar rumus bunga majemuk atau grafik keuangan. Ia adalah filsafat dalam angka. Puisi dalam strategi. Drama dalam pilihan.
Bayangkan, selembar uang di tangan seorang bocah, yang langsung bisa ditukar menjadi sebungkus permen. Membuat bocah itu tertawa riang di sore yang panjang. Namun, andaikan selembar uang itu disimpan dan ditabung. Lalu biarkan berkembang dalam sarang bunga majemuk. Kelak ia akan menjadi lebih dari sekadar permen. Ia bisa jadi tiket berwisata, modal usaha, atau bahkan menjadi berkah kebebasan finansial seseorang. Uang hari ini tidak setara dengan uang hari esok, lantaran waktu memperlakukannya seperti tanah memperlakukan benih. Bila sabar memupuknya dari waktu ke waktu, ia akan tumbuh menjadi pohon uang yang menaungi harapan.
ADVERTISEMENT
Apakah ini keadilan? Apakah bijak menilai sesuatu bukan dari bentuknya, melainkan dari kapan ia hadir? Namun ilmu ekonomi tidak tunduk pada romantika. Ia percaya pada potensi, pada kemungkinan yang tersembunyi di balik waktu. Satu rupiah hari ini adalah janji. Dan janji itu nilainya lebih dari mimpi tanpa waktu.
Dalam drama kehidupan ekonominya, manusia selalu berada di persimpangan, antara menikmati hari ini atau menabung untuk hari esok. Ada godaan hedonistik untuk membakar uang demi kesenangan sesaat. Ada pula kekuatan asketik yang memilih menahan, menanam, menunggu. Time value of money menuntut kita menjadi nabi dan petani sekaligus. Meramal masa depan ekonomi yang gemilang, sembari bercocok tanam dalam ketidakpastian.
Nah, kearifan dari konsep ini, mengajarkan tentang keterbatasan. Ia mengingatkan kita bahwa tak ada waktu yang abadi. Setiap hari yang lewat adalah bunga yang gugur dari mahkota uang. Semakin lama kita menunda, semakin mahal harga dari waktu dan kesempatan yang hilang. Uang yang tidak digunakan, yang tidak tumbuh, menjadi hampa. Membisu dalam saku waktu yang tertinggal.
ADVERTISEMENT
Time value of money bukan hanya teori akuntansi. Ia adalah meditasi tentang hidup. Ia menyuruh kita untuk menghargai waktu. Tidak menganggap remeh nilai dari satu hari, satu jam, bahkan sedetik sekalipun. Dalam dunia yang begitu sibuk mengejar hasil. Ia berkata: tunggulah, sabarlah, tanam dan investasikanlah uangmu hari ini untuk panen uang di hari esok.
Seperti waktu itu sendiri. Nilai uang adalah ilusi yang menjadi nyata hanya dalam tindakan. Maka hiduplah seperti investor agung. Investor atas waktumu, keputusanmu, dan masa depanmu. Karena pada akhirnya, bukan berapa uang yang kita punya yang penting. Tapi berapa lama kita dapat bertahan hidup dari uang yang kita miliki hari ini. Berapa banyak uang yang mampu kita hasilkan dari setiap detik yang kita miliki.
ADVERTISEMENT