Konten dari Pengguna

Bahaya Tersembunyi di Balik Kerenyahan Kerupuk Puli

Asriadi Masnar
Asriadi Masnar, dosen dan peneliti bekerja di Politeknik Negeri Media Kreatif, Jakarta, Indonesia. Dia menggeluti bidang keahlian Gizi dan Teknologi Pangan
20 Juni 2024 17:30 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asriadi Masnar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kerupuk puli
zoom-in-whitePerbesar
Kerupuk puli
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kerupuk puli adalah camilan berbahan dasar tepung tapioka yang digemari karena teksturnya yang renyah dan rasanya yang gurih. Sejarah kerupuk puli berakar dari tradisi masyarakat Jawa, di mana kerupuk ini sering dijadikan pelengkap hidangan atau camilan ringan. Secara tradisional, kerupuk puli dibuat dengan mencampurkan tepung tapioka, air, garam, dan bumbu-bumbu alami seperti bawang putih dan ketumbar.
ADVERTISEMENT
Boraks: Si Pengawet Berbahaya
Boraks adalah senyawa kimia turunan dari asam borat yang sering disalahgunakan sebagai bahan tambahan pangan. Sifat boraks yang dapat meningkatkan kerenyahan dan memperbaiki tekstur makanan menjadi alasan utama penyalahgunaannya dalam industri pangan, termasuk dalam pembuatan kerupuk puli. Namun, boraks sangat berbahaya bagi kesehatan manusia jika dikonsumsi, dapat menyebabkan kerusakan organ, gangguan reproduksi, hingga kanker.
Penggunaan Boraks dalam Kerupuk Puli
Penggunaan boraks dalam pembuatan kerupuk puli bertujuan untuk meningkatkan kerenyahan dan memperbaiki tekstur kerupuk. Boraks bereaksi dengan tepung tapioka, menghasilkan tekstur yang lebih renyah dan tampilan yang lebih menarik. Meskipun penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan telah dilarang oleh pemerintah, praktik ini masih ditemukan di pasaran.
Kasus Peredaran Kerupuk Puli Berboraks di Jogja
ADVERTISEMENT
Dinas Perdagangan Kota Jogja, berkoordinasi dengan BPOM dan Polresta Jogja, menemukan kerupuk yang mengandung boraks dijual bebas di pasaran sejak pertengahan tahun lalu. Tindakan tegas dilakukan pada Agustus 2022 terhadap distributor asal luar Jogja untuk memberikan efek jera. Pengawasan pangan berbahaya di pasar tradisional juga digalakkan dengan menyediakan layanan pojok tes kit gratis di Pasar Prawirotaman dan berencana memperluas ke Pasar Beringharjo.
Dampak Boraks pada Kesehatan
Konsumsi boraks dalam jangka pendek dapat menyebabkan iritasi saluran pencernaan, mual, muntah, dan diare. Dalam jangka panjang, boraks dapat merusak fungsi hati dan ginjal, mengganggu sistem reproduksi, serta memicu pertumbuhan sel kanker. BPOM Yogyakarta menyebut peredaran panganan berbahaya cenderung menurun, namun masih ditemukan boraks dan formalin pada ikan teri yang berbahaya jika dikonsumsi rutin dan berkelanjutan.
ADVERTISEMENT
Solusi dan Alternatif
Untuk memproduksi kerupuk puli yang aman dan sehat, diperlukan bahan pengganti boraks yang tidak berbahaya, seperti baking powder atau soda kue. Metode pembuatan kerupuk puli juga harus diperhatikan, dengan menggunakan bahan-bahan alami dan proses yang higienis. Peran pemerintah dalam pengawasan dan regulasi bahan tambahan pangan sangat penting, dengan fokus pada izin edar produk sebelum dijual, disertai edukasi dan pembinaan kepada produsen.
Kerupuk puli memang camilan favorit masyarakat, namun penggunaan boraks sebagai bahan tambahan pangan sangat berbahaya bagi kesehatan. Diperlukan upaya bersama dari pemerintah, produsen, dan konsumen untuk mewujudkan produksi kerupuk puli yang aman dan sehat. Dengan edukasi, pengawasan, dan komitmen bersama, kita dapat menciptakan masa depan di mana camilan tradisional Indonesia dapat dinikmati tanpa risiko kesehatan.
ADVERTISEMENT