Mengenal Tradisi Hajatan di Kabupaten Purbalingga, Jawa Tengah

Asriani
Mahasiswa prodi Pendidikan Agama Islam UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto
Konten dari Pengguna
21 Mei 2022 8:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Asriani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: foto pribadi penulis
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: foto pribadi penulis
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah negara yang memiliki beraneka ragam tradisi. Tradisi setiap provinsi dari Sabang sampai Merauke pun berbeda, masing-masing daerah memiliki ciri khasnya sendiri. Sebagai warga negara Indonesia sudah sepatutnya kita bangga dengan keanekaragaman tradisi yang ada di sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Sebagai bentuk rasa bangga kita terhadap tradisi yang ada di Indonesia. Kita perlu mengenal lebih dalam tradisi yang ada di sekitar kita. Setelah mengenal diharapkan kita sebagai generasi muda harus dapat melestarikan karena tradisi adalah adat kebiasaan turun-temurun sejak dahulu (dari nenek moyang).
Tahukah kalian ada sebuah tradisi unik di salah satu kabupaten yang terkenal dengan produksi knalpot? Tradisi ini sudah ada sejak dahulu, tidak bisa diperkirakan kapan tepat lahirnya tradisi ini. Namun, karena cerita dari orang tua, tradisi ini pun masih bertahan sampai sekarang. Bahkan lebih unik karena mengikuti perkembangan zaman. Penasaran kan? Tradisi tersebut ada di Provinsi Jawa Tengah tepatnya di Kabupaten Purbalingga.
Purbalingga memang terkenal dengan produksi knalpot karena sudah mampu menembus pasar mancanegara. Selain itu, Purbalingga juga memiliki julukan Kota Perwira karena banyak perwira yang terlahir dari kota ini salah satunya adalah Jenderal Sudirman. Menarik untuk dikunjungi bukan? Yang tak kalah menarik, Purbalingga juga memiliki banyak tradisi, salah satunya yakni tradisi Hajatan.
ADVERTISEMENT
Hajatan adalah sebuah pesta yang diadakan oleh orang yang memiliki hajat. Hajat yang dimaksud, yakni anaknya khitan atau nikah. Dalam pengertian lain, Hajatan adalah sebuah agenda, acara tradisi yang sengaja digelar oleh masyarakat. Biasanya untuk menandai pelaksanaan suatu peristiwa dalam waktu tertentu dengan isi rupa-rupa pendukung kegiatan yang ditetapkan. Tradisi Hajatan memang tak hanya ada di daerah Purbalingga saja. Di daerah lain seperti Banyumas, Cilacap, Banjar Negara, dan sebagainya juga ada. Namun, masing-masing daerah pasti memiliki tata cara yang berbeda.
Di Purbalingga, orang yang memiliki hajat (anaknya khitan atau nikah) biasanya rumahnya dipasang tarup atau dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) tarup adalah yang dipakai sebagai atap untuk sementara (selama acara berlangsung). Tarup ini bersifat sementara kisaran tiga sampai empat hari saja, hanya untuk menyambut tamu undangan. Selain itu, pemilik hajat juga menyajikan berbagai makanan kepada para tamu undangan berupa prasmanan, makanan ringan, atau minuman.
ADVERTISEMENT
Tamu undangan adalah keluarga besar pemilik hajat, kerabat, dan teman-temannya sehingga yang datang pun dari berbagai kalangan, mulai dari orang tua, anak remaja, sampai anak kecil pun menghadirinya. Mereka tak hanya dari Purbalingga saja melainkan berasal dari berbagai daerah lain. Tamu undangan di sini tidak datang dengan tangan kosong, tetapi dengan membawa buah tangan sebagai tanda ucapan selamat untuk pengantin (khitan atau nikah). Setelah para tamu undangan menikmati berbagai makanan, mereka diberi oleh-oleh sebagai tanda terima kasih telah menghadiri undangan.
Apakah masih ada hal unik dalam tradisi Hajatan? Tentu masih ada, bahkan masih banyak hal unik lainnya.
Nah, hal unik yang tidak boleh kita lupa adalah orang-orang yang membantu di belakang. Baik membantu memasak, mencuci piring, menyambut tamu, atau memeriksa prasmanan. Mereka bekerja secara bersama-sama demi kelancaran sebuah acara. orang-orang yang membantu berjalannya tradisi Hajatan ini dikenal dengan istilah glidik. Glidik dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) artinya bekerja sebagai buruh. Namun, glidik di sini, yakni orang-orang yang membantu biasanya berada di belakang atau di dapur sehingga keberadaannya pun sering terlupakan, padahal glidik adalah orang yang berperan penting karena tanpa adanya mereka, tradisi Hajatan ini tidak bisa berjalan dengan lancar.
ADVERTISEMENT
Adapun manfaat dari tradisi Hajatan antara lain, yaitu sebagai berikut:
1. Menguatkan tali silaturahmi karena dengan tradisi ini keluarga yang jauh berkumpul. Kapan lagi kita bertemu sanak saudara jika tidak sedang ada Hajatan.
2. Menambah akrab dengan teman karena saat Hajatan teman-teman pasti datang saling bertukar sapa.
3. Melatih ikhlas karena bagi pemilik hajat tidak boleh mengharapkan keuntungan atau bagi para tamu undangan tidak boleh mengharapkan timbal balik yang sama dengan apa yang sudah mereka kasih.
4. Melatih kerja sama antara para glidik maupun antara glidik dengan pemilik hajat.
Demikian sedikit ulasan mengenai tradisi Hajatan di Kabupaten Purbalingga. Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam tradisi. Kita harus bangga dengan keanekaragaman yang dimiliki bangsa Indonesia. Melestarikan tradisi yang ada adalah salah satu bukti kita bangga dengan Indonesia.
ADVERTISEMENT