Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Refleksi; KSP Mendengar, Mahasiswa Berbicara!
7 Oktober 2022 10:28 WIB
Tulisan dari Asrizal Nilardin tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Asrizal Nilardin
(Ketua Umum Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa Daerah Indonesia)
ADVERTISEMENT
Pada Desember 2020, di sebuah forum audiensi bernama KSP mendengar yang diadakan oleh Kantor Staf Presiden, seluruh organisasi yang bernaung di bawah Cipayung Plus diundang untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintah. Sebagai salah satu yang diundang, Himpunan Mahasiswa Islam cabang Yogyakarta mengutus saya selaku ketua bidang Perguruan Tinggi Kepemudaan dan Kemahasiswaan untuk mewakili.
Sesampainya di lokasi, betapa terkejut bahwa pertemuan itu tidak saja mengundang organisasi-organisasi Cipayung Plus, namun juga dihadiri oleh puluhan organisasi dan komunitas lain, yang namanya begitu asing terdengar, jargonnya khas, "kami pancasila dan NKRI harga mati".
Bagaimana pun, forum itu menjadi kesempatan yang amat berharga, bisa dimanfaatkan untuk menyampaikan secara langsung hasil kajian internal mengenai beberapa kemunduran serius yang dihadapi oleh bangsa di era pemerintahan Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal mendasar yang saya sampaikan sebagai bahan evaluasi dan pembenahan bagi pemerintah, antara lain: indeks demokrasi yang menurun, sikap represif aparat dalam menyikapi gerakan mahasiswa, kritik dibungkam, kriminalisasi UU ITE, Revisi UU KPK, RKUHP, Rancangan UU Cipta Kerja, RUU Minerba, dan Kebijakan Penanganan Pandemi Covid-19.
Demikian pula, pelbagai argumentasi dan indikator yang kami sampaikan tidak sekedar melempar kritik tanpa dasar (bukan pula lip of service), semua disertakan data dan fakta, kajian itu adalah kajian akademis, mampu dipertanggungjawabkan secara moral dan ilmiah. Preferensi kami sederhana, menyampaikan alarm pengingat dari kampus yang ilmiah melalui gerakan mahasiswa yang independen untuk para pemangku kebijakan (Pemerintah).
Impunitas dari Kepala Staf Kepresidenan
Melalui rekaman video, sebagai sambutan dan permohonan maaf tidak bisa hadir bertatap muka langsung, Kepala Staf Kepresidenan Jendral Purnawirawan Moeldoko memberi pesan sekaligus jaminan, bahwa forum KSP mendengar akan menampung segala saran dan kritikan. Tegasnya, forum itu mempersilahkan kepada seluruh peserta menyampaikan pendapat secara terbuka tanpa perlu merasa takut.
ADVERTISEMENT
Pesan itu bak menjadi spektrum keberanian. Kecemasan dan ketakutan yang telah hinggap sedari awal memasuki forum, mulai terkikis perlahan ketika impunitas itu langsung diberikan oleh Kepada Staf Kepresidenan. Dengan nada yang gagah, pesan itu diulang berkali-kali. Tampaknya KSP ingin memperbaiki citra buruk pemerintah yang telah distigma anti kritik. Perasaan cemas dan takut dikriminalisasi ketika terlalu lantang mengkritik adalah refleksi perasaan yang dialami oleh sebagian besar mahasiswa dan para kritikus kala menyampaikan pendapat yang kurang mengenakan penguasa.
Kritikan tak lagi dinilai sebagai mekanisme kontrol sosial. Ruang publik penuh dan sesak dengan intimidasi dan represi. Fase kematian demokrasi di negeri ini sulit disangkal. Steven Levitsky & Daniel Ziblatt (2018) dalam bukunya berjudul "How Democracies Die", mengingatkan beberapa indikator kematian demokrasi, dan kondisi demokrasi di Indonesia saat ini telah mengkonfirmasi kebenaran hipotesis tersebut.
ADVERTISEMENT
Dalam beberapa kasus, kritikan secara serampangan dan elementer dianggap sebagai penghinaan. Nyaris kata kritik mulai hilang dari kamus kekuasan, tidak sedikit suara kritik yang berujung jeruji. Di media sosial, pipa demokrasi tersendat oleh sampah demokrasi yang bernama buzzer dan influencer, mereka bak satgas anti kritik penguasa. Beroperasi secara terstruktur, sistematis, dan massif. Melakukan kontra-narasi sampai kontrol-narasi, jika terlalu rewel tak segan diretas hingga diblokir.
Harapan besar reformasi yang susah payah telah diperjuangkan oleh para mantan aktivis mahasiswa yang kini rame-rame duduk di senayan dan istana, seolah telah memasuki masa expired.
Rangkul Gerakan Mahasiswa !
Betapa kami merasa dirangkul kala KSP menginisiasi program KSP mendengar. Sebab pasca beberapa kali melakoni gerakan aksi demontrasi yang masif, tidak pernah satu pun tindak lanjut pemerintah dalam merangkul dan mempertimbangkan aspirasi rakyat melalui gerakan mahasiswa. Melalui forum KSP mendengar, suara yang nyaring dan lantang di jalanan, akan terwadahi secara langsung, jika tidak difilter, lebih efektif bisa tersampaikan secara utuh kepada pemerintah. Berbekal jaminan impunitas langsung dari Kepala Staf Kepresidenan, nyali dan keberanian kian menancap kuat.
ADVERTISEMENT
Ketika HMI diberikan kesempatan pertama perwakilan dari organisasi Cipayung Plus, saya memulai menyampaikan beberapa tuntunan dari gerakan mahasiswa, kajian akademis, penjabaran aspirasi yang kental akan kritikan itu barangkali kurang mengenakan para staf KSP, sesekali memergoki mereka sembari menggeleng kepala, mencatat beberapa substansi yang disampaikan.
Pikir saya, ketika kritikan tajam telah dilontarkan, tinggal menunggu tanggapan, kontra-narasi, atau mungkin bantahan yang disertai upaya mendiskreditkan. Namun pikiran itu ternyata keliru, para staf KSP hanya sedikit memberi klarifikasi dengan tetap mencerminkan proses dialektika ilmiah. Kendati tidak membenarkan semua yang telah disampaikan.
Hal yang tidak terduga justru ketika kesempatan diberikan kepada komunitas yang namanya sangat asing terdengar. Membuka dengan mengajari seisi forum untuk memberi salam pancasila, dan yel-yel NKRI harga mati. Sekejap bulu kuduk merinding dan meradang, seolah perasaan nasionalisme simbolik bergema sangat kuat.
ADVERTISEMENT
Bukannya menyampaikan aspirasi, kelakarnya justru menghimbau untuk selalu mendukung pemerintah dengan menunjuk data pembangunan infrastruktur sebagai tolak ukur kemajuan Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Joko widodo. Tidak hanya itu, sembari menunjuk dan menyebutkan saya sebagai perwakilan HMI yang hanya pandai berbicara namun tidak melihat fakta bahwa Indonesia maju di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Forum seolah telah didesain untuk memfasilitasi adu kekuatan argumentasi antara kritik dan loyalis. Bahkan terdengar satu usulan nyeleneh untuk meminta kepada KSP berkoordinasi dengan pihak kepolisian agar tidak memberikan izin kepada kegiatan aksi demonstrasi mahasiswa. Alasannya klasik, karena Aksi demonstrasi yang dilakukan oleh mahasiswa hanya mengakibatkan kemacetan dan berujung anarkisme.
Mungkin mereka tidak tahu jika aksi demonstrasi adalah hak asasi yang dijamin pemenuhannya oleh konstitusi, demikian juga tidak memerlukan izin dari kepolisian, melainkan sekedar memberikan surat pemberitahuan.
ADVERTISEMENT
Bagaimana pun dinamika dan dialektika yang terjadi di forum KSP mendengar, ada manfaat yang paling penting. Dengan begitu, gerakan mahasiswa telah terwadahi. Kritikan dan tuntutan yang disampaikan akan ada proses dialog yang seimbang. Kritikan dan tuntutan dari mahasiswa juga dituntut untuk lebih ilmiah. Sehingga aspirasi yang disampaikan tidak sekedar kata-kata cacian dan makian belaka. Suatu keniscayaan akan tercipta hubungan check and balances, dan kontrol sosial yang lebih efektif.
Pemerintah tidak boleh mengabaikan gerakan mahasiswa. Rangkul dan berdialog lah dengan mereka, niscaya negara akan dirasakan kehadirannya untuk semua. Jangan sepelekan suara yang nyaring dari kampus, mereka makhluk yang masih menguat idealismenya, tidak mudah dipengaruhi oleh bisikan setan berkuda atau iblis yang bertanduk.
ADVERTISEMENT
Setiap tuntutan dan gerakannya adalah alarm pengingat dari kampus yang ilmiah. Selain itu, suaranya yang lantang adalah suara keresahan rakyat. Mereka bersama rakyat, dan jika ingin mengetahui suara kebenaran dari rakyat, maka rangkul mereka, wadahi mereka berbicara, ajak mereka berdialog.
Situasi pasca Pandemi Covid-19 ini adalah momen yang paling tepat untuk merangkul gerakan mahasiswa. KSP mendengar bisa menjadi wadah yang sangat efektif, manfaatkan sarana tekhnologi yang ada. Ajak mereka berdialog dan dengarkan tuntutan mereka.
Sebagai pelayan rakyat, kekuasaan pemerintah tidak dibenarkan bertindak arogan apalagi bertangan besi. Akhiri intimidasi dan mulai lah merangkul kritikan dengan dialog ilmiah. Masa depan bangsa ada di tangan generasi muda, hidup dan matinya bangsa ini ada pada nyali dan keberanian pemuda ketika berbicara lantang tentang kebenaran.
ADVERTISEMENT